0.35

Komen jika ada typo😉

***

Jungkook dan Jihyo tidak menyadari jika mereka telah berada di Verona hampir lima hari lamanya. Bahkan, Jihyo tidak pernah membayangkan telah mengunjungi destinasi yang mendunia. Apalagi, saat diarinya hampir penuh dengan gambar dan kutipan. Karena itu pun, Jungkook sempat menawarkan diri untuk membelikannya diari yang baru---sekalipun itu belum terlaksana karena lupa hingga kini.

Dan kini, sangat menyedihkan, saat sisa dua hari lagi mereka di sini. Padahal, Jihyo sangat menyukai Verona. Bahkan, jika bisa, ia ingin tinggal saja di tempat ini. Walaupun, opini itu tentu tidak dapat dikabulkan, karena suaminya memiliki banyak pekerjaan di Korea Selatan sebagai seorang pimpinan.

Ia hanya bisa menghela napas panjang, sesaat ia bermain air di kolam renang hotel. Mengaksen penjuru kolam renang, di mana terdapat banyak pengunjung dan ia dapat melihat Jungkook yang tengah mengenakan bathrobe, sedang berjemur sembari menggulir layar ipadnya.

Jihyo bisa memahami jika Jungkook telah lelah karena berenang sejak tadi---bersamanya. Bahkan, ia saat ini yang tengah mengenakan bathrobe hanya mencelupkan kedua kakinya di dalam kolam renang. Bosan juga jika hanya melihat Jungkook yang harus memeriksa beberapa hal.

Alhasil, Jihyo mengingat di mana Jungkook tengah mencari sekretaris baru---khusus untuk seorang pria. Lagipula, Jihyo tidak terlalu mempermasalahkan jika sekretaris Jungkook seorang wanita, karena ia percaya Jungkook bisa menjaga hatinya untuk dirinya.

Akan tetapi, tidak lama, Jihyo malah terfokus pada kerutan dahi Jungkook yang serasa kesal. Beriringan saat suaminya itu, kini menelepon seseorang dengan sebelah tangan dan tatapan pada layar ipad. Ia tidak tahu apa-apa, tetapi Jihyo penasaran juga. Alhasil, ia lebih memilih mendekat ke arah Jungkook untuk memastikan beberapa hal. Apalagi, kedua kakinya terasa berkeriput karena kelamaan berada di dalam air.

Belum sepenuhnya berada di dekat Jungkook, ia telah mendengar suara umpatan dan bahkan suara bantingan. Sungguh, Jungkook membanting ipadnya karena kesal.

"Jung--"

"Kenapa bisa aku melihat rancangan proyek besar Jeon Corp diambil alih oleh Galaxy Company? Bahkan, peluncuran tablet mode terbaru yang seharusnya kita rilis minggu depan dengan Jeon Corp sebagai pemilik hak patennya, kini berada dalam genggaman Galaxy Company?"

"Aku juga tidak mengerti, Jung. Kami benar-benar tidak mengerti saat Jeon Corp kecelongan dan ketinggalan start. Bahkan, Galaxy Company telah mengesahkan semuanya begitu detail dalam jangka waktu yang cepat. Itupun, mengalahkan Jeon Corp yang mengurusnya hampir dua bulan ini."

"Bajingan!" umpatnya. Membuat Jihyo semakin tidak mengerti. Apalagi, saat Jungkook terlihat enggan untuk menjelaskannya terlebih dahulu. "Tidak bisakah kau membereskannya, Yunho? Ini proyek besar kita. Bahkan, kolaborasi dengan Next Out! Kau pasti memahami bagaimana detailnya aku dengan Tuan Victory menyusunnya."

Mendengar tutur kata itu, membuat Jihyo sangat mengerti. Alhasil, ia meraih ponselnya di atas meja yang berada di dekat kursi santai Jungkook untuk mengecek sesuatu di sebuah website, dan sungguh! Ia begitu terkejut saat melihat proyek besar milik Jeon Corp kini rilis dengan nama lain di perusahaan yang baru, Galaxy Company.

"Kita tidak bisa melakukan hal apapun lagi, Jung. Bahkan, aku sudah mendapat pesan dari Tuan Victory di mana kita hanya akan merevisi secara meluas proyek itu. Kau bisa melihatnya di surel yang akan kukirimkan secara pribadi. Setelah masa cutimu--"

"Aku akan mengambil penerbangan hari ini. Ini proyek besar yang tidak bisa kutinggalkan begitu saja. Aku juga akan memberikan pelajaran kepada pemilik perusahaan Galaxy Company yang sudah berani bermain sejauh ini denganku. Untuk itu, sebelum aku tiba, kau urus kekacauan yang terjadi disana," katanya dengan mantap seraya menatap lurus ke depan.

"Tentu. Aku akan melakukannya." Panggilan telepon itu pun berakhir sampai di sana. Membuat Jungkook meremas rambutnya begitu kesal dan bahkan, ingin menangis di detik itu juga jika Jihyo tidak ada disekitarnya.

"Ji, maafkan aku, tetapi kita harus berberes-beres sekarang juga," katanya dengan lirih, sembari menatap kedua manik bulat itu yang tengah menatapnya begitu lekat. "Aku akan menggantinya di lain waktu dan aku berharap, kau memahami semuanya setelah menilik kekacauan yang baru saja terjadi."

Jihyo hanya tersenyum simpul, sembari menuntun kedua jemarinya untuk menangkupkan kedua pipi itu yang kemudian menggelengkan kepala. "Kenapa harus meminta maaf, hem? Lima hari ini, kau benar-benar membuatku bahagia. Sekalipun tidak melakukan ini semua, aku akan tetap bahagia karena bersamamu adalah kebahagiaan yang tidak bisa dinilai," katanya begitu lembut.

"Ini yang aku sukai dari dirimu, kau berbeda dengam wanita lain," katanya. Lantas membiarkan bibirnya mencium punggung tangan itu dan menghela napas. "Aku kesal sekali melihat kelakuan Joongi, dia tidak tahu berterima kasih."

"Tetapi, jangan membalasnya, Jung. Itu sama saja jika--"

"Aku tidak ingin membalas apapun, Ji. Hanya saja, dia harus diberikan sebuah pelajaran kehidupan. Sekalipun dia menjadi bagian keluarga Jeon, semuanya tetap berlaku," katanya dengan serius saat manik mereka saling beradu. "Aku akan membawa kasus ini ke jalur hukum, aku bisa melakukannya dan tidak akan ada yang bisa menghentikanku."

"Termasuk dirimu."

***

Sesuai yang Jungkook rencanakan, mereka harus meninggalkan Verona di detik itu juga. Melupakan beberapa hal yang masih ingin mereka kunjungi, karena masalah perusahaan yang langsung menyerang begitu saja.

Masalah tentang pembocoran data dan penggunaan data perusahaan tanpa izin. Bahkan, Jungkook telah menghubungi pengacara andal keluarganya untuk menyelesaikan itu semua. Setelah beberapa bukti yang Yunho kumpulkan, termasuk salah seorang menyamar sebagai karyawan Jeon Corp yang ternyata bekerja sama dengan Joongi---menjadi mata-mata tanpa dicurigai banyak orang.

Ini kesalahan fatal, saat Joongi malah membalas perlakuan tentang pemblokiran kartu kredit itu hingga seperti itu. Karena sungguh, Jungkook tipikal langsung menggandeng pihak hukum jika menyeret perusahaan yang telah ia bangun sejak dulu. Bahkan, proyek yang memang menjadi titik tumpu Jeon Corp untuk saat ini bersama dengan perusahaan ternama dari London, Next Out.

Pikiran Jungkook mendadak kacau saat menanti ketibaannya di Korea Selatan, Jihyo pun dapat melihat raut wajah Jungkook yang tidak bisa tenang. Membuatnya ikut merasakan hal yang sama, tetapi berakhir di mana Jungkook yang tidur di pundaknya karena lelah---bahkan, mereka sama-sama terpejam karena lamanya perjalanan yang harus ditempuh untuk tiba. Tidak tanggung-tanggung, 13 jam harus mereka sanggupi walaupun dalam hati, mereka sangat ingin berada di sana dengan segera.

Berbeda dengan seseorang yang berada di Korea Selatan, pribadi itu merasa puas telah menghancurkan Jungkook secara perlahan---seseorang yang telah mempermalukannya bukan main saat di kelab itu.

Tindakannya memang terbilang ekstrem, tetapi ia tidak mengindahkan apapun lagi. Meskipun Jungkook akan bermain atas nama hukum dan mungkin, ia akan berakhir di dalam penjara. Di pikirannya, yang terpenting ia telah menghancurkan proyek kebanggaan Jungkook. Sehingga ia bisa hidup tenang, di tempat lain.

"Mari bermain tebak-tebakkan, Joongi," kekehnya seraya menaikkan sebelah kakinya di atas meja.

"Sepertinya, Jungkook harus menghentikan liburannya. Bahkan, dia dengan tampang murkanya, akan menyeretmu ke dalam penjara," katanya lagi, sembari berpikir untuk menyetujuinya. Ia pun sesekali terkikik dan meneguk gelas berisi wiski dari jemarinya. Habis tidak tersisa. "Habislah, riwayatmu ... Joongi."

Tutur katanya terdengar aneh, saat ia malah tidak takut akibat dari hal yang dilakukannya. Bahkan, Joongi malah terlihat santai saat sekretarisnya, datang membawa sebuah kabar di mana pihak dari Jeon Corp, mengirim sebuah somasi pada Galaxy Company melalui email. Joongi memilih tidak peduli dan berperilaku seperti biasanya.

Joongi mungkin sudah tidak waras lagi.

***

Wanita berambut panjang sepinggang yang tengah merajut untuk membuat pakaian musim dingin, sontak terdiam setelah mendengar pembicaraan suaminya dengan Yunho beberapa saat lalu. Apalagi, jika itu ada hubungannya dengan sang kakak.

Ya, Jiah mengakui bagaimana liciknya sang kakak yang ternyata melakukan pencurian data perusahaan dan mengklaimnya sebagai milik perusahaannya. Bahkan, Jiah harus mendengar di mana Yunho mengatakan, Jungkook akan membawa perkara ini ke jalur hukum. Membuatnya sangat takut di mana, sang kakak bisa saja berakhir di dalam sana.

Sekalipun kakaknya memang tergolong manusia tanpa logika dan akal, ia telah berjanji pada mendiang ayahnya untuk terus menyayangi sang kakak tanpa henti. Karena itu pun, ia merasa sedih jika akan menerima kenyataan di mana sang kakak benar-benar melakukan hal licik pada bagian dari keluarga suaminya.

Itu membebaninya. Membuat Yeonjun yang baru saja masuk untuk mengambil beberapa berkas yang ketinggalan di atas meja, memusatkan pandangan pada istrinya dan menghela napas panjang saat memutuskan untuk mendekat.

"Apa kau punya masalah?" tanyanya berupaya tenang. Namun, Jiah hanya menggeleng dengan menjadikan ubin sebagai pemandangan.

Karena itu pun, lantas Yeonjun berpikir lebih jauh lagi. Masih tidak mengerti, apa yang membuat Jiah terdiam seperti ini. Apa Jiah telah mengetahui kabar tidak sedap tentang kakaknya?

"Kalau kau punya masalah, katakan saja. Kau tanggung jawabku saat ini."

"Aku minta maaf," katanya. Tidak berani menatap manik Yeonjun yang kini bertanya-tanya atas kesalahan Jiah hingga meminta maaf seperti ini.

"Bisakah kau mengatakan lebih jelas lagi? Aku masih tidak mengerti."

Alhasil, Jiah menarik napas panjang dan menghembuskannya. "Aku selalu merepotkanmu. Apalagi, Kak Joongi terus saja berbuat seenaknya. Aku--kau pasti memahami apa yang kumaksud bukan?" katanya dengan kedua manik yang berkaca. Berusaha menahan pelupuk matanya yang ingin menetes. Berhasil membuat Yeonjun tersenyum tipis dan menggeleng.

"Kau tidak pernah merepotkanku, jangan pernah mengatakan hal itu lagi," katanya dengan tulus seraya membiarkan jemarinya memegangi kedua pipi Jiah yang terasa gembul saat berada di fase kehamilan. "Soal Kak Joongi, itu bukan kesalahanmu dan jangan dipikirkan lagi. Kasihan bayi yang berada di dalam kandunganmu jika mendapati koneksi dari ibunya yang tengah bersedih."

Jiah mengangguk berulang kali dan menghapus air matanya yang malah menetes begitu saja. "Siapa yang menangis? Aku tidak menangis." Lantas ia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Yeonjun yang kini tersenyum menatap dirinya yang perlahan menjauh.

Tbc.

Hadeh, gara-gara Joongi ini, Jungkook harus kembali ke Korea. Mati riwayatmu abang Joongi😂

Sampai jumpai dinext part dan jangan lupa berikan voment🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top