0.33

Komen jika ada typo atau kesalahan lainnya. Soalnya, aku cukup pusing dalam hal riset kota Verona🙂. Jadilah pembaca yang aktif, teman-teman💜

***

Bis itu berhenti di Juliet’s House atau Casa di Guiletta, tempat yang menjadi destinasi awal mereka dan menjadi tempat wisata populer di Verona yang wajib untuk dikunjungi. Juliet’s House adalah sebuah mansion milik keluarga Capello yang terletak dipusat kota Verona, Italia. Karena memiliki kemiripan nama (Capello Vs Capulet) rumah inipun telah lama dipercaya sebagai setting rumah keluarga Capulet (keluarga Juliet) dalam kisah drama Romei dan Juliet yang ditulis oleh William Shakespeare. Kisah romansa yang berakhir tragis, karena permusuhan orangtua pun, menjadi kisah favorit dan membuatnya merasa tersentuh.

Jihyo dan Jungkook yang baru saja keluar dari bis, kini mengamati dari jauh tempat itu, karena tidak memungkinkan kendaraan untuk lebih dekat lagi, mengharuskan mereka berjalan kaki ketempat itu. Dan kali ini, Jihyo berjalan terlebih dahulu bagai model yang berada di atas karpet merah. Jungkook yang dapat melihat itu, kontan mengarahkan kameranya untuk membidik. “Baby!” pekiknya membuat sang empu berbalik dengan wajah bahagianya dan beriringan di mana Jungkook mengabadikan potret itu.

“Oh, astaga! Kau memotretku? Padahal, aku belum siap," ucapnya dengan cemberut. "Ulang!" ujarnya dan mulai mengambil gaya. Akan tetapi, Jungkook mengabaikannya dan terlihat mengamati hasil gambar yang keluar.

"Lihat, istriku ini jelek sekali," ujarnya seraya memperlihatkan foto polaroid dari kamera Lomo’Instant Wide. Karena itu, Jihyo sontak membulatkan matanya, setelah mendengar kata tersebut dan mendekat di mana Jungkook sedang berdiri.

Jihyo sontak melihatnya begitu lekat. "Jelek apanya? Aku malah terlihat cantik di sini dan tunggu!" Ia langsung membuka tas kecil yang digendong oleh kedua pundaknya. Lantas, mengambil sebuah buku berwarna blue sky---buku alias diarinya yang pernah dibaca oleh Jungkook. Banyak kisah dan keinginan sang pemiliknya dalam buku itu. Itu kenapa, dia lebih memilih membawa kamera polaroid daripada kamera canon miliknya yang hanya menghasilkan versi digitalnya, karena sebuah gambar yang telah terabadikan untuk tempat iru, ingin Jihyo simpan di dalam bukunya.

"Suamiku ini, gengsi juga memuji kecantikan istrinya," katanya agak terkikik. 

"Aku gengsi? Hoh, istriku ini percaya diri sekali ternyata," timpalnya. Membuat Jihyo menjulurkan lidah dan melanjutkan aktivitasnya setelah mengambil polaroid itu dari jemari Jungkook, pun langsung menempelnya dikala itu juga dengan membubuhkan beberapa kata.

Aku ke Verona! Ini seperti ilusi saja saat aku berjalan begitu anggun bagai model papan atas.

"Apa tidak ada kutipan yang lain? Seperti: 'impianku terkabul karena suamiku yang paling baik dan tampan', atau bisa juga dengan, 'karena suamiku aku bisa ke Verona' itu lebih bagus," katanya dengan berkacak pinggang.

"Nanti kutulis," balasnya yang kemudian menutup buku itu dan memilih untuk memegangnya. Jihyo bahkan menatap Jungkook dengan kedua sudut bibir yang merekah. "Jika aku ingat, tapi."

Sial. Jungkook tidak bisa melakukan apapun saat ingin memberikan demontrasi. Belum melakukannya, kedua jemarinya langsung digenggam dengan erat dan kembali diseret untuk lebih dekat lagi. Hingga, mereka dapat melihat bagaimana Juliet House yang  dipadati oleh courtyardnya yang sempit di mana terdapat Balkon Juliet dan juga patung Juliet karya Nereo Costantini yang terbuat dari perunggu.

Sebelum mereka menaiki Juliet house, terlihat mereka yang memilih untuk berfoto dengan patung sang Juliet. Jungkook mengarahkan kamera itu agar memotret mereka bertiga. Hingga, terdengar suara bidikan lantas mereka mengamati foto itu cukup lama.

"Dari sisi manapun, aku memang terlihat cantik," kata Jihyo yang membuat kedua manik Jungkook berotasi. Jihyo dapat melihatnya. Akan tetapi, ia memilih untuk terdiam saja seraya membuka diarinya untuk menempel foto itu di dalam sana. Ia juga kini menulis sesuatu di bawa foto itu.

Kami bersatu karena takdir dan berharap terus seperti ini hingga maut memisahkan.

Jihyo langsung menutup diarinya yang membuat Jungkook jengkel. Padahal, ia ingin sekali melihat kutipan seperti apa yang istrinya itu buat. 

"Perlihatkan dulu, aku khawatir jika kau mengata-ngatai suamimu di dalam diari itu," katanya yang mendapat penolakan cukup keras. Membuat Jungkook mengamati Jihyo lamat-lamat yang memberikan pandangannya pada patung itu.

Oh iya, keadaaan Juliet house tidak terlalu dipadati oleh pengunjung dari berbagai penjuru dunia. Mungkin, karena mereka memilih waktu berkunjung yang lebih awal agar tidak terjadi terdesak-desakkan. 

Masih memandangi patung itu, Jihyo terpusat pada dada kanan patung Juliet yang warnanya lumayan berbeda---tidak mengkilap lagi seperti patung perunggu yang lainnya. Ia menyentuhnya, dan mendapati ada tambalan kecil disana. Mungkin karena keseringan  digosok---seperti pada tradisi yang dipercaya oleh penjuru dunia di mana jika menggosok dada kanan patung Juliet, dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan dalam hal percintaan.

"Oh, ternyata informasi yang kudapati memang benar. Padahal, patung ini sangat mengagumkan," ujarnya. Membuat Jungkook mengalihkan tatapannya untuk melihat lebih jelas lagi terhadap penuturan Jihyo.

Alhasil, Jungkook mengangguk setuju. "Ah, ini sudah lama. Waktu aku perjalanan bisnis, saat diajak berkeliling oleh rekan bisnisku, aku sudah menemukannya seperti ini. Kau bisa bayangkan sendiri, setiap orang yang berkunjung akan menggosokkan jemarinya pada dada kanan Juliet. Mereka percaya mitos sekali."

Penuturan itu, membuat Jihyo menyingkirkan jemarinya dan pandangan pada Jungkook yang kini memotret patung itu. "Tidak percaya tradisi Verona yang katanya mendatangkan keburuntungan dalam cinta, Jung?"

Masih pada posisinya, Jungkook menggeleng. "Masalah keburuntungan dalam percintaan, sudah ada yang atur, Baby. Jodoh, rezeki dan maut, Tuhan telah mengaturnya. Kita tinggal menjalaninya saja. Aku bahkan masih tidak percaya saja saat Tuhan mengirimiku wanita seperti dirimu untuk melengkapi serpihan kehidupanku," ujarnya. Apalagi, saat kalimat akhir terucap, ia menatap lekat kearah Jihyo. 

"Masalah tradisi, mungkin seseorang ataupun beberapa pihak pernah mencoba melakukan ini dan mereka mendapatkan keberuntungannya perihal cinta. Akan tetapi, sangat aneh saat berpusat untuk mendapat keburuntungan dengan cara ini, bukan? Coba pikirkan dengan logika," pintanya lantas menghela napas, "Yang ada, patung yang berharga inilah yang akan rusak, pusat destinasi di Verona."

Jihyo terpukau dengan kalimat bijak Jungkook yang benar-benar berpikir menggunakan logika juga kedewasaannya. Ia tidak menyangka saja. "Kau benar, sangat benar! Patungnya jadi jelek sepertimu, karena itu."

"Sepertiku?" ujarnya seraya menunjuk dirinya sendiri. Lantas, tertawa dengan renyah. "Juliet seorang wanita, aku seorang pria. Definisi jeleknya seperti apa? Seharusnya kalimatmu mengatakan, 'patungnya jadi jelek seperti diriku sendiri' itu lebih bagus dalam penjabarannya." Akan tetapi, Jihyo memilih untuk menutup kedua telinganya lantas berjalan terlebih dahulu.

"Jihyo! Kenapa kau terus meninggalkanku?" pekiknya. Namun, sepertinya itu hanya sia-sia saja sesaat Jihyo telah memasuki Juliet House untuk berada dibagian balkon. "Ais, aku ditinggalkan lagi."

Lantas, Jungkook kini menarik langkah untuk mengekori Jihyo. Intensi selanjutnya adalah balkon Juliet. Dari sini, ia dapat mengamati pemandangan dari bawah yang mencangkup beberapa kawasan. 

"Romeo." Sambil memperagakan adegan balkon yang pernah mereka lihat dalam film Romeo dan Juliet. Beriringan saat Jungkook kembali membidik gambar dan menghasil sebuah potret yang membuat kedua sudut bibirnya merekah.

"Kemarikan diarimu, aku yang akan menempelnya," ujarnya. Membuat Jihyo langsung memberikan diarinya untuk kembali mengamati pemadangan yang ada. 

Jungkook menerimanya dan mulai melakukan hal yang sering kali istrinya lakukan secara diam-diam pada waktu itu.

Hanya dia yang membuatku menjadi pribadi yang berbeda - JK.

Mereka masih berada di Juliet House dan harus menghentikan langkah disebuah tempat yang terdapat banyak catatan cinta di atas sepotong kertas yang biasanya berisi: puisi, harapan, ikrar atau pernyataan cinta yang kemudian ditempel dipintu, dinding dan lantai Juliet House. Paling banyak, terdapat dipintu dan lorong masuk, juga dinding disekitar balkon Juliet. Selain kertas, banyak juga yang menuliskan catatan cinta mereka langsung diatas tembok dan menempel perhiasan-perhiasan kecil atau permen berbentuk hati.

Karena itu, pihak pengelola museum sempat membersihkan semua memorial-memorial yang ditinggalkan pengunjung, karena masalah estetika dan juga kebersihan. Membaca artikel dinternet soal itu, membuat Jihyo lumayan sedih.

"Jika ingin, kau bisa menulis harapanmu ditempat yang sudah disediakan." Jungkook menimpali kala Jihyo melamun begitu lama. 

"Memangnya ada?" Jungkook mengangguk yang kemudian meraih jemari Jihyo untuk kesuatu tempat yang tidak terlalu jauh. Ia mengetahui itu, karena pihak pengelola memang menyiapkan tempat khusus di pohon-pohon yang sudah disediakan, dan juga kedua sisi didinding lorong masuk yang telah dilapisi dengan papan. 

Jihyo dapat melihatnya, sehingga ia langsung mengeluarkan catatan berwarna yang kecil untuk menulis harapannya. Ia juga memberikannya pada Jungkook agar melakukan hal yang sama. Mereka melakukannya, seraya memberikan tatapan tulus satu sama lain, sebelum menulis untaian harapan masing-masing.

"Tuhan, apapun masalah yang akan datang, jangan biarkan kedua hati yang menyatu berpisah begitu saja," kata Jihyo dalam hati yang mengaplikasikannya pada kertas itu.

"Aku ingin terus bersamanya. Kumohon, jangan biarkan dua hati yang saling melengkapi, berpisah begitu mudahnya," ujar Jungkook dalam hati dan penuh harap setelah harapannya telah tertulis di atas kertas itu.

Tidak membuang banyak masa, mereka sontak menempel kertas mereka di dinding yang telah disediakan.

"Harapan kita hampir sama," imbuh Jihyo dengan manik yang berbinar.

Alhasil, membuat Jungkook mengangguk setuju. "Aku tidak mengharapkan apapun, aku hanya ingin kita selalu bersama untuk melalui kehidupan ini. Hanya itu," ujarnya sambil merengkuh pinggang ramping Jihyo, pun Jihyo langsung menyanderkan kepalanya pada dada Jungkook.

***

Mereka masih sibuk untuk memanjakan kedua mata mereka. Terbukti, di mana mereka kini melanjutkan aktivitas mereka untuk berkunjung di Romeo's house yang tidak jauh dari Juliet house yaitu di Via Arche Scaligere 4 yang terdapat bangunan tua berdinding batu bata disebut Casa Mantecchi. Meskipun begitu, rumah itu begitu pribadi sehingga mereka tidak bisa masuk ke dalam sana. Hanya menjadikannya sebagai dokumentasi liburan mereka.

Selain itu, mereka juga berziarah ketempat peristirahatan terakhir Juliet. Makam Juliet atau Juliet Tomb (yang dalam bahasa italia disebut sebagai La Tomba di Giulietta) yang terletak di Via del Pontiere, tepatnya di cloister/serambi San Francesco Al Corso di Cappucin Church.

Sungguh, begitu banyak gambar yang mereka peroleh dan tempel didiari itu. Bahkan, saat sore kini menjelang dan mereka yang belum lagi mengisi perut, membuat Jungkook memutuskan untuk berakhir di Trattoria Da Ropeton yang tidak jauh dari Casa di Guiletta---sekitar 0,8 kilometer.

Tidak ayal, pemandangan yang disajikan pun, membuat mata tidak berhenti untuk memandang. Bukan itu saja, makanan yang mereka hidangkan, juga pelayanan yang mereka berikan, membuat pengunjung yang mungkin baru kali pertamanya menginjakkan kaki ditempat ini, sangat betah. Bahkan, ingin berlama-lama untuk menghabiskan banyak waktu.

Menu dari Trattoria khas Venesia yang mereka pesan pun,  tak lepas dari makanan pembuka dengan salami lokal dan daging liar yang diolah di atas panggangan di atas bara api. Restoran ini juga menawarkan hidangan utama yang sangat lezat dengan spesialisasi daging. Bahkan, Trattoria Da Ropeton juga menawarkan pasta buatan sendiri yang tidak dapat mereka lewatkan.

"Setelah ini, kita pulang. Aku mau istirahat," katanya sembari meneguk minuman anggur untuk melepas dahaga. Alhasil, membuat Jihyo menatap lurus pada Jungkook dan mengangguk.

"Aku setuju. Aku juga lelah," ucapnya dengan meregangkan seluruh ototnya. Akan tetapi, pikiran kotor malah terlintas dikepalanya. "Tapi, tidak ada hal lain selain istirahatkan?" 

Tutur kata itu, dengan spontan membuat Jungkook tersedak---maksudnya, ia paham betul arti dari pertanyaan itu. Keinginan untuk menggoda pun menghampiri begitu saja.

"Ada, kita tentu harus terus melakukannya agar Jeon junior bisa  hadir di antara kita," ucapnya dengan santai. Namun, ampuh membuat kedua mata Jihyo mengelinding dan itu membuatnya benar-benat terhibur.

"Yak! Apa maksud dari ucapanmu?"

Tbc.

Sampe sini dulu, yah😶kita ketemu lagi dibab selanjutnya😁semoga terhibur, hehehe.

Jangan lupa mampir di igku : Juwitaaa_nrp

See u next chapter.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top