0.18

Maap yah kalau makin kesini makin gak jelas☺maaf juga kalau ada typo🙂 pokoknya, happy reading❤

*****

Gadis bermanik bulat itu menatap pantulan dirinya dari cermin yang hampir semampai dengan tubuhnya. Gaun berwarna light cream berlengan panjang dan bawahannya hingga menutupi lutut, membuatnya begitu sempurna. Apalagi, saat riasan wajah natural dengan sepasang high heels yang tampak menutupi kaki jenjangnya, membuat Jihyo semakin dan semakin saja.

Jihyo mengakui, bagaimana sempurnanya pilihan Jungkook dalam hal berbusana. Apalagi, saat ia menyakini, gaun ini pasti memiliki harga fantastis---itu bisa ditebak saat melihat cara berpakaian sang pemberi.

"Aku gugup sekali," ucapnya sembari menggigiti kukunya yang berkuteks grey---itu memang kebiasaannya kalau sedang gusar dan gelisah seperti ini.

Lantas tidak lama, suara mesin mobil terdengar. Bisa Jihyo yakini itu adalah mobil pribadi Jungkook dan itu semakin membuatnya tidak bisa mengendalikan dirinya.

Hingga di mana suara ketukan terhadap pintu rumahnya terdengar, yang membuatnya buru-buru mengambil langkah lumayan panjang agar tidak membuat pria itu menunggu lama dan nyatanya itu memang Jungkook.

"Hai," sapa Jungkook dengan memberikan senyum tipis lantas menyedorkan sebuket bunga mawar merah pada Jihyo.

"Sungguh, Presdir terlalu merepotkan diri--"

"Kau ternyata belum bisa lepas dari embel itu jika kita hanya berdua." Ia mengatakannya dengan mimik muka dibuat-buat seakan merajuk.

Jihyo tersentak sendiri. Ia bahkan tidak menyadari saat panggilan Presdir mengudara begitu saja. Lantas, ia tersenyum kikuk sembari menyelipkan helai rambutnya disisi kanan ke belakang telinganya.

"Bukan seperti itu, tapi akan aku usahakan." Ia membungkukkan tubuhnya kendati mengatur setiap oksigen yang hendak keluar. "Terima kasih untuk bunganya, Jung,"

Sial! Dia tidak bisa seperti ini.

"Sama-sama, aku tidak sengaja melihat toko bunga disekitaran sini jadi aku singgah saja," imbuhnya lantas menatap jam dipergelangan tangannya. "Bagaimana jika kita pergi sekarang? Mansion Nenekku cukup jauh."

Jungkook menghentakkan setelan jas yang ia kenakan. Proporsi tubuhnya yang atletis begitu pas dan membuat semua mata memandang ingin histeris.

Jihyo memberikan satu anggukan. Setelah ia mengunci pintu rumahnya lantas  menuntun tungkainya menuju mobil hitam di mana Jungkook membukakannya pintu dibangku depan.

Sungguh! Ia serasa bermimpi saat ini.

"Kau sangat cantik," ucap Jungkook tatkala mereka benar-benar dekat, bahkan Jihyo dapat merasakan bagaimana aroma maskulin Jungkook yang menusuk penciumannya.

Tentu, ia sangat tersipu! Siapa yang tidak tersipu dan serasa terbang coba?

"Te-terima kasih," ucapnya yang kemudian memasuki mobil disusul oleh Jungkook yang menjadi pengemudi dan menancapkan pedal gas.

Jihyo baru mengingat bahwa tujuan mereka yaitu ke Distrik Songpa. Distrik yang terletak di bagian tenggara Seoul dengan penduduk terbesar. Bahkan seingatnya, Distrik Songpa pernah menjadi ibu kota kerajaan 2.000 tahun yang lalu---sungguh fantastis! Dan ini pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di tempat itu.

"Kau kenapa?" tanya Jungkook saat melihat Jihyo yang tersenyum entah karena alasan apa setelah ia menyetel musik.

Jihyo sungguh tidak pernah membayangkan akan berada dalam kondisi seperti ini. Di mana mereka sama-sama sibuk dengan pikiran akibat hanyut akan musik yang terdengar. Apalagi, musik ini membuat pikirannya tenang dan memikirkan banyak hal yang positif.

Ya. Siapa yang tidak mengetahui lagu kolaborasi antara solois IU dengan Suga. Itu lagu favoritnya beberapa akhir ini. Bahkan sepertinya, Jungkook menikmati lagu itu saat beberapa penggal baitnya ia nyanyikan.

Perjalanannya cukup menyita banyak waktu. Terlebih lagi jalanan yang cukup padat membuat mereka tidak bisa memprediksi kapan mereka akan tiba.

Dan itu tentu membuat Jihyo begitu bosan. Tidak ada percakapan sama sekali yang membuatnya entah keberanian dari mana mengotak-atik dashboard lantas menemukan sebuah kartu yang begitu lucu dengan warna ungu serta tambahan pelangi dan love di ujungnya.

Entahlah! Jihyo begitu penasaran akan isinya yang membuatnya membuka kartu itu dan membacanya---tanpa meminta seizin dari pemilik mobil.

To my Daddy.

Happy father's day for my beloved dad.

For my most handsome dad, don't always think of work.

Dad has become Ironman for Moni and Moni very love dad

Ironman Moni must not be sick, so Dad must always maintain health.

This is a special day for Dad, but for Moni, every day is very special for Dad.

Moni loves Dad, exceeds the unfortunately Moni to anyone.

Moni♡

Kedua sudut bibir Jihyo sontam terangkat, tatkala pesan menggemaskan seorang anak kepada ayahnya. Mendadak Jihyo merindukan anak-anak panti yang ada di panti asuhan Moonlight.

"Ouh, aku lupa menyimpan kartu Moni," ucapnya sesaat melirik ke arah Jihyo yang begitu tertarik pada kartu itu.

Jihyo agak tersentak, tetapi karena Jungkook tidak mengeluarkan tutur kata yang seakan tidak menyukainya membaca kartu ini membuatnya menghela napas seraya tersenyum tipis. "Moni pasti sangat menggemaskan dan pintar," balasnya yang membuat Jungkook menoleh walau sekali-kali kembali fokus.

"Kapan-kapan aku akan mengajakmu untuk menemui Moni. Sebenarnya Moni bisa saja ikut, tapi hari ini dia ada study tour ke Museum dan dia tidak ingin melewatkannya." Jungkook kembali berujar sembari memberikan sapuan hangat pada punggung jemari Jihyo begitu lembut.

Seketika Jihyo merasakan darahnya yang berhenti mengalir. Sentuhan yang Jungkook berikan nyaris membuat seluruh saraf pada tubuh berhenti berfungsi sebagaimana mestinya. Ini memang terdengar konyol, tapi kenyataannya memang seperti itu.

"Dan Jihyo, apa yang kukatakan padamu memang benar!" ucapnya yang kembali membuat Jihyo tidak mengerti.

"Tentang apa?"

Jungkook tersenyum tipis. Jemarinya masih setia pada tempatnya walau pandangannya kini terfokus pada satu titik di depan.

"Kau benar-benar cantik, dan itu membuatku tidak waras. Kumohon, apapun masalah di kemudian hari, aku harap kau tetap disisiku."

Jihyo sontak tertawa. "Kenapa kau berkata seperti itu?"

Namun nyatanya, bisunya Jungkook membuat ia ketakutan saja. Takut di mana suatu saat nanti tidak bisa berada disisi Jungkook.

*****

Mansion megah itu kini berada di hadapannya. Membuat Jihyo melongo tidak percaya, karena mengagumi betapa megahnya eksterior yang ditampilkan.

Apapun itu! Bangunkan ia kalau saat ini ia sedang bermimpi.

"Apa kau ingin di luar saja? Nenek dan Kakekku sudah menunggu kita."

Beruntung, kala itu Jungkook menyadarkannya bahwa saat ini, ia sedang tidak bermimpi. Lantas mereka berdua menarik langkah tatkala dua bilik dibuka lebar oleh seorang maid di mansion ini.

Sesaat bilik itu dibuka, tentu ia mengagumi setiap interior yang ada di mana tidak kalah luar biasanya dengan eksterior yang ada. Mendadak, ia berpikir, seberapa kaya keluarga Jeon saat ini?

"Luar biasa, mansion ini sangat megah dan elegan," ucapnya kagum, membiarkan manik bulatnya menatap seantero mansion.

Jungkook hanya tersenyum tipis, sembari menggenggam jemari Jihyo dengan lembut untuk menuntun ke suatu tempat (ruang tengah di mana Nenek dan Kakeknya tengah berada).

"Ouh, Kookieku sudah tiba!" Seorang wanita paruh baya tetapi masih dengan wajah dan style kekinian merentangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh Jungkook.

Tunggu! Kookie? Itu panggilan yang membuat perut Jihyo terasa digelitik.

"Kau benar-benar datang dan mengunjungi kami sekarang! Dasar anak nakal! Apalagi adikmu itu, Yeonie yang sama sekali tidak berkunjung saat berlamaan di negara orang. Apa kalian ini melupakan Nenek dan Kakek, hem?" ujar wanita itu saat Jungkook memberikan pelukan hangat setelah sangat lama tidak berjumpa.

"Kookie dan Yeonie tentu tidak melupakan kita, mereka sama-sama sibuk untuk menata kehidupan mereka." Kali ini, pria paruh baya itu menimpali ucapan istrinya yang seperti sedang merajuk.

Jungkook menganguk lantas memberikan tos pada Kakeknya (salam hangat ala pria jantan) sebelum mengeluarkan lisannya. "Akhir-akhir ini, begitu banyak proposal yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Yeonjun sempat ingin ikut, tetapi dia memiliki pekerjaan mendadak yang tidak bisa dia lewati. Sementara Moni, dia sedang mengikuti study tour."

"Padahal Nenek sangat merindukan cicit Nenek. Tidak masalah. Kapan-kapan Nenek dan Moni tentu akan bertemu," ujarnya hangat. Bahkan Jihyo dapat merasakan betapa hangatnya ikatan keluarga ini. Mengingatkannya akan keluarganya di mana ia sempat merasakan kebahagian ini sebelum kebahagian itu direnggut oleh Tuhan.

Oh! Dia merasa sangat cengeng tatkala bulir dari pelupuk matanya lolos begitu saja.

Jeon Jee Soo atau lebih dikenal dengan Nenek Jeon langsung saja menoleh tatkala melihat proporsi seorang gadis yang begitu menggemaskan dan lugu. Dua poin saat maniknya secara tidak sengaja menilik ke arah Jihyo.

Nenek Jeon menyenggol lengan Jungkook yang tengah berbincang sederhana dengan Jeon Jung Sik atau Kakek Jeon perihal bisnis di era sekarang di mana mereka melupakan kehadiran sosok yang berada disekitar mereka. Wanita itu menggeleng kesal tatkala mendapati kedua alis yang terangkat.

"Dia yang difoto itukan?" tanyanya secara berbisik. Jungkook mengangguk lantas menarik langkah untuk mendekati Jihyo yang termenung (mungkin efek kelamaan menanti) dan membuat gadis itu tersentak saat jemari digenggam lembut. "Kakek, Nenek, gadis di sampingku ini bernama Park Ji Hyo. Sekretarisku, sekaligus kekasihku."

*****

"Sudah berapa lama kalian merasakan debaran cinta?" tanya Nenek Jeon tatkala mereka berbincang empat mata disebuah kamar dan mereka duduk di kasur bergambar Ironman (entah siapa pemilik kamar ini karena hampir seluruh kamar dipenuhi oleh benda-benda Ironman).

Jihyo tentu tidak dapat mengekspresikan dirinya tatkala pertanyaan itu mengudara. Ia tidak tahu harus memberi jawaban seperti apa karena ia sama sekali tidak mengetahui kapan debaran itu muncul. Ouh, mendadak Nenek Jungkook membuatnya gugup saja.

"Aku kurang tahu," jawabnya seadanya. "Karena rasa itu muncul begitu saja."

Nenek Jeon sekejap tertawa. Entah dari segi mana kelucuan yang ada. "Tidak perlu kaku seperti itu, Nak. Santai saja. Anggap kau berbicara dengan temanmu."

Jihyo lantas mengangguk. Walau itu akan membuatnya aneh sendiri.

"Sungguh, Nenek begitu gembira saat mendapat berita dari Yeonjun bahwa Jungkook telah memiliki kekasih seperti dirimu. Bukan karena tanpa alasan! Aku sebagai Neneknya merasakan penderitaan yang anak itu sempat rasakan. Dia terus saja jatuh dan bangkit setelah kepergian istrinya. Beruntung, masih ada Moni dan orang sekitarnya yang begitu peduli dengan keadaan Jungkook. Aku sempat dilanda gelisah tatkala memikirkan anak itu. Siang dan malam."

"Anak itu sebenarnya memiliki kepribadian yang hangat. Sisi yang sering dia perlihatkan itu hanya sebuah topeng dan berusaha keluar dari labirin kehidupan yang menyesakkan. Hanya diwaktu tertentu saja dia bisa merasakan kedamain, karena bayangan masa lalu terus saja menguasai diri. Aku sebagai Neneknya kurang mengerti kejadian yang terjadi karena sebuah jarak dan keadaan. Bahkan saat anak itu harus menginap di rumah sakit jiwa, aku belum bisa memahami keadaan. Beruntung, Yunho memberikan kabar keadaan Jungkook yang katanya merasakan siksaan jiwa dan raga." Nenek Jeon menceritakan semuanya (terasa mengalir begitu saja) dan membuat Jihyo merasakan penderitaan yang sama. Seakan apa yang Jungkook rasakan pada waktu dapat ia rasakan bagaimana sengsaranya masa-masa itu.

Jihyo menarik napas begitu dalam lalu menghembuskannya. "Aku sudah mengetahui itu semua dari Yoomi. Bagaimana tersiksa dan sengsaranya dia, dapat kupahami karena apa yang dia rasakan bukanlah kejadian yang tidak bisa dianggap sepele. Walau terkadang aku kesal sendiri saat harus memahaminya." Ia tersenyum tipis membuat Nenek Jeon memberikan sapuan hangat di punggung tangan.

"Entah takdir mempermainkan anak itu tapi sekarang, aku sudah sangat bersyukur karena kau hadir dalam kehidupannya. Melengkapi serpihan bintang yang hilang dan membuatnya kembali bersinar. Memang tidak semudah tapi itu pasti terjadi," ujarnya.

Mendengar penutuan Nenek Jeon, membuat Jihyo yakin akan apa yang mengusik pikirannya.

Ya, ia sudah benar-benar jatuh ke dalam kubangan cinta yang Jeon Jungkook buat dan mungkin sangat sulit untuk lepas.

Dan nyatanya, berbincang dengan Nenek Jeon cukup menyenangkan. Wanita paruh baya itu tampak leluasa menjelaskan bagaimana sikap Jungkook sewaktu kecil karena Jungkook dan Yeonjun memang tinggal di mansion ini hingga keduanya masing-masing berusia 15 tahun, karena kedua orangtua mereka yang selalu gencar mengumpul harta hingga membuat mereka mau tidak mau menitipkannya, sampai Yeonjun dan Jungkook ingin mandiri dalam berbagai hal.

Jihyo sangat salut. Mengingat Jungkook kini tumbuh menjadi pribadi dewasa dan sukses.

Apalagi, saat Nenek Jeon yang memperlihatkan sebuah album berisikan foto masa kecil Jungkook yang begitu lucu nan menggemaskan. Nenek Jeon memperlihatkannya sambil menceritakan kapan foto itu diambil.

"Ini waktu Kookie mengemut jemari Yeonie yang baru saja berusia setahun,"

"Kalau ini, saat aku mengajak mereka ke kebun strowberry yang berada tidak jauh dari sini. Sekeranjang strowberry yang ranum mereka mainkan sebagai bom. Kalau tidak salah Kookie berusia 11 tahun dan Yeonie berusia 3 tahun, entahlah, tapi sepertinya."

Jihyo tersenyum lebar saat Nenek Jeon menceritakannya. Apalagi saat mereka tertawa dimana foto masa kecil Jungkook yang benar-benar lucu (membuat air dari pelupuk mata itu lolos begitu saja).

Itu terjadi begitu saja, hingga sosok yang tengah dibahas kini hadir dengan menyandarkan diri ke pintu sembari melipat kedua tangan.

"Sepertinya isi album itu begitu lucu. Bahkan membuat kalian tanpa sadar menangisinya, ck!" ujarnya sembari menggelengkan kepala.

Jihyo mengangguk. "Ini begitu lucu, ditambah satu foto anak lelaki yang tidak mengenakan pakaian satupun," cicitnya.

"Yak! Nenek! Kenapa kau memperlihat foto itu?" Jungkook tampak kesal, mencoba mengambil album itu. Namun, dengan kekuatan penuh, Jihyo dan Nenek Jeon tidak membiarkannya.

"Kenapa? Jihyo tentu boleh melihat foto masa kecil calon suaminya."

Jangan tanyakan bagaimana kondisi debaran hati Jihyo saat mendengar kalimat itu. Bergejolak tanpa henti. Apalagi, saat senyum entah arti apa, kini menghiasi wajah tampan Jungkook.

*****

Entahlah, waktu begitu cepat berlalu. Padahal, Jihyo sangat betah berada di mansion keluarga Jeon. Baginya, berbincang dengan Nenek Jeon benar-benar luar biasa. Banyak hal yang bisa dijadikan topik saat para pria sibuk dengan perbincangan perihal bisnis. Mereka bahkan tak segan membahas tentang makanan, kebiasaan kecil, hal yang disukai dan masih banyak lagi.

Huh, rasanya Jihyo tidak ingin meninggalkan Distrik Songpa kalau sudah begitu.

"Kau kenapa? Betah bersama Nenek, hem?" tanya Jungkook sesaat ia melirik ke arah Jihyo yang terlihat murung menatap lalu lalang dari jendela mobil.

Jihyo refleks mengangguk yang membuat Jungkook tersenyum kecil sembari fokus menyetir. "Apapun yang Nenek katakan, tidak perlu kau ingat--"

"Kenapa?"

Jungkook tersentak sendiri saat Jihyo bertanya dengan memperlihatkan eyes puppynya. "Bukan apa-apa," ujarnya menahan semburat malu dari sana. Jihyo sangat paham, karena Nenek Jeon banyak menceritakan masa kecil pria itu yang begitu konyol hingga kebagiaan di mana pria itu merasa tersiksa dan tertekan.

"Jung, tahu tidak? Nenek berkata, kau dulu suka ke kebun tanpa menggunakan pakaian."

"Yak! Jangan katakan apapun lagi, Ji," pekiknya bercampur kesal dan malu.

Sungguh. Apapun itu, Jihyo ingin sekali tertawa melihat mimik muka itu.

"Nenek juga mengatakan Kookie itu punya boneka yang namanya Cooky."

"Ji! Kalau kau berbicara lagi, kau akan dapat hukuman!"

Dan nyatanya, Jihyo tidak peduli. Ia suka sekali mengoceh tidak jelas yang berhubungan dengan masa kecil Jungkook.

"Jung, kata Nenek, Kookie itu--"

Jihyo tidak melanjutkannya saat mendapat sebuah ciuman. Ciuman itu pun sontak membuat Jihyo terpaku, dua bibirnya tidak bisa mengekspresikan apapun. Ia bahkan tidak menyadari di mana mobil berhenti karena lampu lalu lintas yang berwarna merah dan membuat Jungkook dapat melakukan aksinya.

Memang kedua bibir itu hanya menempel, tapi tidak lama, Jungkook memainkannya. Menangkup kedua pipi Jihyo dan menyesap bibir ranum itu (membuat Jihyo seperti melayang tanpa batas). Terlebih lagi ini ciuman pertamanya.

Akan tetapi, bunyi klakson dari mobil belakang membuat Jungkook menghentikan aksi konyolnya itu di mana membuat bibir tebal Jihyo agak bengkak. Dilihatnya manik Jihyo yang sayu dan napasnya yang tidak teratur.

Jungkook lantas berseringai.

*****

Anjir, Jungkook☻Kamu nakal sih Jihyo☻

Ini udah panjang yahh☺walaupun gak panjang-panjang amat😂tapi kita cut sampe sini dulu😂

Voment sini yuk, biar bisa update😁

Jihyo ketemu ama Moni bisa jadi part selanjutnya👌dan gak lama lagi ada kejutan sih buat kalian😉

Kejutan apee nihh🤔siapin diri ajah yah👌aku gak mau banyak bacot soalnya takut kelepasan🙂wkwkwk

Dahhh🙃

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top