0.09
"Hujan."
Jihyo bingung. Tidak mengerti maksud atasannya. "Hujan?"
"Aku benci hujan."
Jihyo hampir tersedak dengan air liurnya. Baru kali ia menemukan seseorang yang membenci hujan---maksudnya, jika itu seorang perempuan sangat wajar, tetapi jika itu adalah laki-laki, apa alasannya?
Kedua bibir Jihyo yang hendak mengajukan pernyataan pun, terhalang saat atasannya kini berada tepat di hadapannya dengan kedua tangan yang menjejal ke dalam sakunya.
"Dan untuk itu, masuklah dan ambil map di atas meja dan pergilah ke ruangan kerjaku. Aku harus ke kamar mandi dulu."
Jihyo mengangguk dengan cepat, bahkan langsung mengambil map itu dan menarik langkah dengan tergesa-gesa. Apalagi, saat pintu itu sudah tertutup dengan rapat. Ia terkejut. Atasannya begitu menjengkelkan.
Sekarang, ia hanya bisa menghembuskan napas dengan pelan, berbalik lantas menarik langkah. Namun, beberapa saat, ia menghentikan langkahnya, pikirannya bahkan melayang kemana-mana---maksudnya, ia sedang berpikir, di mana ruangan kerja atasannya itu? Mansion seluas istana ini membuat kepalanya sangat pening saat menebak-nebak letak ruangan tersebut.
Hal yang bisa ia lakukan saat ini ialah memanggil Bibi Jung. Namun, sudah dua kali suaranya terdengar menggelegar, tetapi tidak ada jawaban dari sang empu. Itu membuat Jihyo semakin berpikir.
Jalan satu-satunya ialah, mengandalkan insting.
Jihyo menarik langkah sembari kedua mata bulatnya memandangi interior mansion ini yang begitu menarik matanya. Sangat megah dan elegan. Pantas saja banyak gadis di luar sana yang mengaku-ngaku sebagai sekretaris. Ia memang mengakui, atasannya---Jeon Jungkook memiliki wajah yang tampan dan juga sangat mapan dengan segala yang dimilikinya. Apalagi, atasannya itu sudah ditinggal mati oleh istrinya, apalagi coba?
"Huft, kenapa aku malah memikirkannya?" Jihyo menepuk kepalanya agak keras---seakan hal yang dilakukannya ampuh untuk menghilangkan imajinasinya itu walau sebenarnya tidak bisa.
Sudah sekitar lima menit ia berkeliling, tetapi ia tidak menemukan ruangan yang diyakini sebagai ruangan kerja. Apa-apaan ini? Ia sudah setengah lelah dan lagi, kenapa pekerja di rumah ini tidak menampakkan batang hidungnya, padahal ia sedang sangat membutuhkan bantuannya. Suara indahnya bahkan sudah beberapa kali terdengar, tetapi belum juga ada balasan.
Itu membuatnya agak kesal, sebab kalau ia tidak menemukan ruangan itu, ujung-ujungnya akan ada perdebatan kecil yang pasti akan dimenangkan oleh atasannya yang tidak pernah mau mengalah.
Jihyo terus melangkah, mengikuti instingnya tiada henti, tetapi beberapa saat melangkah, ia tiba-tiba berhenti saat matanya menemukan sebuah foto berukuran sedang. Seperti foto pernikahan. Ya, dan itu adalah atasannya bersama dengan mendiang istrinya.
Apa itu yang bernama Kaylie? batinnya bergumam. Cantik, mempesona, dan anggun---pantas saja ia bisa menjadi seorang Nyonya Jeon dari asal usulnya yang dulunya seorang Sekretaris.
Ia mendekat, menilik foto berbingkai yang memajang kebahagiaan sepasang suami-istri itu.
"Apa yang kau lakukan? Bukankah, 5 menit lalu aku menyuruh untuk ke ruanganku dan apa ini?"
Suara itu mengejutkannya dan lihat saja, ia hanya bisa merutuki dirinya sendiri dengan menundukkan kepalanya saat ia berbalik.
"Jawab pertanyaanku! Aku tidak menyuruhmu bungkam dan menunduk seperti itu."
Jihyo meneguk ludahnya. "Ak--aku tidak bermaksud, Presdir--hanya saja, aku tidak tahu ruanganmu dan aku sudah berusaha mencarinya hingga--"
Jungkook menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau tidak diajarkan untuk bertanya? Kau pasti mengenal peribahasa mengenai itu'kan?" selanya.
Jihyo mengangguk. "Aku benar-benar minta maaf, Presdir. Itu memang kesalahanku, tetapi aku sudah berusaha memanggil siapapun yang bisa membantuku. Namun, tidak ada yang menjawabnya, aku tidak sempat bertanya dengan Presdir dikarenakan Presdir yang langsung menutup pintu," jelasnya. "Aku minta maaf untuk kesekian kalinya."
Jihyo sebenarnya bosan dengan kata maaf yang terus terlontar dari bibirnya, tetapi ia harus bagaimana lagi? Atasannya terlalu protektif dalam hal apapun. Apalagi mengenai apa yang dilakukannya.
"Tidak perlu meminta maaf, aku yang salah, karena tidak memberitahumu bahwa pekerja dimansion sedang berada di pavilium untuk membersihkan ruangan tersebut. Untuk itu, maaf."
Detik itu juga, detak jantung Jihyo serasa ingin berhenti.
Atasannya, Jeon Jung Kook mengutarakan permintaan maaf untuk pertama kalinya.
Catat! Untuk pertama kalinya!
"Presdir mengatakan apa tadi?" Jihyo berujar, sebenarnya ia hanya ingin memastikan pendengarannya, apa ia salah dengar atau tidak.
Jungkook pun terlihat bingung dengan gelagak Jihyo kali ini. "Yang mana?"
Jihyo merotasikan manik mata bulatnya dengan malas. "Yang terakhir tadi, saat Presdir meminta maaf--"
"Mungkin kau salah dengar! Aku tidak pernah mengatakan apapun. Di sini kau yang bersalah! Kau bisa saja melakukan suatu hal agar menemukan ruangan kerjaku! Seribu jalan menuju roma! Apa kau tidak mempelajari peribahasa itu?" celotehnya membuat Jihyo menganga tidak percaya.
Sungguh, ia merutuki pendengarannya yang tiba-tiba mendengar kalimat maaf dari mulut sang atasan. Akan tetapi, itu memang benar, ia bahkan bisa merasakan suara itu.
Tampak Jungkook memicingkan matanya dengan sinir. "Kau mengharapkan aku meminta maaf denganmu?"
Jihyo menggeleng. "Tidak, aku sepertinya salah dengar, jadi untuk itu abaikan saja," ucapnya. sebenarnya Jihyo ingin kukuh akan apa yang didengarnya. Namun, karena tidak mau terjadi perdebatan lagi, membuat ia mengalah saja. Takdirnya mungkin sudah seperti itu.
Jungkook pun tersenyum samar dan itu bisa Jihyo lihat---untuk pertama kalinya---tetapi, Jihyo tidak tahu apa maksud senyum itu. Apa itu senyum atas keberhasilan sang atasan yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa?
***
Hujan masih turun, bahkan terdengar deras ditambah suhu ruangan yang sangat dingin, walau penghangat ruangan yang telah dinyalakan sesaat ia memasuki ruangan berwarna hitam-putih dengan bau maskulin yang menyeruak.
Sudah beberapa menit ia berada di ruangan ini, hanya ia dan atasannya. Memang, mereka sama-sama fokus dengan pekerjaan, tetapi itu tetap membuat Jihyo agak canggung jika berada dekat saja dengan pria itu.
Hatsyi!
Suara bersin pun langsung mengalihkan pikirannya. Tentu bukan ialah yang bersin, melainkan atasannya yang sekarang terlihat menahan apa yang ingin dikeluarkan mulutnya. Lihat! Hidungnya bahkan sudah memerah. Mungkin karena faktor suhu yang mempengaruhi kekebalan tubuhnya membuat ia mengalami flu.
Sebenarnya Jihyo ingin melakukan sesuatu, tetapi mengingat beberapa kesulitan yang diberikan sang atasan kepadanya, membuat ia kembali melanjutkan kegiatannya. Kali ini, Jihyo ingin melihat atasannya itu tersiksa karena kedinginan.
Hatsyi!
Hatsyi!
Jihyo pun mulai jengah sendiri mendengar suara bersin itu. Tanpa membuat suara kegaduhan dan membuat Jungkook risih, Jihyo mencoba mencari kotak P3K yang pastinya ada diruangan ini.
"Presdir!"
Jungkook sontak berbalik dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Dimana kotak P3K?"
Pertama, Jungkook menggaruk tengkuknya, agak bingung dengan sekretarisnya yang tiba-tiba menanyakan perihal kotak obat. Namun, jari telunjuknya langsung menunjuk sebuah laci yang berada di lemari penyimpanan beberapa proposalnya.
"Kau sakit?"
Jihyo mengangguk dan Jungkook hanya diam saja melihat apa yang dilakukan gadis itu. Maniknya terlihat fokus menatap setiap pergerakan yang dilakukannya. Mulai dari mencari kotak obat dilaci hingga Jungkook rasakan sekretarisnya itu mendekat ke arahnya, bahkan membawa segelas air mineral.
"Telingaku sakit mendengar presdir terus bersin, jadi ambillah obat ini." Jihyo mengulurkan tangan kanannya yang memegang dua tablet obat bersin serta tangan kirinya yang memegang air mineral.
"Aku tidak memerlukan obat." Tampak perubahan raut wajahnya saat obat itu ada dihadapannya.
Jihyo memicingkan matanya, pikiran perihal atasannya yang seperti tidak suka obat tablet, mencuat begitu saja. "Jangan bilang Presdir tidak pernah meminum obat tablet selama ini."
"Kau bicara apa!" ujarnya kesal, bahkan ia merebut obat dan air itu secara paksa dari tangan Jihyo.
Bisakah Jihyo membunuh pria menjengkelkan di hadapannya ini?
TBC.
Hayoooo, ketemu lagi, wkwk😶😅 Sampai jumpa dibagian selanjutnya❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top