0.05
Ia menghempaskan tubuh di atas kasur. Masih dengan pakaian tadi, ia langsung memejamkan mata. Awalnya begitu susah, tetapi seperkian detik langsung membuat pertahanannya runtuh begitu saja. Ia terisak. Mengingat perkataan mantan atasannya.
Mantan atasan? Yap! Jihyo baru saja mengirim surat pengunduran dirinya melalui surel ke Hwang Yun Ho. Ia tidak peduli lagi. Ia sudah tidak bisa menahan dirinya. Tetapi, ia juga harus mulai berpikir! Bagaimana ke depannya? Pekerjaannya yang baru sehari sudah berantakan seperti ini.
Bekerja di perusahaan besar memang sangat sulit dan sudah ia rasakan.
Jihyo menghapus air matanya dan bangun dari tidur lalu menuju meja pribadinya untuk melakukan sesuatu. Diambilnya stick note dan menulis sesuatu.
Sel, 17 Desember 2019
Dear pria sialan!
Aku harap kau akan tenang dengan hidupmu yang penuh dengan awan yang pekat. Yeah, TENANG! Kau tidak pernah menganggap seseorang dengan semestinya. Kau pikir siapa dirimu, hah? Serasa aku ingin menampar dan mencacimu jika perlu. Aku marah! Sangat! Dan aku berharap, aku bisa membalasmu di kemudian hari.
Tidak lama pun, Ponselnya bergetar. Alhasil, Jihyo langsung merogoh ponselnya dari dalam tas untuk melihat siapa yang mengirimkannya pesan di malam hari.
[Uknown]
Besok, kau harus ada di hadapanku! Ini perintah.
Jihyo mengerut dahi. Ini perintah? Ouh, ia sudah paham. Siapa lagi kalau bukan pria itu yang mengirimkannya pesan? Benar-benar memuakkan. Apa ia tidak mengenal kata maaf?
Jihyo menghembuskan napas dengan pelan. Ia menyimpannya di atas meja. Ia tidak peduli lagi. Toh, ia sudah mengundurkan diri.
[Uknown]
Soal tadi dan yang lalu, tolong lupakan saja. Anggap saja itu sebagai awal yang buruk. Besok, jangan lupa untuk datang lebih awal. Ini kali pertamanya aku meminta tolong seperti ini. Selamat malam.
Jihyo benar-benar kesal dibuatnya. Apa susahnya mengatakan maaf? Pria ini benar-benar membuat Jihyo frustasi.
"Jadi, bagaimana Jihyo?" Ia bergumam sendiri sembari membaca kembali pesan itu.
Lama berpikir, ia mengedikkan bahunya. "Akan kulihat besok!" ujarnya lalu kembali kekasurnya. Ia ingin tidur. Ia ingin merasakan mimpi untuk sejenak dan melupakan segalanya.
***
Jungkook menggigiti bibir bawahnya. Resah akan apa yang dilakukannya berapa saat. Mengirim pesan.
"Apa gadis ini tidak membaca pesanku? Bagaimana jika dia benar-benar mengundurkan diri? Yunho tidak pernah main-main dengan ucapannya," gumamnya kalut. Baru kali ini ia seperti ini. Akh--membuatnya sangat kesal.
"Dad, apa Dad sudah tidur?" Suara itu menyentakkan pikirannya. Pandangan Jungkook terpusat pada botol wine berkadar rendah. Buru-buru ia membuangnya di tong sampah dan meminum air mineral sebelum membuka suara dan pintu.
"Belum, tunggu sebentar." Jungkook memperbaiki pakaiannya dan akhirnya membuka pintu.
Tampak seorang gadis kecil yang berwajah bantal sembari memeluk boneka pandanya. Moni mengucek kedua matanya.
"Ada apa, Princess?"
"Moni mimpi buruk. Moni memimpikan Mom yang meninggalkan Moni," ucap Moni lirih.
Jungkook menghela napas. Ia mengulurkan tangannya untuk merenggut putrinya itu dan membawanya ke kasurnya.
"Apa Moni berdoa sebelum tidur?" tanya Jungkook yang menidurkan Moni di sampingnya. Gelengan dari Moni sebagai jawaban.
"Pantas. Seharusnya Moni baca doa sebelum tidur--"
"Dad, kenapa Mom pergi?" Moni menyela ucapan ayahnya yang membuat napas Jungkook langsung rercekat. Apa yang harus ia katakan, sekarang?
Jungkook pun hanya mengelus puncuk kepala putrinya. "Sekarang berdoa dan tutup kedua matamu. Besok kau sekolah." Ia mengalihkan ucapan putrinya dan Moni melakukannya. Moni berdoa dan memejamkan mata.
***
Suara kicauan alarm membuat imajinasi gadis bermata bulat ini berantakan. Tampak jam yang masih menunjukkan angka 5 pagi yang membuat suasana hatinya sedikit kacau. Ia kembali memejamkan mata---mencoba untuk melupakan segalanya, tetapi sepertinya tidak bisa. Imajinasi yang membuat tidurnya nyenyak hilang seketika dan digantikan dengan masalah kemarin---masalah di mana harga dirinya runtuh hanya karena seorang pria. Ia mendudukan dirinya sembari menatap jendela yang belum menyembulkan sisi timur dengan keperkasaannya.
Terlihat Jihyo yang sedikit berpikir dengan pikiran dingin. Tampak sulit untuk melakukannya. Namun, ada hal tersulit jika ia tidak melakukannya. Dengan satu kali hembusan napas, ia bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi. Ini memang masih pagi, tetapi akan lebih baik jika ia datang lebih awal agar tidak mendapat sasaran empuk lagi dari atasannya.
Sekitar beberapa menit di dalam sana, Jihyo keluar dengan mengenakan kemeja berwarna krem yang dipadukan dengan rok berwarna cokelat. Jangan lupakan, rambut pendeknya yang masih basah karena guyuran shower.
Jihyo terlihat berjalan ke arah meja rias untuk mengeringkan rambutnya mengenakan hair dryer, tidak lupa setelahnya, ia kemudian memoleskan wajahnya dengan polesan riasan tipis. Itu lebih baik, karena Jihyo tidak mau mendapat tatapan aneh dari para karyawan hanya karena riasan serta ia yang akan di cap sebagai sekretaris genit atau keganjengan.
Masih ada beberapa waktu sebelum ia meninggalkan rumah sewanya, Jihyo pun menaikkan lengan kemejanya dengan menggulungnya sebanyak 3 kali ke atas. Lantas, ia menggunakan waktunya untuk membersihkan rumahnya yang agak berantakan. Rumah yang ia sewa tidaklah seluas yang dibayangkan. Hanya ada satu kamar yang cukup untuk dirinya, satu kamar mandi, dapur dan ruang santai kecil. Hanya itu, karena buat apa memiliki rumah seluas istana jika hanya ialah yang menjadi penghuninya.
***
Jungkook keluar dari mobil saat seseorang membukanya. Terlihat beberapa orang berjejer rapi hanya untuk memberi sambutan kepadanya. Manik mata tajam Jungkook bergerilya mencari seseorang dan sesaat ia tidak menemukannya, ia memberi tatapannya kepada Yoomi--manajer pemasaran.
"Apa sekretaris Park sudah datang?"
Yoomi mengangguk. "Sepertinya sekretaris Park berada di ruangan anda--" Belum selesai apa yang ingin dikatakan Yoomi, Jungkook langsung melenggang pergi membuat Yoomi mendengus kesal.
Setelah Jungkook benar-benar menghilang, Yoomi berbalik menatap beberapa karyawan. "Bubar! Kembali bekerja, semuanya!"
Teriakan riuh terdengar yang mereka berikan kepada Yoomi. Lantas Yoomi mengambil ancang-ancang melepas high heelsnya karena kesal.
Tidak karyawan, tidak atasan, semuanya sama!
Sedangkan Jungkook, tampak terus berjalan menuju lift---menuju ruangannya yang berada di lantai lima.
Tidak lama, pintu lift terbuka dan menampilkan Jihyo yang tengah membawa tablet. Tidak lupa senyuman yang kini terpatri di kedua bibirnya, walau itu sebenarnya palsu. Jungkook tahu betul, mana senyum yang benar-benar asli dan palsu.
Jungkook pun mengambil langkah dan Jihyo berada tepat di sampingnya---berusaha untuk mengimbangi langkah tersebut.
"Pukul 09.00 akan ada rapat dengan Pihak MS Record terkait kontrak Mylan dengan JK Entertainment. Setelah makan siang, akan ada pertemuan dengan Dewan Direksi untuk membahas Resort di Busan dan Manila. Serta yang terakhir, makan malam dengan Tuan Mike Nules---klien dari Amerika."
Jihyo berusaha menjelaskannya sembari berusaha untuk mengimbangi langkah Jungkook yang panjang yang bahkan tanpa di sadarinya membuat ia menubruk tubuh Jungkook yang tiba-tiba berhenti.
"Maafkan saya, Presdir."
Jungkook berbalik dan menatap tubuh Jihyo rinci. "Soal tadi malam, anggap itu hanya mimpi saja. Kau jangan merasa tinggi hanya karena aku memohon kepadamu untuk tetap bekerja di sini. Kalau bukan Yunho, aku tidak sudi untuk melihatmu." Kalimat pedas itu kembali merocoti telinganya.
Sungguh, Jihyo merasa panas hanya karena mendengar atasannya berbicara.
Tidak mau ambil pusing, Jihyo hanya menampilkan senyumnya dan mengangguk.
Ini baru awal Park Ji Hyo! Fighting!
***
TBC.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top