0.04
Hello, i am back😀
Jangan lupa bahagia, guys💜
***
Ia meregangkan kedua tangannya yang sangat kram, karena kelelehan terus membiarkan jari-jemarinya menari di atas papan tombol. Hingga, suhu ruangan yang begitu dingin pun membuat atensinya langsung teralihkan.
Ia baru tersadar dari aktivitasnya, perusahaan sudah sangat sepi dan sunyi. Sesaat ia melihat jam di pergelangan tangannya, sekarang hampir pukul 9 malam, padahal pekerjaannya belum juga selesai ditambah perutnya yang belum terisi apa-apa dan seingatnya, ia terakhir kali meminum susu pisang.
"Huft! Presdir sialan itu benar-benar membunuhku secara perlahan," gumamnya pelan yang kemudian melanjutkan aktivitasnya kembali. Sisa satu proposal yang harus ia revisi kemudian meninggalkan tempat ini. 10 jari-jarinya pun terus menekan tuts papan tombol dengan lincah dengan pergerakan mata yang menyesuai.
Ia menggigiti bibir bawahnya. "Ah, kalau uangku sudah cukup untuk membiayai kehidupanku di masa yang akan mendatang, boro-boro aku berkerja rodi seperti ini," celotehnya.
"Memangnya dia pikir, siapa dia? Seorang pria yang punya segalanya? Menyebalkan," tambah Jihyo.
Berada di dalam ruangan ini membuatnya sedikit jengah, sehingga membuat ia harus berusaha dengan keras menyelesaikannya agar bisa pergi dari sini untuk merasakan empuknya kasur rumahnya.
Namun, tidak lama terdengar suara benda yang terjatuh. Jihyo terkejut bukan main. Suara yang didengarnya itu mengusik ketenangannya serta membuat ia bergidik ngeri. Ia benar-benar sendirian di ruangan ini dan suara apa itu? Sifat pesimisnya muncul setelah mendengar suara suatu benda yang pecah.
"Jihyo, itu mungkin hanya kucing, okay?" Tapi otaknya berpikiran lain. Bagaimana jika itu perampok atau sejenisnya? Jujur, walaupun ia sering berkumat ingin melenyapkan diri, percayalah! Itu hanya omongan belaka, karena Jihyo sendiri masih ingin melakukan suatu hal sebelum meninggalkan dunia ini.
Ia menggigiti kukunya. Suara derapan kaki terdengar begitu jelas. Oh my God! Buru-buru Jihyo mencari benda untuk mengamankan dirinya dan yeah! Sejak kapan ada tongkat bisbol di dalam ruangan ini? Akan tetapi, Jihyo tidak peduli. Ia lebih memilih mengambil dan mengamatinya dengan sejenak.
"Jika benar itu perampok! Aku akan menghabisinya dan membuatnya muak untuk merampok lagi," gumamnya dengan kesal. Kakinya pun melangkah ke arah pintu---lebih tepatnya bersembunyi. Terdengar suara langkah kaki lagi. Jihyo sudah bersiap. Ia memejamkan mata dan kemudian melayangkan tongkat bisbol ke udara yang mengenai sasarannya.
"Tolong! Ada perampok!" pekiknya dengan terus melayangkan pukulan betubi-tubi mengenakan tongkat bisbol.
"Hei! Apa yang kau lakukan ! Berhenti! Kau membuat kepalaku terluka!" ujarnya dan Jihyo masih terus melakukannya---tidak menghiraukan perkataan lawannya hingga dimana tongkat bisbol ditangannya direnggut paksa. Jihyo mengumpat dalam hati, apakah itu?
Manik matanya yang terpejam pun, perlahan terbuka. Seketika ia mematung, sorot mata elang itu menusuk netra dan membuat buluk kuduknya merinding. Kedua bibir Jihyo bahkan bergetar---amat takut mengeluarkan nama itu.
Jungkook yang mengambil paksa tongkat bisbol itu pun langsung melemparnya kesembarang arah. Jihyo bukan terfokus pada itu, manik matanya malah melihat Jungkook yang tengah menutup hidungnya yang mengeluarkan darah. Tunggu, hidungnya mengeluarkan darah?
"Presdir, aku benar-benar meminta maaf. Aku kira kau segerombolan perampok yang ingin merampok harta perusahaan," cicit Jihyo. Namun, Jungkook tampak enggan menyanggahnya dan malah melenggang menuju toilet karyawan untuk membersihkan darah itu dan Jihyo mengekorinya hingga ke dalam.
Jungkook membasuh tangannya yang dipenuhi darah dan tampaklah hidung Jungkook yang masih meneteskan darah. Jihyo yang melihat itu, semakin merasa bersalah, terlebih lagi ia membenci darah.
"Presdir ...."
Jungkook membasuh wajahnya. Lalu, menatap ke langit-langit atap dan mengeringkan wajahnya menggunakan tisu. Kedua tangannya mengepal kuat tatkala melihat penampakan Jihyo yang memasang raut bersalah.
Tampak Jungkook yang merotasikan bola matanya dengan malas disertai dengan sengirannya. "Sudah dua kali kau membuat suasana hatiku benar-benar hancur, entah apa yang ketiga kalinya dan entah, apa aku harus memberikan salam perpisahan kepadamu di saat itu juga," ucapnya dingin. "Ini bahkan hari pertamamu dan kesan yang begitu buruk bagiku! Kau bahkan gadis pertama yang dengan beraninya ingin menghancurkan wajahku. Kenapa kau sebenarnya? Apa yang kukatakan beberapa waktu lalu membuatmu tidak jerah? Bisakah kau tidak mengusikku dan membuatnya seperti biasa saja? Bisakah kau profesional menjadi seorang sekretaris?"
Jihyo hanya bisa menundukkan wajahnya jika atasannya sudah berbicara seperti ini. Jihyo bahkan tengah berusaha untuk menyimpan air matanya agar tidak jatuh.
"Aku heran dengan Tim Yunho! Kenapa ia harus memilihmu? Padahal di Korea Selatan, begitu banyak orang yang bertalenta dari kau yang biasa-biasa saja bagiku. Heh, apa kau melakukan yang tidak-tidak agar Yunho membuatmu menjadi kandidatnya yang begitu sempurna? Kau tahu maksudku'kan?" Jungkook tersenyum licik dengan kedua alisnya bertautan.
Benar-benar, Jihyo sudah tidak bisa menahan perihnya kedua matanya yang kini memanas. "Presdir, aku tidak melakukan apa yang kau katakan dan--"
"Dan aku tidak peduli apa yang kau katakan! Entah apa yang dipikirkan Yunho sehingga memilihmu sebagai kandidat terbaik. Bagiku, kau hanya sekretaris rendahan yang bahkan tidak tahu malu dan sopan santun." Sorot mata Jungkook begitu tajam.
Jihyo sudah bersusah payah menahan perihnya matanya yang ingin mengeluarkan air mata. Manik matanya kini beralih menatap atasannya yang bahkan begitu enggan menatapnya.
"Untuk kesekian kalinya aku ingin meminta maaf kepada Presdir, tetapi jika Presdir sudah seperti ini? Tidak menghargaiku sebagai seorang gadis, aku tidak bisa menerimanya. Kalau begitu aku memutuskan untuk berhenti! Aku tidak tahan jika harus bekerja dengan seseorang yang ingin dihargai tapi tidak bisa menghargai balik. Permisi, maaf telah membuatn Presdir terluka." Jihyo berbalik dengan isakannya. Ia mengambil tasnya dan meninggalkan segala pekerjaannya.
Katakan Jihyo bodoh!
Pekerjaan di Seoul tidaklah semudah yang dibayangkan, terlebih lagi Jihyo yang menginginkan menjadi seorang sekretaris di perusahaan terkenal.
Ia mendapatkannya, tetapi melepaskannya di saat itu juga dan hal itu ia rutuki seumur hidup.
***
"Apa? Seorang Jeon Jung Kook dengan sejuta pesona dan terkenal dimata para gadis, habis dipukuli oleh seorang gadis menggunakan tongkat bisbol? Sungguh, ini fantastis!" seru pria ini yang membuat Jungkook mendengus dengan kesal.
Jungkook yang sedang meminum winenya langsung menyimpan gelasnya di atas meja. "Apa hebatnya gadis itu se--"
"Sangat hebat! Bahkan aku tidak bisa berkata-kata. Dia bahkan sekretaris pertama yang memberontak seperti ini. Berbeda dengan Kaylie yang membuat atasannya melunak karena kepatuhannya--ouppsss! Aku menarik kata-kataku kembali." Yunho memperbaiki kacamata anti radiasinya dengan perasaan yang membludak saat mendapat tatapan dingin Jungkook yang membuat lawannya skat seketika.
Jungkook mengambil gelas wine itu lalu meneguk habis isinya. "Kalau aku mendengar kau kembali membanding-banding dia dengan istriku, kupotong lidahmu!" kata pedas yang keluar dari mulutnya membuat Yunho melunak seperti seekor kucing yang dimarahi pemiliknya.
Membiarkan atasan, teman juga sepupunya itu bernaung dalam khayalan, Yunho lebih memilih kembali berkutat pada pekerjaannya.
+999
Minho memijit kepalanya yang sudah pening hanya karena pesan surel yang begitu membludak untuk diklarifikasi sebelum meminta persetujuan dari Jungkook. Matanya bergerilya, mencari pesan pertama untuk dibacanya dan yeah, apa ini? Surat pengunduran diri? Dan bahkan dari kandidat sekretaris terbaiknya. Oh my God! Sebenarnya, apa yang pria berengsek di depannya ini lakukan hingga membuat Jihyo menyerah begitu saja?
Dirinya pun melirik Jungkook yang masih termenung dengan genggaman gelas wine yang telah terisi. Ia menghela napas. Kapan Jungkook akan berhenti dari dunianya seperti ini? Di pagi hari seperti seorang pria yang hanya mengenal bekerja dan di malam hari ia menjadi pria yang meluapkan segalanya dengan minuman beralkohol dan itu sudah berlangsung sejak Kaylie meninggal setahun lalu. Hanya pria yang memiliki kekuatan hati yang kuat untuk terus berada di sisi Jungkook yang begitu menyebalkan.
"Jungkook, apa yang kau katakan sehingga Jihyo mengirimkan surat pengunduran diri seperti ini?" Yunho heran sendiri dengan sikap sepupunya kali ini. "Ayolah, Jung! Bangkit dari segalanya dan jangan lampiaskan kekesalanmu dengan memaki-maki Jihyo. Dia seorang gadis! Dia juga punya hati yang kapan-kapan akan runtuh, karena harga dirinya yang seperti diinjak-injak! Kalau Kaylie tahu kau seperti ini, dia pasti akan membencimu," sarkasnya membuat Jungkook bungkam dengan segalanya.
"Kenapa kau malah--"
"Diamlah! Kau harus meminta maaf atas ucapanmu kepadanya! Itu sudah melebihi batas. Dia baru saja bekerja hari ini."
Jungkook merotasikan bola matanya dengan malas. "Kau pikir siapa dirimu?"
"Aku Wakil Presdir di perusahaan Jeon Corp dan kali ini, aku akan membuat surat pengunduran diri jika Sekretaris Park benar-benar berhenti bekerja di Jeon Corp." Tampak keseriusan di wajah Yunho dan bisa Jungkook lihat dengan jelas.
Jungkook berseringai. "Kau pasti bercanda'kan?" Sekesal-kesalnya Jungkook pada Yunho tetap saja ia tidak ingin melepas emas perusahaannya. Yunho sangatlah berarti baginya selama ini.
Kedua alis Yunho bertautan. "Menurutmu? Aku main-main?" Ia menghela napas lalu menutup laptopnya. "Aku harap kau meminta maaf dan jika tidak? Besok, kau akan menerima surat pengunduranku. Permisi."
***
TBC
Kok aku kesal sendiri yah ama tulisanku sendiri☺kesal ama Jungkook yang bangsat banget☻sabar neng Jihyo, ada ujian pahit sebelum menempuh kebahagian yang hakikih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top