5
Tiga tahun lalu...
"Dokter Gaara sudah kembali ke ruangannya setelah melakukan operasi, Sakura. Sekarang kau bisa menemuinya."
"Terima kasih, Matsuri."
"Oh ya, Sakura. Jangan lupa tanyakan hal itu pada Dokter Gaara, ya?"
Sakura kebingungan, ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Matsuri.
"Hal apa yang kau maksud?"
"About his type. Aku mau tahu tipe wanitanya seperti apa," jawab Matsuri malu-malu.
Oh, tipe wanita Gaara. Sebenarnya Sakura sendiri tidak begitu dekat dengan Gaara, jadi ia tidak yakin untuk menanyakan hal itu padanya.
Sungguh tidak sopan, menurutnya.
"Matsuri, sepertinya aku tidak bisa melakukannya."
"Why? Kau tahu sendiri kan, kalau aku menyukainya? Jadi please, tolong aku kali ini saja, Sakura. Kumohon."
Kalau Matsuri sudah sampai memohon-mohon seperti ini, tidak ada cara lain bagi Sakura untuk menolak.
Sakura menghela napasnya. "Fine. Aku akan membantumu."
"Yes! Thank you, Sakura. Aku janji akan menraktirmu apa saja kalau aku berhasil berkencan dengannya!"
Sakura hanya bisa geleng-geleng kepala. Matsuri, rekannya, memang orang yang selalu berambisi untuk mendapatkan apa yang ia mau. Dan sekarang, wanita itu berambisi untuk mendapatkan Gaara.
Yang menjadi masalah bagi Sakura adalah, kenapa harus dirinya yang terlibat dalam rencana ambisius Matsuri?
Ketika memasuki ruangan Gaara, pria itu sedang bersandar di kursinya sambil memejamkan matanya. Pasti pria itu kelelahan setelah melakukan pekerjaannya.
Hati Sakura pun tergerak untuk menutupi tubuh Gaara dengan jas pria itu. Sakura akui, wajah Gaara memang tampan. Ada sebuah tato di dahinya, dan itu menarik untuk dilihat.
Tanpa disadari, sudut bibir Sakura terangkat membentuk seulas senyum. Melihat Gaara tertidur entah mengapa menjadi hiburan tersendiri baginya.
"Menikmati keindahan wajahku, Nona Haruno?"
Sakura benar-benar terkejut mendengar suara Gaara. Pria itu tidak tidur dan pria itu sadar akan apa yang dilakukannya barusan.
"M-maaf, aku tidak bermaksud--"
"Tidak apa-apa." Sekarang kedua mata Gaara sudah terbuka dan menatapnya santai. "Ada apa kau kemari?"
"Aku ingin memberikan laporan pasien hari ini," jawab Sakura berusaha menutupi rasa gugupnya sebisa mungkin.
"Oh, terima kasih ya."
Setelah memberikan kertas laporan pada Gaara, Sakura berkata, "Soal tadi, aku benar-benar minta maaf. Aku sudah tidak sopan karena melakukannya."
"Bukannya sudah kubilang tidak apa-apa?" Suara pria itu seperti sedang kesal. Apakah Gaara kesal hanya karena ia mencoba untuk minta maaf?
"Tapi tetap saja aku tidak sopan."
"Aku memakluminya, Nona Haruno. Kau seorang perawat, rasa pedulimu sangat tinggi. Aku tidak bisa menyalahkan rasa pedulimu itu."
Sakura tidak menjawab, juga tidak beranjak dari tempatnya. Ia bingung bagaimana cara menanyakan hal itu pada Gaara.
"Ada apa dengan wajahmu, Nona Haruno? Kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Gaara. Sial, kenapa pria itu sangat peka?
"Uhm, anu ... aku ingin bertanya sesuatu. Tapi aku tidak tahu cara mengatakannya."
"Kenapa?"
"Karena ini cukup memalukan bagiku."
Gaara terkekeh. "Kalau begitu, katakan dengan cepat."
Sakura menggigit bibir bawahnya karena ragu. Apa ia harus menanyakannya sekarang juga? Karena ia bisa memberikan alasan pada Matsuri jika ia tidak menanyakan hal itu pada Gaara.
"Nona Haruno--"
"Apa tipe wanitamu?" tanya Sakura dengan cepat, sangat cepat bagaikan kilat. Ia pun memejamkan kedua matanya saking malunya.
Kelopak mata Gaara berkedip dengan cepat. Ia tidak salah dengar, kan?
"Tipe wanita? Untuk apa kau menanyakan hal itu?"
"Ehm, temanku ... dia menyukaimu. Jadi dia memintaku untuk bertanya mengenai tipe wanitamu."
"Oh." Entah mengapa Gaara merasa sedikit kecewa.
"Kalau begitu, apa kau bisa memberitahuku?"
"Hmm, coba kupikir-pikir dulu." Gaara berpikir seraya menggaruk dagunya yang tidak gatal. "Aku suka wanita yang tangguh, perhatian, dan rela berkorban. Cantik atau tidaknya aku tidak peduli. Yang kupedulikan adalah hatinya."
"Ah, begitu ya?" Sakura manggut-manggut. Ternyata tipe wanita Gaara tidak serumit yang ia pikirkan. "Kalau begitu, terima kasih, Dokter. Aku harus kembali bekerja."
"Baiklah, sampai jumpa lagi," balas Gaara. "Biasakanlah dirimu untuk bersikap lebih santai saat bersamaku, Nona Haruno."
"Kenapa?"
"Karena kita akan sering berinteraksi nantinya."
Sakura terdiam. Kenapa Gaara mengatakan hal itu seolah-olah dirinya sudah memprediksikan semuanya?
"Bagaimana--"
"Karena aku bisa melihatnya, Nona."
***
"Hey, Sakura. Kau mendengarku?"
Seketika Sakura tersadar dari lamunannya. Ia juga baru sadar kalau Sasuke sudah ada di hadapannya, dengan kondisi tanpa baju dan hanya ada handuk yang melilit di bagian bawah tubuhnya.
"Eh, ya? Kau mengatakan sesuatu, Sasuke?"
"Kau melamun."
"Maaf," gumam istrinya itu.
"Kau tidak ingin membersihkan diri? Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu."
"Um, kalau begitu ... aku mau mandi." Sakura berkata sambil beranjak dari posisinya.
"Mau kumandikan?" Sasuke menyeringai.
Wajah Sakura langsung memanas. "Tidak usah! Aku bisa sendiri."
Belum sempat Sasuke mengeluarkan kata-kata godaan lainnya, Sakura sudah berlari memasuki kamar mandi.
Selagi Sakura mandi, Sasuke langsung bersiap-siap mengenakan piyama. Sengaja ia membuka kancing atas piyamanya agar dada bidangnya terlihat.
Tak lupa kemudian Sasuke berkaca. Sempurna, dirinya tampan seperti biasa. Ditambah lagi dengan piyama yang kancing atasnya terbuka menambah kesan seksi pada dirinya.
Suara pintu kamar mandi yang dibuka terdengar, dengan cepat Sasuke berlari ke ranjang, lalu menarik selimutnya dan pura-pura tertidur.
"Eh, sudah tidur rupanya," kata Sakura ketika melihat Sasuke yang nampak sudah terlelap.
Melihat tubuh bagian atas suaminya tidak tertutupi selimut, membuat Sakura tergerak untuk menarik selimut itu agar Sasuke tidak kedinginan, berhubung AC di kamar ini sangat dingin.
Namun sepertinya Sakura salah mengira, ternyata Sasuke belum tidur. Pria itu langsung menarik Sakura ke pelukannya tanpa aba-aba. Sekarang posisi tubuh mereka bertindihan satu sama lain, hingga mereka dapat merasakan suhu tubuh satu sama lain yang panas meski terhalangi oleh baju yang mereka pakai.
"Bagaimana aku bisa tidur? Sedangkan ini adalah pertama kalinya aku tidur dengan seorang wanita yang menjadi istriku," kata Sasuke menatap Sakura lembut.
"Kalau Ino? Kau pernah tidur dengannya?"
Sasuke mengerutkan dahinya. "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja tidak."
"Siapa tahu, kan? Bukannya dulu kau cinta mati dengannya?" tanya Sakura dengan polosnya, dan itu membuat Sasuke ingin memakan mulutnya.
"Siapa bilang, hm?" Lalu Sasuke melumat pelan bibir bawah Sakura. "Jangan pernah bicarakan itu lagi, oke? Aku juga pernah muda, begitupun denganmu. Anggap saja itu adalah pengalaman yang mendewasakan kita."
Sakura menarik seulas senyum, kini giliran dirinya yang mencium Sasuke terlebih dulu. "Aku mengerti."
"Nakal." Sasuke menyentil hidung Sakura gemas.
Kemudian keduanya terdiam dan menatap satu sama lain. Bahkan saking sunyinya, keduanya dapat mendengarkan suara detak jantung satu sama lain.
"Aku ingin melakukannya sekarang, apa kau siap?" tanya Sasuke serius.
"I'm yours. Aku milikmu seutuhnya, Sasuke. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan padaku, kapanpun, dimanapun."
"Termasuk di pinggir jalan?"
Sakura tertawa geli. "Kecuali di pinggir jalan, dan tempat gila lainnya."
Sasuke ikut tersenyum, dirinya tidak pernah mengalami hal yang mendebarkan seperti ini. Hanya Sakura yang bisa melakukan ini padanya. Hanya dia, tidak ada yang lain.
"Baiklah. Aku mau melakukannya sekarang."
"Melakukan apa?" tanya Sakura berniat memancing Sasuke.
Tentu saja Sasuke mengerti niatan Sakura. "Membuatmu menjadi milikku seutuhnya."
***
Gak kerasa ini part terpanjang sejauh ini. Gak sabar nulis konfliknya wkwkw.
-Maul
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top