3
Hari ini, secara resmi Sakura sudah menjadi direktur dari perusahaan mendiang ayahnya, Golden Group. Setelah melaksanakan upacara penyambutan sederhana, Sakura langsung bekerja sebagaimana semestinya.
"Nama saya Sabaku Temari, saya akan menjadi sekretaris Anda," ujar Temari setelah membungkukkan badannya 90 derajat. "Saya baru enam bulan bekerja di perusahaan ini. Mohon bimbingannya."
"Justru akulah yang membutuhkan bimbingan di sini." Sakura terkekeh. "Oh ya, jangan terlalu formal denganku. Terdengar aneh di telinga."
"Eh?" Temari tidak mengerti.
"Panggil aku 'Sakura' saja kalau kita sedang berdua seperti ini. Di depan orang lain, baru kau panggil aku 'Nyonya' atau semacamnya."
"Baik, Sakura."
"Ah, satu lagi. Tolong bagikan undangan ini untuk seluruh karyawan. Aku akan menikah beberapa hari lagi."
Temari tersenyum kala menerima setumpukkan undangan pernikahan Sakura. Bahkan Temari sendiri terpukau dengan desain undangan itu.
"Baik, akan kubagikan sekarang."
"Oh ya, Temari. Kau bilang namamu Sabaku Temari, kan?" tanya Sakura sebelum Temari keluar ruangan.
"Iya."
"Apa kau kenal dengan pria yang bernama Sabaku Gaara?"
Temari terdiam untuk sesaat dan menatap Sakura keheranan, tak lama kemudian ia pun tertawa kecil.
"Tentu saja, dia itu adikku."
***
"Jadi, kau mau konsep pernikahan yang seperti apa?" Sasuke bertanya pada Sakura.
Sakura sendiri tengah melihat-lihat konsep pernikahan di buku referensi yang Sasuke bawakan.
"Um, aku suka yang satu ini. Pernikahan yang serba putih."
Sakura menunjuk pada sebuah gambar bertemakan pernikahan serba putih yang tentu saja dekorasinya mayoritas berwarna putih.
"Apa ini tidak terlalu sederhana, Sakura?" Sasuke keheranan dengan pilihan Sakura. "Kenapa tidak ambil tema pernikahan di taman?"
"Aku tidak suka yang mewah-mewah, memangnya kita sedang merayakan ulang tahun bersama?" jawab Sakura dengan alis terangkat sebelah. "Tapi kalau kau mau konsep yang lain, tidak masalah. Aku akan ikut."
"Bagaimana kalau kita menggabungkan kedua tema itu? Pernikahan serba putih di taman bukan ide yang buruk."
"Ide bagus." Sakura mengangguk setuju.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menghubungi Kurenai tentang tema yang kita pilih."
Sasuke beranjak meninggalkan Sakura guna menghubungi orang yang bernama Kurenai itu.
Baru ditinggal sebentar, Sakura sudah tenggelam dalam lamunannya mengenai pernikahan. Ia membayangkan kehidupan dirinya dan Sasuke setelah pernikahan nanti.
Akankah kehidupan rumah tangga mereka berjalan baik? Atau adakah masalah yang akan mengganggu kehidupan rumah tangga mereka?
Sakura terkekeh sambil menepuk jidatnya. Tentu saja di setiap kehidupan rumah tangga pasti ada masalah yang menghampiri.
Tapi masalahnya, masalah apakah itu?
Sakura memegang dagunya lalu berpikir. Mungkinkah ada orang ketiga? Berhubung Sasuke adalah pria yang tampan dan juga mapan. Kalau sampai ada orang ketiga di antara mereka, Sakura bersumpah akan menjambak rambut wanita itu sampai botak.
Suara notifikasi chat membuat lamunan Sakura buyar. Dengan dahi berkedut, Sakura membuka chat tersebut.
Gaara: Haruno Sakura.
Gaara: Sekarang kau sombong, ya? Mentang-mentang kita sudah tidak sekantor lagi😐
Sakura tertawa geli. Ternyata Gaara, sahabat baiknya sewaktu di luar negeri sekaligus teman kerjanya.
Me: Hehe, maaf. Banyak urusan penting di sini.
Gaara: Lebih penting dari sahabatmu ini?😤
Me: Tentu saja😜
Gaara: Menyebalkan.
Gaara: Lebih menyebalkan lagi karena kau tidak memberitahuku apapun soal itu!
Me: Huh? Soal apa?
Gaara: Jangan pura-pura tidak tahu.
Me: Serius, aku tidak mengerti maksudmu😕
Gaara: Pernikahanmu.
Me: Kau tahu dari mana soal pernikahanku?!
Gaara: Aku melihatnya.
Sakura mengerucutkan bibirnya seketika. Ternyata Gaara sudah melihatnya.
Me: Oke-oke. Aku akan menikah minggu depan.
Gaara: Aku tidak diundang?
Me: Tentu saja kuundang. Awas saja kalau sampai kau tidak datang😡
Gaara: Haha, tentu saja aku akan datang. Kirimkan saja foto undanganmu. Aku pasti akan datang.
Me: Oke.
Gaara: Sudah dulu, ya? Ada beberapa hal yang harus kuurus di sini.
Me: Jaga dirimu baik-baik.
Gaara: Pasti.
"Siapa itu?"
"Astaga!" Suara Sasuke mengejutkan Sakura, hampir saja ia melempar ponselnya gara-gara Sasuke.
"Kau chatting dengan siapa?" tanya Sasuke penuh selidik.
"Sahabatku yang ada di luar negeri."
"Pria atau wanita?"
"Pria, memangnya kenapa?" tanya Sakura balik.
"Namanya siapa?"
"Kau bertanya padaku seperti itu seolah-olah aku sedang berselingkuh."
"Jawab saja pertanyaanku, Haruno Sakura," balas Sasuke tidak mau tahu.
Sakura menghela napasnya, lalu menjawab, "Namanya Sabaku Gaara. Dia adalah dokter di rumah sakit tempatku bekerja dulu."
"Apa dia menyukaimu?" tanya Sasuke lagi.
Sakura mengangkat bahunya. "Mana kutahu."
"Masa kau tidak tahu?"
"Kau cemburu, eh?" goda Sakura sambil menusuk-nusuk pipi Sasuke dengan jari telunjuknya.
Sasuke membuang mukanya ke arah lain. "Tentu saja tidak!"
"Ah, masa?"
"Kalau si Gaara itu memang mencintaimu sekalipun, aku tidak akan khawatir. Bagaimanapun juga, kau tetap berakhir denganku." Sasuke berkata dengan percaya diri.
Sakura tertawa geli. Meskipun terdengan narsis, namun ucapan Sasuke memang benar. Bagaimanapun juga, dirinya akan menjadi milik Sasuke.
***
No comment sih di part ini. Masih aman-aman aja soalnya wkwk :v
-Maul
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top