CHAPTER 22
Selepas Shine discharge dari Hospital, saya terus segera menyelesaikan permasalahan di antara saya dan Thyia. I had to stop her from interfering with our lives through legal action. I have given all the evidence that I have to the authorities and the police. After all, she had also threatened me that she wanted to sue me and my wife. Altough she knew that she had started all the trouble, but she put the blame on us, and she pretended to be a victim. She was arrogant!
As I expected, Thyia terus menghubungi saya sebaik saja dia tau saya mengambil tindakan terhadap dia.
"Why did you do this to me, Winkell? Is that really necessary?"-Thyia
"I just want to make your work easier"-Winkell
"I have heard about the incident that has happened to you. I'm truly sorry. I mengaku"
Saya segera memotong cakap Thyia. Enough is enough.
"Thyia, I knew on that day, you're deliberately trapping me because you just want to get revenge on me. You do not like to see me happy, am I correct??"Abin
"That's not correct"-Thyia
"Don't try to deny it, Thyia. Lagipun masih terngiang ngiang lagi cakap kau dulu di cuping telinga saya. Kau cakap kau nda akan biarkan saya hidup bahagia. So now everything is proven. You didn't really love me but you're just too obsessed with me."-Abin
Saya dengar Thyia terus melepaskan beberapa keluhan dalam.
Itu maknanya apa yang saya cakap tu semuanya betul. Actually, Thyia menghidap satu penyakit yang sukar mau diubati iaitu penyakit 'DENGKI'
"Do you hate me?"-Thyia
Kali ini giliran saya lagi yang melepaskan satu keluhan panjang sebelum saya bercakap.
"Although, you give a lot of trouble in my life. But honestly I do not hate you. I just lost respect for you as a human being. Thyia... if you can not be a good human being. At least you can be someone. Someone, Thyia. Someone that you can be proud of."-Abin
Sekali lagi Thyia terus mendiamkan diri. Tiba tiba pula Thyia jadi babou. Saya ingatkan Thyia akan berteriak teriak dan memaki maki saya lepas saya mengambil tindakan pada dia. Namun ternyata jangkaan saya silap.
"Cynthyia"-Abin
"Yeah?"
"Let's stop everything here now. You win. Hajat kau suda tercapai. Right now, my life has been destroyed. Me and my wife had been arguing because you slander. And on the same day, I've lost one of the most precious things in my life. Thank you so much for everything what you've done."-Abin
"Winkell, I know after what I did to you and your wife probably you will not believe me. But I really want to apologize for the things I've ever done sincerely and I am very sorry for all my acts. Yes, you're right. I perangkap and I sengaja fitnah you sebab I sakit hati tingu you hidup bahagia. Tapi if I tau Sunshine pregnant I... I...tak akan buat macam itu..."-Thyia
Menangis nangis Thyia bercakap time tu. Even dia menangis sampai banjir. Semuanya suda terlambat. Apa yang berlaku suda pun berlaku dan keadaan nda akan kembali kepada asal. Adakah Thyia betul betul suda menyesal? Entahlah...
"I forgive you for everything. But if someday, we see each other, I hope you can pretend that we never knew each other. Because at the moment I'm trying to drive you out of my life history. May God bless you life after this. Cynthyia Cohen"-Abin
Then, I hang up that Phone and block her phone number.
I do not know why?
My feeling suddenly relieved. It was actually kind of funny because I can forgive her so easily. My anger toward her, it was gone. Yeah, maybe it was because I've forgiven her utterly. But I would not cancel the lawsuits that I have done on her. This may be my fault too because I always give her a chance and hope that she turns into a good person. But unfortunately it is not like I expected. Sometime they can chance and sometime they will never chance. Because they prefer to not want change.
Already two weeks been passed...
We still grieve. Even though we had lost our baby but that does not mean it was the end of our life. No matter what happens and even if it hurts. Life must go on.
My beautiful wife, she was getting better in physically. But not in the mentally. She still can not accept the fact that she lost the baby. Every time she saw the ultrasound image, she would cried. My heart broke into two, when I saw her cried. Well, I'm sure this has been very traumatic for her.
Honestly, many things have changed since then. She always avoided me. Sometime she does not want to talk to me and sometimes she let go of her anger on me. There is a possibility she hates me. But I'm always at her side because I know she really needs me to encourage and motivate her.
"Honey, don't cry.. Right now, our baby safe in havean. Someday, we will see our baby."saya bilang lembut sambil kesat air mata dia namun semakin deras pula mengalir.
Beginilah keadaan Shine. Kalau dia suda termenung jauh dia pasti akan menangis secara tiba tiba.
"I felt terrible. Before this, I could feel something tiny growing and moving in my tummy. But now I can't feel it anymore..."Shine bilang serak serak
Perasaan saya pun terus berasa sebak. Airmata saya hampir mau keluar tapi saya tahan. Sebab saya nda mau menangis depan Shine.
"I'm always wondering, what that baby would have looked like? Would it have been a girl or boy? How his or her eyes, mouth and nose? Whether it will pick your nose or my nose? Was"
"Shutt.. shut... don't talk about it anymore, honey."saya terus pantas letak jari telunjuk saya dibibir Shine
Nda sanggup suda saya mau dengar. Hati saya macam kena hiris sembilu. Apatah lagi saya pun kerap memikirkan juga.
"I know how hard it's been for you and I understand how you feel. But you have to move on. Forget all the pain and sorrow."saya usap lembut pipi Shine
"I can't"Shine bilang pelan
"Yes, you can. You have to keep trying. You can not be like this."tegas saya tapi dalam nada slow
"Kau cakap mimanglah senang sebab bukan kau yang mengandung. Ini semua salah kau. Sebab kau lah kita kehilangan anak kita!"Shine memarahi saya dan tiba tiba muka dia bertukar bengis sambil tingu saya.
Saya terus menundukkan kepala. Nda terasa air mata saya, menitis setitis dua. Scene Shine tergolek dari tangga dan terbaring di lantai serta merta muncul dibenak fikiran saya. Alangkah bagusnya kalau saya bulih putarkan masa. Kata urang lebih baik anda mati daripada seumur hidup sengsara menanggung perasaan bersalah. Mungkin benar laitu. Right now, saya sangat sengsara menanggung perasaan bersalah.
Technically, it was an accident. But the accident would not have happened if we were not arguing. So, yes. It was all my fault and I would not denied it.
"Yes I know. I'm so sorry..."
She started crying again.
Saya peluk Shine. Malangnya Shine mau saya sentuh dia dan dia terus tolak saya.
"Don't touch me. I hate you!"
Saya hanya mampu mengeluh berat.
Setiap urang penerimaannya berbeza. Ada yang boleh menerimanya dengan mudah dan ada yang tidak. Shine berada pada tahap yang susah mau terima kenyataan. Saya faham. Sedangkan saya hanya baru saja menyebutnya sedikit suda membuatkan hati saya jadi sakit. Apatah lagi si empunya badan. Hanya masa saja yang dapat healing Shine punya perasaan.
As usual,
Sebelum saya pigi kerja. Rutin harian saya, prepare breakfast untuk Shine dulu. Kalau diikutkan belum lagi saya mau pigi kerja sebab berat hati saya tinggalkan Shine sendirian di rumah. Namun di atas tuntutan kerja yang terlalu banyak dan jadual saya juga agak padat. So, saya nda bulih lama bercuti. Mujurlah Grace ada tingu tingukan keadaan Shine dan dialah yang tolong jaga Shine berpantang
"Nah... dear ada bikin Sandwich kegemaran honey..."saya letak tu piring yang berisi Sandwich di hadapan Shine sebaik saja dia turun dari atas.
Namun Shine terus tolak tu Sandwich pigi siring. Well, it is a normal reaction.
"Makan sikit saja bah.."saya pujuk Shine
"I don't want!"Shine bilang kasar
Saya ambil tu Sandwich lalu saya suapkan pigi mulut Shine. Kalau saya terlampau menurut perangai sturrborn dia tu, mimang dia nda akan makan. Namun Shine terus tolak tangan saya jauh jauh.
"Kau tidak faham ka? Kalau saya bilang saya inda mau! Saya inda mau lah!"tiba tiba Shine mengamuk dan dia terus tolak tu piring
'Pranggg!!!'
Pecah tu piring dan serpihan kaca habis bertaburan di atas lantai. Tu Sandwich pun jauh suda terpelanting pigi sana pisuk.
Astaga...
Speechless saya sekejap.
"Gosh, honey..."saya bilang sedikit geram sambil usap dahi saya.
Saya kutip semua serpihan kaca yang pecah di atas lantai penuh hati hati. Termasuk sekali sama tu Sandwich. Sedih hati saya. Punyalah saya excited prepare tu breakfast. But at the end of the day. Nda kena makan.
"Bah, dear pigi kerja dulu."saya bilang lalu kiss forehead Shine selepas saya selesai kemas tu dapur.
Day after day has been passed...
Memandangkan keadaan Shine ada okey sikit suda. Saya ambil cuti seminggu dan bawa Shine balik pigi kampung. Mimang saya sengaja cuti lama. At least, Shine nda juga terlampau terkenangkan baby kami. Kalau di rumah sana, mostly Shine terperuk di dalam bilik. Temenung and menangis. Of course saya risau, kalau Shine kemurungan. Macam time late mami dia pass away dulu.
"Macam ada bagus sikit suda emosi Shine tu mami tingu"mami bilang sama saya sambil memerhatikan Shine yang tengah leka berbual sama dadi saya di beranda sana. Manakala saya dan mami duduk di ruang tamu.
"Ya. Tapi belum juga stabil betul sebab kadang kadang dia menangis juga, mi."saya bilang
Tidak dinafikan, emosi Shine semakin stabil sepanjang kami di kampung. Masih juga dia bersedih. Cuma nda seteruk macam sebelum ni. Perhaps she was already able to accept the fact. So, it was a good news.
"Shine pernah kehilangan. Mengkali sebab itulah emosi dia lambat pulih. Tapi apapun syukurlah... senang hati mami bila tingu Shine selalu senyum dan banyak bercakap"
Saya angguk angguk kepala saja.
Kalau depan parents saya, mimang Shine happy dan rancak berbual dengan durang. Namun pada hakikatnya, Shine masih bersikap dingin dengan saya. Kalau saya mau bercuddle cuddling dengan dia. Awal awal lagi dia suda menghindar. Macamlah saya ni berpenyakit. Don't get me wrong. Bukan saya mau bawa dia 'make love'. Saya faham bah macam mana keadaan dia. Saya cuma mau peluk peluk dan kiss kiss dia saja. Saya betul betul rindu sama belaian dia, gelak tawa dia, senyuman dia dan paling saya rindu dia punya bebelan. I have been many times to apologize to her on the things I do. But, she did not give any reaction. Well, mungkin Shine suda tawar hati sama saya sebab saya menipu dia pasal Thyia dan saya suda rosakkan kepercayaan yang dia suda letakkan pada saya.
"Kalau bulih Abin kasi kurang kurang sikitlah bah tu kerja. Beri lebih perhatian sama Shine. Lebih lebih lagi pada masa begini. Shine mimang perlukan Abin di samping dia. Sekali sekala tu, pigilah bawa Shine honeymoon. Tingu movie. Apa apa sajalah yang penting bulih bikin hati dia terhibur"mami bilang, dia bagi nasihat sama saya
"Saya tengah usahakan laini, mi"saya bilang mendatar
"Emm bah.. Nasib baik juga Abin jarang suda pigi outstation. Kalau Abin selalu outstation, mami pasti Shine tentu kesunyian di rumah. Huh.. kesian menantu mami."
Saya hanya mampu tersenyum tawar saja mendengar omelan mami.
Keesokkan harinya tu,
Kununnya saya mau bawa Shine pergi ke suatu tempat sebaik saja kami dua bergerak dari kampung. Yang mana saya nda rancang pun mau pigi situ. Tiba tiba saja terlintas difikiran saya. Kiranya saya mau kasi surprise Shine.
"Where are we goin'?"Shine soal saya sebaik saja dia noticed arah kereta saya bukan menuju pigi KK.
Normally, Shine nda ambil kisah ke mana saya mau bawa dia. Sebab dia kan sibuk dengan dunia dia sendiri. Tapi ini kali kisah pula dia.
"Somewhere"saya bilang ringkas sambil trip trip fokus drive kereta
Saya mimang sengaja nda mau pandang Shine sebab saya bulih rasa suda aura aura kemarahan dia.
"Yalah, di mana?"Shine tanya sedikit geram
"You'll see. Soon enough"saya melirik sekejap ke arah Shine dan senyum.
"Saya nda mau pigi mana mana! Saya mau balik rumah!"Shine terus meninggikan sama saya.
Saya terus parking di siring jalan sekejap. Like always, kalau ada yang Shine nda suka. Mimang dia cepat memanas.
"Lepas kita pigi sana, baru kita balik rumah arr.. Sebenarnya.. umh.. dear mau bawa honey pigi pantai yang tempat kita kerja dulu. Lagipun honey, kan selalu ajak dear pigi sana."saya masih berusaha membuat rundingan dengan Shine dan harap haraplah rundingan saya membuahkan hasil
"Itu dulu. Sekarang saya nda mau suda!"
"Kenapa pula?"
"Don't you remember? Too many bad things happened there."
Shit!
"I'm sorry, honey. Dear khilaf"saya genggam tangan Shine. Tapi terus Shine tarik tangan dia.
Saya menghela nafas berat.
Niat saya mau bawa Shine pigi sana sebab mau throw back kenangan manis kami di sana. Yalah, manalah tau bulih bikin hati Shine ceria semula. Tapi saya terlupa yang Shine juga banyak kenangan pahit di sana. One of them is Thyia!
Disebabkan rancangan saya nda berjaya seperti yang saya mahukan. So, saya sambung drive semula dan kami dua sama sama mendiamkan diri di sepanjang perjalanan balik pigi KK sampailah di rumah.
One day,
Saya pun nda tau kenapa saya tiba tiba berkelakuan macam itu sama Shine. Maybe sebab saya terlampau rindukan dia setelah sebulan lebih kami jarang bertegur sapa. Or maybe at that time I'm losing my mind.
Dengan tidak semena mena saya cium bibir Shine secara paksa. Saya suck bibir dia puas puas. Shine pun meronta ronta dan dia tolak saya kasar. Lepas tu...
'Pap!!'
Hinggap satu tamparan di pipi kiri saya. Pipi saya terasa panas. Jelas sekali Shine nda menyukainya. Namun saya nda memperdulikannya. Saya kiss balik bibir Shine dan...
'Pap!!'
Hinggap satu lagi tamparan di pipi saya yang sama. Tamparan ini kali lebih kuat dari sebelumnya. Berbunyi telinga saya gara gara tu tamparan. Mengkali ada cop lima jari kali di pipi saya.
"Hiss! Kenapa bah kau ni!! Saya tidak suka kau buat saya begitu!"Shine tolak saya kuat kuat
She was angry but at same time she's so cute too.
Saya hanya mampu tersengih saja. Tapi hati saya terasa sakit.
"Hiss! Malas saya mau layan karenah kau situ!"Shine bangun tapi saya tarik tangan dia dan dia terus terduduk semula di Couch.
"Sit down! You and I, we're gonna have to talk."saya bilang sambil mata saya tajam meningu Shine
Shine pun nda mau kalah dan dia terus bagi pandangan tajam sama saya juga.
"Sampai bila honey mau berkelakuan seperti ini, huh?"
Shine diam dan roll eyes dia.
"Kalau honey mau tingu dear terseksa menanggung perasaan bersalah. Dear suda lebih dari terseksa menanggung perasaan bersalah since dear nda jujur sama honey. Dan perasaan bersalah dear semakin bertambah after we lost our baby. Setiap saat honey, setiap saat dear di rundung perasaan bersalah. I felt like I'm dying inside slowly."luah saya
Shine terus palingkan muka dia, meningu tempat lain. Begitulah gaya Shine setiap kali saya bercakap sama dia.
"I know honey, you're still mad and hate me. Even though I apologized a thousand times but it will not change anything. But I'm willing to do whatever you want me to do as long as you do not mad and hate me anymore. So, tell me honey, what do you want me to do?"saya bilang dengan nada sangat terdesak sambil pegang tangan Shine
"From now on, don't do anything. Do not wasted your time with me. Because it's not worth it. I'm not worthy of you"Shine bersuara setelah lama menyepi
"Honey... kau cakap apa baini?"
Bingung saya.
"I'm not sure if I"
Belum habis Shine bercakap, saya terus tekup mulut dia sebab saya tau apa yang dia cakap, bakal menyakitkan hati kami dua. Setelah sekian lama saya menunggu dia dan suda bermacam macam cara saya buat demi memiliki hati dia. Mustahil saya mau membiarkan perkahwinan yang baru saja dibina. Musnah di tengah jalan. Just because some things.
"I've told you for a million times. I don't want to heard you said that stupid words. Understood?"tegas saya sambil pelan pelan saya alihkan tangan saya dari terus menutup mulut Shine.
I feel bit angry with her.
Kemudian saya terus bangun dari Couch. Tapi baru saja beberapa tapak saya melangkah...
"Saya cuma mau hidup dalam keadaan tenang, Abin."
Kaki saya serta merta berhenti melangkah sejurus saja saya Shine selesai bercakap.
"I told you, I've solved that problem."saya bilang tanpa meningu Shine
"Really? Apa jaminan yang kau bulih berikan sama saya?"
Saya mengeluh...
"Saya bulih bagi jaminan more than one hundred percent yang Thyia nda akan muncul lagi"terus saja saya jalan, masuk pigi mini Office saya
Bagus lagi saya kasi siap saya punya kerja daripada bertegang urat sama Shine. Saya tau emosi Shine masih belum stabil. Fikiran dia masih bercelaru. So dia akan cakap saja apa yang dia mau cakap tanpa memikirkan akibatnya. Dia juga akan percaya dengan apa yang mau percaya. Sebab itulah saya masih belum berjaya menyelesaikan krisis kami berdua.
A couple days later...
Semasa saya sedang sibuk kasi siap kerja di mini office saya. Shine masuk. She's wearing quite simple clothes. I think she wants to go out.
Where is she going?
"I want to go somewhere"Shine bilang ringkas
Saya tutup tu Laptop saya dan kemudiannya saya terus bangun dari tempat kerusi lalu menuju ke arah Shine.
"Bah, I will go with you"
"You're not allowed"
Tiba tiba mata saya terpandang sebuah Luggage yang sederhana besar di luar pintu bilik mini Office saya. Terus timbul perasaan nda sedap di hati saya. Shine mau kasi tinggal saya. Again?
"Do you want to leave me, don't you?"saya tanya Shine dengan nada serius
Jantung saya berdegup kencang. At that time I was really scared.
Shine terus mendiamkan diri.
I sigh...
"Seriously, Hope?"
Still juga Shine diam menikus. Mulai suda hati saya mau memanas. Kesabaran saya pun tinggal senipis kulit bawang saja yang tinggal.
"Bagus honey terus terang saja bah sama dear!"saya bilang dengan nada sedikit keras.
"Kalau dear betul betul sayangkan saya. Don't try and stop me, don't find me and don't call me either."
Hati saya terus hancur berkecai. Macam kaca yang kena hempas batu.
Hukuman apa kaini?
Perlu juga ka Shine bertindak sejauh ini, huh?
Semuanya don't itu, don't ini.
So apalah yang bulih?
"I think you've gone too far with me! Why didn't you just kill me, honey?! Besar sangat ka kesalahan dear sampai honey nda bulih maafkan dear dan mau tinggalkan dear, huh?!"nada suara saya bertukar garau dan Shine terus tersentak lalu terdiam.
"You know something, you always make the situation became more complicated! Matang sikit bah Shine..."
Saya meluahkan apa yang berbuku di hati saya selama ini. Demi menjaga hati Shine. Saya pendamkan saja semuanya.
"Kalau kau nda menipu saya pasal si giuk. Keadaan kita nda akan jadi begini. So, kau yang bikin keadaan jadi complicated. Bukan saya!"Shine bilang sambil pandang saya dengan mata yang tajam.
Keadaan saya dan Shine pada masa itu agak tegang jugalah.
"Aright! It was my fault. And it was always be my fault. I'm so sorry okey! But it was a small problem."
"Small problem kau bilang? Because you lied to me, I've lost my baby, you know?! and I can not accept it!"
Saya terus spontan melepaskan satu keluhan berat sambil meramas ramas rambut saya. Stress saya. Sometimes saya langsung nda faham dengan perangai Shine.
"Oh.. God... Shine... you're driving me crazy with this. I do not know how do I want to talk to you.. I was exhausted by it all."saya bilang sayu sambil mengeluh berulang kali
"You giving up? Then kita berpisahlah. So nda suda kau terseksa dan memenatkan diri kau lagi."
Saya terus meningu ke arah Shine dengan mata yang tajam. She said that again!
"I am not giving up on you, and I'm not letting you give up on yourself. Kenapa bah honey suka bilang begitu. Can you think twice before you talk? Nanti honey akan menyesal"
If you loved someone, you'd know that you would never give up.
"Macam mana dear mau berpisah sama honey. I love you so much Sunshine Hope. You're my world. Without you I'm incomplete. Dear nda bulih hidup tanpa honey... Do you understand?"saya pegang kedua belah bahu Shine sambil saya pandang anak mata dia
Shine terus mengeluh dalam.
"Look, after a lot of things going on in recent months. I was very depressed and a lot of things that keeps bothering me. I felt like I can't breath. So, I want to be alone for a while. I really needed to clear my head and catch my breath"
"Just tell me where you want to go"
"I can't tell you. All I can say, I want to go vacation. I hope you respect my request"
Argghh!!
Gergitan betul saya sama Shine. Kenapa juga dia mau berahsia rahsia?
"Bah.. kalau begitu, dear nda benarkan honey pergi vacation. It was too dangerous."saya bilang tegas sambil menuju ke arah Luggage Shine dan saya mau bawa masuk pigi bilik
"Don't worry I can take care of myself."Shine rebut tu Luggage dari tangan saya
"Shine, jangan berdegil! Dear bilang nda bulih, it means inda bulihlah!"saya terus tengking Shine
"I'm sorry, Abin"
Damn!
I did not expect her will make a decision like this. Shine seharusnya bincang terlebih dulu sama saya. Of course saya berasa terkilan. Shine seolah olah menganggap saya ni bukan husband dia. Saya nda juga melarang. Sebab saya tau mimang dia perlu pigi vacation. Sekurang kurangnya dia bulih melupakan segala kesedihan hati dia. Cuma saya berharap Shine nda pergi bersendirian. Namun, kalau saya menghalang, saya hanya akan membuatkan keadaan bertambah buruk. So apa pilihan yang saya ada? Nothing!
"For how long?"
"I'm not sure. Maybe 1, 2 weeks or maybe a month"
Atuk! Punyalah lama.
"For me it was too long, honey"saya bilang sayu bercampur sedih
"Sorry, I should go."Shine terus tarik Luggage dia dari tangan saya sebab ada sebuah kereta menunggu diluar pagar sana. Mungkin Grab car.
"Honey..."saya tahan tangan Shine masa dia mau keluar dari rumah.
Shine terus menoleh ke arah saya
"Can I hug and kiss you before you go?"
Shine terus tarik nafas dan dia lalu mengangguk kepala.
Saya terus peluk Shine erat erat dan kiss dia sekejap. Hati saya betul betul berat mau kasi lepas dia pergi Vacation. Saya risaukan keselamatan Shine. Apatah lagi saya nda tau berapa lama tempoh masa dia pigi vacation. Saya juga nda tau dia vacation pigi mana? Why she always do this to me?
"Pergilah. I'm not gonna stop you because I know perfectly who you are. But please, take care yourself. Call dear kalau ada apa apa yang berlaku. I always keep waiting for you. Here. In our homes. I love you and I'm gonna missed you. Hope."saya bilang sambil saya melemparkan senyuman manis, menutup kesedihan hati saya serta menahan perit di dada.
You smile but you wanna cry. You pertend like you are happy but in fact you are not. That kind of situation I was at that time. It was hard, but it was our reality.
"Go... before I change my mind"saya bilang lagi
Shine angguk angguk kepala dan saya tingu mata dia sedikit berkaca.. Namun itu nda akan membuatkan dia bertukar fikiran.
Sejurus saja Shine jalan. Air mata saya akhirnya mengalir dengan deras. Saya nda dapat mengawal emosi dan saya menangis tanpa suara. Saya meluahkan semua keperitan hati yang saya tanggung melalui tangisan sebab saya nda ada tempat mengadu. Biarlah urang bilang saya ni pundan. Saya nda larat suda mau menahannya. Semakin saya tahan saya semakin rasa terseksa. I feel so helpless. Tired. Sad. And many more that I could not discribe. The burden of grief did not disappear, but they were made able to bear the sorrow.
Almost two weeks have passed...
I miss her so badly in every seconds. Saya meneruskan kehidupan alone alone. Pagi pergi kerja dan malam baru saya balik kerja. Begitulah rutian saya. Setiap kali bila saya balik dari kerja, saya berharap Shine suda ada di rumah. Namun setiap kali itulah saya hampa...
Selama Shine pigi vacation. Shine nda menghubungi saya. Namun begitu saya tau di mana tempat Shine pigi vacation. Situ situ saja. Masih dalam Malaysia. Even hati saya gatal gatal mau pigi jumpa dia dan mau bercakap sama dia. Tapi saya tahan tahan saja. Because I want to give her as much time as she wants. Yeah.. she's doing very well right there.
On weekend,
Joy datang dari kampung dan dia lepak lepak di rumah saya.
"Oh gosh! You look terrible! Kau isap gam kaini?"Joy bilang sebaik saja dia masuk pigi dalam rumah saya
Silaka!
"Sembarangan. Manada saya isap gam!"saya bilang geram
Panas sikit hati saya. Macam saya mau ketuk kepala Joy. Saya terlampau sibuk dengan kerja. Nda ada masa saya mau memperkemaskan diri. Sebab itulah penampilan saya agak serabut. But still handsome dari dia juga bah.
"Mesti Shine punya angkara laini kau jadi begini, kan? Hihi"Joy bilang lalu tergelak kecil
Saya jeling saja Joy. Malas saya mau layan. Adik dengan Abang, dua dua menyakitkan hati.
"Jangan kau risaulah. Sihat juga dia sana. Hari hari juga saya call dia"terang Joy
Saya angguk kepala saja.
Disebabkan saya nda mau mengganggu Shine. Saya minta tolong sama Joy bertanyakan khabar Shine. Dari Joy jugalah saya tau di mana Shine berada. Sedikit sebanyak bulih juga mengurangkan kerisauan saya. Joy dan Grace mimang tau tentang krisis saya sama Shine. Manakala parents saya dan beliou Shine nda tau pasal itu. Saya memutuskan untuk merahsiakan hal itu sama durang. Saya nda mau bikin hati durang susah. Biarlah saya dan Shine sendiri yang handle masalah kami dua.
"Macam mana tu perempuan. What's her name? Giuk, right?"
"Thyia"sahut saya pindik
Hati saya terautomatik jadi sakit semula lepas saya menyebut nama Thyia.
"Aikk? Apa hal leh Shine panggil dia 'giuk'?"
"Ntahlah... dari dulu lagi Shine mimang panggil dia begitu."
Joy terus angguk angguk kepala. Tanda faham.
"Selesai sudalah?"
"Yes. It's over."
"Betul betul kaitu over? Nanti datang lagi balik dia kacau rumah tangga kamurang. Shit!Bersepah lelaki bujang. Laki urang juga dia punya taste."Joy bilang dan jelas dia agak annoyed
Saya kasitau sama Joy hal diantara saya dan Thyia secara ringkas.
Thank God.
Finally bulih suda saya menarik nafas lega. Masalah di antara saya dan Thyia betul betul suda over. Kami selesaikannya di makahmah. Hanya itu saja jalan penyelesainya. Mr Cohen ada mencadangkan sama saya supaya kami settlekan perkara itu di luar mahkamah. Tapi saya suda tetap dengan pendirian saya dan saya telah menolak cadangan Mr Cohen. So, Mr Cohen nda bulih buat apa apa. Even Mr Cohen mempunyai banyak pengaruh. Tapi, Thyia tetap nda bulih terlepas dari sebarang dakwaan. Apa yang bulih saya katakan. Firasat saya nda pernah salah. Thyia stalk saya dan Shine. So, terjawab suda. Macam mana Thyia bulih senang senang tau rumah saya dan dia tau Shine juga nda ada di rumah. Macam saya cakap, motif Thyia ialah dia mau membalas dendam. That's why Thyia sengaja memfitnah saya serta perangkap saya dengan perangkap yang nda masuk akal. Well, it work. Berkenaan dengan pertemuan kami pula. Mungkin mimang suda ditakdirkan. Saya nda dapat pastikan samada ia dirancang ataupun tidak.
However, about a week later I have received bad news. I heard that she was admitted to hospital. She attempted suicide by swallowing sleeping pills and she cut one of her wrists. It could be because she was too heartbroken and she is also likely to suffer from depression.
"Is she dead??"Joy tanya saya dan macam dia tertarik mau tau dengan lebih lanjut.
"No. Tapi ada yang bilang dia stabil tapi koma dan ada pula yang cakap tinggal nyawa nyawa ikan saja. Entahlah, mana satu yang betul"
Saya mimang sengaja nda ambil tahu apa apa perkembangan Thyia. Cukuplah parut yang Thyia suda tinggalkan dalam hidup kami. So, buat apa juga saya mau ambil kisah soal hidup mati dia. Sedangkan hidup saya sendiri masih terumbang ambing. Saya pun nda pasti macam mana status perkahwinan saya dan Shine. Suda semestinya saya nda akan sesekali melepaskan Shine. Tetapi kalau melepaskan dia bulih membuatkan dia lebih merasa bahagia. Ya, I choose to let her go. Hopefully masalah saya dan Shine indalah teruk sampai begitu. Cukup suda sengsara saya ni oh.
"Eeeei.. She's so creepy"
Saya hanya mampu tersengih saja. Bila saya tingu Joy buat muka dia macam urang yang sedang ketakutan. Bagi saya Thyia lebih dari creepy.
"Does she know?"
"Yes. She already knew."
"And?"
"Nothing.. begitu gitu saja."
"Nda apalah. Yang penting Shine tau"Joy tepuk tepuk bahu saya. Joy kasi semangat saya.
Saya mengangguk lemah serta senyum pahit.
"Emm.. Haus bah.."Joy bilang tiba tiba sambil urut urut dia punya leher.
Dei. Kaki logop!
"Pigilah minum air di sana dapur"saya bilang, sengaja saya buat buat nda faham
"His! Apa barang minum tu air. Kita pigi chill chill sana dulu. Nda ada juga kan kau punya program?"
"Kau pigilah sendiri. Lama suda saya bertaubat."
"Peh!! Tembirang kau saja kau tu. Sekali sekala bah. Lagipun saya tingu kau ni macam stress saja ni owh."Joy bilang sambil silik silik saya punya muka
Saya geleng kepala.
Ada ada saja yang Joy cakap supaya saya termakan sama dia punya umpan.
"Saya malas bah. Masih banyak lagi kerja saya. Isnin depan saya harus serahkan tu report"saya bilang
"No wonder Shine cakap kau workaholic. Time cuti pun kau still buat kerja. Look, kita hang out sekejap saja bah."Joy masih lagi nda putus asa mengajak saya
"Bah, yalah"saya bilang malas malas
Mimang saya nda mood mau chill out. Apatah lagi minum air yang bikin pening. Tapi, selagi saya belum bersetuju, selagi itulah Joy macam urang mau putus nyawa merayu rayu saya.
Apabila malam suda menjelma, saya dan Joy pigi ke tempat yang Joy selalu pigi. Kebetulan pula masa tu kami dua berjumpa dengan geng keras di tempat sama juga. So, mood logop pun terus diaktifkan. Nda tau berapa banyak yang saya minum. Yang saya tau, saya minum and minum and minum. Last last saya kondem. Pukul berapa saya sampai di rumah. Pun saya nda tau. Mujurlah saya tumpang kereta Joy. Kalau saya bawa kereta. Kompom saya nda bulih drive. Berjalan pun macam nda bulih suda. Sikit lagi saya jatuh di tangga. Punyalah sandi perangai.
Saya terus mengampai di tilam sebaik saya masuk pigi dalam bilik. And then saya tutup mata...
Suddenly...
Macam saya rasa ada urang buka Jacket saya. Mula mula tu saya mau ignore saja. Berat betul kelopak mata saya. Tapi, saya tercium bau Perfume yang sangat familiar dan sangat saya rindui. Bau yang bulih bikin saya jadi nda keruan...
Shine...
Is she back?
Saya buka mata saya pelan pelan. Kabur kabur pengelihatan saya. Ditambah lagi keadaan dalam bilik agak gelap. Saya hanya dapat tingu muka tu urang samar samar saja... Sekejap macam muka Shine, sekejap bukan.
-To be continued-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top