두 (Two)
"Hey, Sowon. Kau baik-baik saja?" tanya Seulgi sambil menatapku.
Aku menghempaskan bokongku di kursi kelasku. Aku menatap Seulgi. "Aku baik. Tadi Mr. Kang hanya menyuruhku berdiri saja."
"Oh, mungkin karena kau cuma pernah terlambat satu kali, dan itupun kali ini," terka Seulgi.
"Yah mungkin kau benar," kataku sambil mengambil sebuah tas kecil. "Bisakah kita ke kafetaria sekarang? Aku lapar."
"Oke, ayo." Seulgi menerima ajakanku.
Kami berjalan beriringan menuju kafetaria. Seulgi sibuk dengan ponselnya. Mungkin ada kabar terbaru dari artis-artis yang diidolakan olehnya. Aku pernah masuk ke kamar Seulgi, kamarnya penuh poster dan foto-foto yang ditempel di dinding. Seperti Super Junior, atau Shinhwa. Apa yang membuat Kang Seulgi, gadis paling modis se Han-Lim menyukai musik-musik jadul? Bahkan kudengar Seulgi suka menari. Aku membayangkan ia menari lagu Mr. Simple atau Sorry Sorry.
Kami sampai di kafetaria. Cukup ramai, sampai-sampai suara dari murid-murid terdengar seperti segerombolan lebah yang mendengung di samping telingaku. Aku dan Seulgi langsung mengantri untuk mengambil makanan yang sudah di sediakan. Menurutku makanannya membosankan. Setiap hari itu-itu saja. Hari Senin bibimbap dengan makanan kecil tteokbokki, Selasa doenjang jjigae dengan makanan kecil dango, Rabu aneka sandwich (yang rasanya hanya tiga), Kamis aneka makanan Western (hamburger, hot dog, dan lainnya), Jumat biasanya aneka roti-rotian gandum. Tidak ada makanan lain selain yang kusebutkan. Menurutku sangat membosankan.
Mungkin western food akan menaikkan mood-ku sedikit setelah tadi berdiri di depan kelas selama dua jam dan diikuti pelajaran PPKn yang membosankan. Karena itu aku memesan satu buah burger keju ukuran besar, french fries dan segelas minuman soda. Bukannya aku tidak peduli dengan berat badan. Tapi karena berat badanku tidak mudah naik. Aku dulu sempat mengira diriku terkena penyakit bulimia.
Aku dan Seulgi memilih acak tempat duduk yang kosong. Entah kenapa hari ini aku lapar sekali. Aku cepat-cepat memakan burgerku karena perutku sudah berbunyi.
"Lapar sekali, Sowon?" Seulgi tertawa melihat tingkahku. Yah, satu hal yang wajar.
Aku hanya menanggapi Seulgi dengan anggukan kecil. Seulgi tersenyum geli. Kemudian memulai sebuah pembicaraan denganku.
"Omong-omong, kau tak mengadakan pesta akhir-akhir ini. Apakah Tante Yoona tidak mengizinkan?" tanyanya.
"Bukan begitu. Hanya saja aku sedang tidak minat mengadakan pesta."
Yah, begitulah. Aku selalu mengadakan pesta. Paling tidak dua bulan sekali. Biasanya aku mengundang teman-teman sekelasku dan temanku yang lain dari kelas sebelah. Pergaulanku cukup bagus. Karena Ibu dan Tante Yoona selalu menyuruhku untuk mencari teman. Aku juga disuruh untuk membawa paling tidak satu teman ke rumah. Mungkin karena sekarang aku hanya tinggal berdua dengan Tante Yoona rumah menjadi sepi.
Terkadang aku dibantu oleh Tante Yoona untuk menyiapkan pesta. Tante Yoona akan merencanakan dekorasinya berhari-hari. Sedangkan aku yang menyiapkan makanan. Tante Yoona tidak keberatan aku menggunakan kartu debit miliknya. Asalkan aku menggunakannya secara bijak. Tante Yoona juga menyuruhku untuk menghindari minuman beralkohol. Lagi pula aku takkan tertarik dengan yang namanya alkohol. Kudengar sudah banyak orang yang meninggal dalam keadaan mengenaskan karena meminum minuman haram itu.
Akupun biasanya mengundang teman-temanku lewat telepon atau mengirimkan pesan siaran di grup kelasku lewat KakaoTalk. Nayeon selalu menyuruhku untuk membuat undangan agar terkesan lebih 'mewah'. Aku selalu menolak. Karena Ibuku selalu berkata kepadaku untuk tidak berlebihan. Lagipula kenapa Nayeon menyuruhku membuat kartu undangan? Memangnya aku akan menikah?
"Oh." Seulgi menanggapi perkataanku tadi.
Aku tidak sengaja melirik ke meja yang ada sekitar lima meter sebelah tenggara di depanku. Kulihat Kim Taehyung sedang makan hot dog dengan perempuan yang tadi kulihat bersamanya di depan kantor kepala sekolah. Mereka makan satu meja. Aku penasaran apa yang membuat Taehyung bisa tersenyum lepas seperti itu ketika bersama gadis itu. Aku menatap mereka. Mereka memang tidak mesra. Tapi aku yakin akan ada sesuatu antara aku, Taehyung, dan gadis itu.
"Sowon, apa yang kau lihat?" tanya Seulgi.
Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah Seulgi. Kemudian menggeleng dengan cepat. "Tak apa."
"Aku kangen pestamu," kata Seulgi. Ia menerawang. Mungkin sambil membayangkan suasana pestaku yang sudah tidak pernah kuadakan lagi semenjak 7 bulan yang lalu.
"Hahaha. Memangnya kenapa?" tanyaku.
"Aku ingin ke rumahmu. Tapi bersama teman-teman lain," kata Seulgi.
"Jadi? Kau ingin aku mengadakan pesta lagi?" tanyaku.
"Terus apa lagi? Aku sudah 3 bulan tidak ke rumahmu karena kau sibuk," kata Seulgi.
Aku mengangguk-angguk. Sibuk itu tidak hanya alasan saja. Aku benar-benar sibuk. PR, school project, ujian, pekerjaan rumah tangga. Klise, tapi sangat banyak.
"Oke. Mungkin minggu depan aku akan adakan pesta. Aku akan bilang kepada Tante Yoona," kataku.
Kami melanjutkan makan dengan diam. Makananku akhirnya habis. Aku dan Seulgi kembali ke kelas.
*****
"Seul, apakah kau tidak merasa tugas proyek yang diberikan Mr. Huang terlalu sulit?" tanyaku.
"Yah, sedikit," jawab Seulgi sambil memasukkan kakinya ke dalam celana olahraga.
Pukul 08.00 adalah jam olahraga. Satu minggu ada dua kali pelajaran olahraga. Ketika hari Jumat adalah waktunya pelajaran olahraga di luar gedung. Sedangkan hari Senin di luar gedung. Biasanya untuk di dalam gedung semacam basket dan yang lainnya, sedangkan di dalam gedung semacam olahraga senam lantai.
"Aku capek sekali, Seulgi." Aku mengeluarkan celana olahragaku juga dari loker.
"Hai, Seulgi, Sowon!"
Aku mendengar suara sahabatku, Im Nayeon. Ia memakai celana olahraga juga. Nayeon cukup terkenal. Gigi depannya yang seperti kelinci membuat Nayeon menjadi semakin imut. Ditambah lagi pipi tembemnya. Nayeon, Seulgi, dan aku adalah teman semenjak SD.
"Hei, Nayeon!" balasku.
"Ayo ke lapangan. Sebentar lagi peluit berbunyi," kata Nayeon.
Kami bertiga berjalan beriringan menuju lapangan. Sementara Nayeon terus berbicara mengenai gosip terbaru.
"Apakah kalian tahu kalau Lai Guanlin berpacaran dengan Chaeyoung?" tanya Nayeon.
"Tidak, memangnya kau dengar dari mana?" tanya Seulgi balik.
"Aku dengar dari..."
Aku takkan mendengarkannya. Aku tak mau menerima gosip kacangan untuk hari ini. Kalau hanya gosip tentang pacaran itu aku tidak mau mendengarnya. Rasanya sama saja seperti aku makan jus lemon tanpa gula...
"Aku dengar sesuatu tentang Kim Taehyung."
Kutarik kata-kataku barusan. Aku menegakkan telingaku, bersiap mendengat gosip Nayeon. Hal-hal yang berhubungan dengan cowok berambut cokelat itu selalu membuatku tertarik. Apakah dia sudah memiliki pacar baru? Apakah dia belum move on...
"Katanya dia sedang dekat dengan seseorang!"
Sepertinya kemungkinan pertama lebih tepat. Aku kembali fokus mendengarkan cerita dari Nayeon.
"Aku tahu dia dekat dengan anak baru. Aku lupa siapa namanya. Tapi dia sangat cantik. Rambutnya berwarna pirang. Aku pernah melihatnya sekali bersama Taehyung memasuki mobil yang sama. Yang kukira itu mobil Taehyung."
"Apa kau yakin itu mobil Taehyung?"
"Ya aku yakin. Aku pernah melihat mobil Taehyung itu. Kukira Taehyung hanya melakukan tur mengelilingi sekolah ini sebagai pemandu gadis itu. Tapi, dia sampai menemani gadis itu makan, sampai mengantarnya pulang. Bukannya itu aneh?"
Ya, itu aneh, pikirku.
"Tapi tidak heran sih dia dapat perempuan secantik gadis itu. Dia kan tampan. Seksi pula."
Ya, aku mengakui itu.
"Tapi kudengar dia sama sekali tidak menyukai gadis itu. Ketika kutanya dia jawab tidak ada hubungan apapun."
Tapi aku membencinya.
Semenjak Taehyung memutuskanku tanpa alasan aku jadi membencinya. Aku tidak butuh waktu lama untuk itu. Aku hanya perlu pembiasaan sehari tanpa Taehyung. Kemudian ku blokir semua kontak dan akun media sosial miliknya. Aku merasa takkan membutuhkannya lagi. Diapun juga sepertinya tak membutuhkanku.
Peluit berbunyi memaksaku menghentikan pikiranku tentang Taehyung.
*****
Jam pelajaran sesi pertama selesai. Aku pergi ke toilet dengan membawa tasku. Aku masih gadis normal yang membutuhkan riasan di wajahku.
Aku sebenarnya tidak terlalu memedulikan riasan. Tapi karena aku harus ikut dengan teman Tante Yoona, aku harus berdandan sedikit.
Aku membuka pintu toilet. Aku terpaku ketika melihat seorang gadis. Dia gadis itu. Gadis yang akhir-akhir ini bersama Taehyung. Meskipun aku hanya sekali melihatnya dari jarak 92 meter, tapi gadis itu cukup menyita pikiranku. Apalagi setelah Nayeon mengatakan gadis itu dekat dengan Taehyung. Walaupun Nayeon bilang Taehyung tidak menyukai gadis itu.
Kulihat ia sedang membasuh tangannya di wastafel karena terletak noda seperti tinta.
Aku mengambil tempat di sebelahnya, kemudian membuka tas untuk mencari semacam lipbalm. Aku kemudian mencoba meliriknya. Sayangnya tidak bisa. Tapi menurutku dia cukup cantik.
Aku mengambil resiko melihat gadis itu lewat cermin.
Wajahnya putih dan halus. Rambutnya berwarna pirang. Aku yakin ia mengecat rambutnya(yang menurutku membuatnya terlihat pucat). Lengannya kurus dan halus seperti yang kulihat di majalah-majalah (aku yakin kulit halus seperti itu hanya efek kamera). Di telinganya terdapat anting perak. Di tangan kirinya terdapat banyak gelang dan jam tangan merk Rolex. Aku sempat heran kenapa ia memakai jam tangan lelaki.
Aku terlalu sibuk memandanginya sampai aku lupa ia bisa melihatku. Ia menoleh kepadaku. "Tinta bolpoinku bocor. Aku tidak akan membunuh cumi-cumi kok," katanya. Sedetik kemudian senyumnya terkembang, menampakkan gigi-giginya yang putih.
Aku tersenyum kikuk. Sedikit malu karena ketahuan memandanginya. Ia mengelap tangannya menggunakan handuk yang tergantung di sekitarnya.
"Oh iya. Aku Yerin. Jung Yerin," katanya tanpa kuminta.
"Hai, Yerin," kataku. Belum sempat aku memperkenalkan namaku, Yerin memotong perkataanku.
"Dan kau ... Kim Sowon?"
Aku kaget. Bagaimana bisa ia tahu namaku?
"Dari mana kau tahu?"
"Oh, maaf. Aku hanya tidak sengaja melihat namamu dari gantungan kunci yang ada di tasmu."
Aku melihat tasku. Memang ada gantungan kunci bertulisan namaku yang dihadiahkan Nayeon kepadaku. Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Yerin tidak mengatakan apapun setelah itu. Aku mengeluarkan lipbalm lalu memulaskannya di bibirku. Kami masih dalam keheningan sampai Yerin memulai percakapan lagi.
"Ngomong-ngomong, Taehyung pernah bilang sesuatu tentangmu," katanya, mengejutkanku.
"Kau ... Kenal Kim Taehyung?" tanyaku hati-hati.
Ia mengangguk sambil mengeluarkan lipstick dari tasnya. "Dia bilang sesuatu tentangmu."
Aku memutuskan untuk tidak menanggapinya. Aku hanya kembali memperbaiki riasanku yang sudah agak memudar. Aku mencoba untuk tidak peduli lagi apapun yang dikatakannya. Namun tidak berhasil.
"Taehyung bilang aku harus waspada terhadapmu," kata Yerin.
Tanganku yang semula bergerak untuk menutup ritsleting tas seketika berhenti. Kepalaku menoleh dengan cepat ke arahnya.
"Apa maksudmu?" Ah, aku salah mengatakan suku kata. Harusnya 'maksud-nya'.
"Entahlah. Dia hanya bilang itu," katanya sambil memasukkan lipstick ke dalam tasnya. "Aku tidak tahu maksud dari kalimat Taehyung."
Aku menatapnya. Aku tahu siapa orang yang menyembunyikan sesuatu atau yang tidak. Dan kalau kulihat Jung Yerin ini...
... Menyembunyikan sesuatu.
Aku diam sampai Yerin selesai membenahi riasannya dan menggantungkan tas ke lengan kirinya. Yerin kembali tersenyum padaku. Kali ini aku merasakan sesuatu yang berbeda dari senyumannya.
"Tapi, aku mungkin akan terus ada di hidupnya."
Aku terpaku. Yerin berjalan meninggalkanku dengan langkah yang anggun. Ketika ia hendak keluar, Yerin menoleh kepadaku, lalu mengatakan "sampai ketemu" sambil menunjukkan telapak tangannya dan membuat goyangan kecil menggunakan telapak tangannya.
Aku masih menatap pintu sampai Yerin benar-benar pergi dan langkahnya tak terdengar lagi di telingaku.
Aku masih tertegun dengan ucapan terakhir Yerin. Dengan asumsiku sendiri, aku mencoba mengartikan apa maksud dari perkataan Yerin tadi. Apakah "dia mencintai Taehyung" atau "dia akan memperbudak Taehyung" aku tidak tahu.
Aku tidak tahu maksudnya. Tapi yang jelas, aku seolah sedang menghadapi sebuah granat yang sudah dilepas kuncinya, dan akulah yang ditugaskan untuk mencegahnya agar tidak meledak.
Semoga kalian suka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top