다섯 (Five)
Tante Yoona muncul di ambang pintu, dengan aku dan Taehyung masih dalam posisi berhadapan, saling tatap satu sama lain. Aku dengan cepat menoleh, melihat Tante Yoona disana.
Karena kaget, aku refleks mendorong Taehyung hingga terjatuh. Tubuhnya mengenai meja. Cat air nyaris tumpah mengenai baju Taehyung. Syukurlah tidak terjadi. Namun Taehyung melotot ke arahku, mempertanyakan kenapa ia didorong olehku.
Aku memutar bola mata. "Salahmu. Jadi kudorong," kataku santai sambil meniup anak rambut yang mulai tumbuh di keningku.
Taehyung bersungut-sungut. Ia kemudian berdiri. Tante Yoona masih diambang pintu, menatap kami heran.
"Ada apa, Sowon, Taehyung?" tanyanya.
"Tidak apa-apa. Oh ya, Tante bilang apa tadi?" tanyaku basa basi.
"Kalian ingin minum atau makan apa?" tanya Tante Yoona.
Aku menyikut lengan Taehyung. Kemudian memberi isyarat bertanya. Ia menjawab santai. "Roti lapis."
"Minumnya?"
"Matcha tea."
"Baiklah. Tunggu, ya. Tante siapkan makanan dan minumannya dulu. Kalian bisa menunggu sambil menonton TV. Tante dengar ada drama baru yang tayang. Tidak ada salahnya kalian menonton bersama," kata Tante Yoona sambil berlalu menuju dapur.
Aku masuk ke dalam, menuju ruang keluarga. Taehyung mengekor di belakangku. Aku mengambil remot, hendak menonton drama terbaru yang dimaksud Tante Yoona. Namun Taehyung mengambil remot itu lebih dulu, kemudian menyalajan TV, menyetel film box office terbaru.
Aku terperangah, protes.
"Hei! Aku kan mau nonton drama!" protesku sewot, berusaha merebut remot yang dibawa Taehyung.
"Dramanya bisa lain kali. Nonton film box office lebih baik," katanya santai, sambil menjauhkan remot dari raihanku.
Aku mendengus pelan. Mengalah. Akhirnya aku bangkit menuju rak buku, kemudian mengambil dua buku novel. Aku kembali ke sofa. Namun kali ini aku berada di sofa yang berbeda dengan Kim Taehyung, berbaring di situ. Aku membuka novelku, mulai membaca.
Hening sejenak, sampai aku menyadari Taehyung menatapku lekat. Aku berkata kepadanya. "Apa lihat-lihat?" tanyaku ketus.
"Jangan menggodaku, Kim Sowon," katanya.
Aku mengerutkan kening. Apa maksudnya? Aku tidak menggodanya.
"Apa maksudmu?" tanyaku lagi.
Taehyung menunjuk ke arahku. "Kau sengaja memakai hotpants itu dan tiduran ketika bersamaku. Kau menggodaku kan?"
Aku mengerutkan kening sekali lagi. Sedetik kemudian tawaku lepas. Ya ampun. Aku tidak menyangka sekarang Taehyung menjadi lelaki mesum.
"Apa maksudmu, heh? Aku bahkan lupa tadi ada tugas kelompok melukis. Kau saja yang mesum, Kim Taehyung," kataku. "Ya ampun, sekarang Kim Taehyung menjadi seorang lelaki mesum."
Taehyung terperangah. Mukanya merah padam. Ia mengambil bantal sofa, kemudian melemparkannya tepat mengenai wajahku. Giliran aku yang terperangah. Aku membalas dengan perlakuan yang sama. Kali ini aku lebih keras melempar, membuatnya mengaduh kesakitan.
"Hei?!" protesnya.
"Salahmu." Aku kembali membaca. Membiarkan Taehyung yang bersungut-sungut kesal.
Taehyung diam sebentar sebelum kembali bicara kepadaku. "Hei."
"Apa?" balasku pendek. Aku masih fokus membaca buku.
"Apa Yerin mengatakan sesuatu kepadamu?" tanya Taehyung.
Aku menoleh begitu nama Yerin disebut. Seketika aku mengingat percakapanku dengan Yerin dua minggu yang lalu.
"Memangnya kenapa?" tanyaku balik.
"Kau menyebut Yerin kemarin. Jadi kupikir gadis itu telah berbicara kepadamu. Kalau iya, dia bicara apa?" tanyanya.
Aku diam sebentar. Aku ragu-ragu apakah aku harus menceritakannya atau tidak. Aku memutuskan untuk tak menceritakan percakapan itu.
"Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya." Akhirnya aku menjawabnya seolah aku tidak mengerti.
"Biar kutebak. Dia pasti mengatakan dirinya harus hati-hati kepadamu, kan?" tanya Taehyung, tepat sasaran.
"Hei? Kenapa kau mengetahuinya?" tanyaku balik, menatapnya penuh selidik.
"Ya karena aku mengatakannya sendiri," jawab Taehyung sambil mengambil beberapa biskuit di toples.
"Hah? Apa maksudmu? Kenapa kau mengatakan itu?" tanyaku penasaran.
"Hanya ada satu maksudku," kata Taehyung. "Aku menyuruhnya untuk menjauhimu."
"Apa? Apa maksudmu?" Aku lagi-lagi tidak mengerti.
"Kau akan mengerti ketika kau mengenalnya lebih jauh," jawab Taehyung.
Aku lagi-lagi mengerutkan kening. "Apa yang mau kau lakukan? Apa kau memiliki rencana tertentu?"
"Yang memiliki rencana itu Yerin. Ia memiliki rencana yang harus ia lakukan kepadamu," kata Taehyung.
"Yerin memiliki rencana? Rencana apa?" tanyaku. Aku semakin penasaran. Sebenarnya apa yang dimaksud lelaki berambut cokelat ini?
"Kau akan tahu ketika Yerin sering muncul di kehidupanmu," katanya.
Aku semakin bingung. Apa maksudnya? Aku hendak bertanya namun pertanyaanku harus tertahan karena tante Yoona masuk ke ruang keluarga dengan tersenyum sambil menyerahkan roti lapis dan matcha tea. Aku harus mencari tahu sendiri.
*****
"Apa maksudnya?" Seulgi mengerutkan kening.
"Aku tak tahu, Seulgi. Mungkin saja Taehyung memiliki maksud tertentu?" kataku.
"Menurutku bukan Taehyung yang memiliki maksud tertentu," kata Nayeon yang duduk di depanku dan Seulgi.
"Memangnya siapa?" tanya Seulgi.
"Menurutku Jung Yerin itu yang memiliki maksud-maksud tertentu.
Aku tertegun. Seulgi pun begitu.
"Kenapa kau bisa berpikir begitu, Nayeon?" tanya Seulgi.
"Kau bilang Jung Yerin mengatakan ia harus berwaspada terhadapmu, kan? Namun Taehyung mengatakan hal yang berbeda. Hanya ada dua kemungkinan. Taehyung yang berbohong, atau Jung Yerin yang berbohong," jelas Nayeon.
Aku dan Seulgi mengangguk paham. Nayeon melanjutkan pertanyaannya.
"Taehyung bilang apa kepadamu, Sowon?" tanya Nayeon kepadaku.
"Ia hanya mengatakan Jung Yerin memiliki sebuah rencana dan aku harus berhati-hati kepadanya. Ketika aku bertanya rencana apa, Taehyung mengatakan aku akan tahu ketika Yerin terus muncul di kehidupanku," kataku.
"Berarti kemungkinan Yerin akan mencampuri apapun yang terjadi di kehidupan Sowon. Hanya ada satu kemungkinan lagi setelah itu yaitu Taehyung berbohong. Namun mendengar apa yang dikatakan Taehyung kepadamu, kemungkinan besar Taehyung tidak berbohong sedikitpun," jelas Nayeon mengeluarkan opininya.
Kupikir Nayeon cocok menjadi agen FBI bagian penyelidikan kasus misterius dan penyelidikan sidik jari. Ia pintar sekali. Namun sayangnya aku tidak suka sikapnya yang suka bergosip.
"Apa, sih, yang direncanakan Jung Yerin itu? Aku pusing," kata Seulgi.
"Aku tidak tahu, Seulgi. Namun apapun yang akan dilakukan Jung Yerin, Sowon harus berhati-hati. Kalian juga tahu kan Jung Yerin itu cantik. Pemujanya pasti banyak. Don't see book from the cover. Bisa jadi Jung Yerin memiliki rencana berbahaya. Sowon, kau harus hati-hati," kata Nayeon, menatapku lekat.
Aku terdiam. Kalau saja aku bisa membaca atau melihat masa depan, aku akan mencegah Yerin muncul di kehidupanku dan menjalankan rencananya. Entah apa yang direncanakannya. Namun sepertinya semua sudah terlambat. Yerin sudah masuk ke kehidupanku tanpa bersusah payah, melalui percakapan itu.
"Hey, aku bosan nongkrong di kelas. Ayo ke perpustakaan. Barangkali ada novel atau komik yang bisa kubaca," kata Seulgi sambil menguap.
"Aku tidak keberatan. Ayo." Nayeon mengiyakan.
Aku mengikuti mereka. Menuju perpustakaan utama. Di Han-Lim ada tiga perpustakaan. Satu diantaranya adalah perpustakaan utama. Perpustakaan utama ada di lantai enam, satu lantai dari kelasku. Kelasku terletak di gedung B yang memiliki enam lantai. Perpustakaan utama juga paling luas. Luasnya mencapai 20 meter, berbentuk kubus simetris. Ada sepuluh lebih rak yang berisikan buku-buku. Entah itu buku lama atau buku baru. Bahkan rumornya ada buku yang masih ada sejak pertama kali sekolah didirikan lima puluh tahun yang lalu. Terdapat juga meja kursi. Aku tidak tahu persis berapa mejanya, yang pasti banyak. Berbeda dengan perpustakaan lain, perpustakaan Han-Lim diperbolehkan untuk minum dan makan. Bahkan ada beberapa stand untuk mengambil snack. Namun tetap seperti perpustakaan lain, tidak boleh berisik dan harus menjaga kebersihan.
"Kau mau membaca buku apa, Seulgi?" tanya Nayeon sambil meniti rak bagian novel.
"Aku mungkin akan membaca komik Jepang," jawab Seulgi.
Aku diam sambil tetap meniti rak. Aku ingin membaca novel fantasi. Aku menyukai hal-hal berbau fantasi dan mistis. Aku menyukai film dan cerita horor. Bahkan ketika Seulgi dan Nayeon berteriak karena jumpscare yang menyeramkan, aku tidak merasa kaget sama sekali. Aku bahkan dengan santai mengatakan, "oh itu hantunya? Lucu.". Biasanya aku langsung dilempar bantal oleh keduanya. Padahal tidak aneh. Aku hanya tidak takut kepada hantu.
"Omong-omong aku ingin ambil kopi untuk minum kita. Aku pergi dulu," kata Nayeon sambil berlalu pergi menuju tempat pengambilan snack yang dikerumuni. Akan memakan waktu lama kalau Nayeon kesana. Namun ia hanya akan minum kopi jika ada di perpustakaan utama. Katanya kopi perpustakaan utama enak.
Seulgi berada di rak sebelahku, mencari buku-buku yang diinginkan atau dibutuhkannya. Aku terus meniti rak, mencari buku yang menarik. Aku melihat sebuah buku yang menarik perhatianku. Aku mengambilnya, namun tangan lain lebih dulu meraihnya. Aku menoleh, melihat siapa itu.
Jung Yerin. Lagi.
"Oh? Hai, Sowon," katanya sambil tersenyum manis.
Aku balas tersenyum----meski dipaksakan. "Hai, Yerin."
"Kau mau buku ini? Silakan," katanya sambil menyerahkan buku itu kepadaku.
"Terima kasih," kataku sambil menerima buku itu.
"Omong-omong, kebetulan sekali bertemu denganmu di sini," kata Yerin sambil menatapku.
"Yah, kebetulan yang mengejutkan," kataku datar.
"Oh, iya. Kudengar Seokjin kemarin menjahili anak-anak kelas 2A."
Aku menatap Yerin. Dia tahu Seokjin? Aku berusaha bereaksi sealami mungkin. "Siapa itu Seokjin?" tanyaku pura-pura tidak tahu.
"Oh? Kau tidak mengetahui siapa Seokjin? Kupikir kau sudah tahu," kata Yerin. "Ia anak kelas 2A yang paling tampan sekaligus pendendam. Namun entah kenapa ia terus ditindas oleh teman-temannya. Terkadang aku kasihan kepadanya."
"Oh, ya? Apakah dia setampan itu?" tanyaku lagi.
"Kupikir ia tidak terlalu tampan. Masih tampan Song Joongki," katanya sambil tertawa.
Aku tertawa hambar menanggapinya. Yerin santai sekali. Ia sama sekali tidak menunjukkan kalimat-kalimat yang mencurigakan.
"Huh... Aku mendapat tugas dari Mr. Wu," keluh Yerin.
Aku menatapnya. Kemarin juga aku barusan mengerjakan tugas dari Mr. Wu bersama Taehyung. Kali ini Yerin juga membahas Mr. Wu. Aku berusaha berpikir positif.
"Memangnya kenapa?" tanyaku.
"Kenapa pula harus bekerja sama dengan kelas D? Bukan kelas B. Kelas D itu rajanya biang kerok. Aku tak suka," kata Yerin.
Aku mengangguk bodoh. Yerin tersenyum. Senyuman yang sama sebelum ia meninggalkanku di toilet. Ia menatapku dengan mata beningnya.
"Kuharap aku bisa bekerja sama dengan Taehyung. Bukannya kelas D."
Kusimpulkan, Yerin memang sebuah granat yang telah dilepas kuncinya. Dan aku harus menghadapinya, mencari cara agar tidak meledak, membahayakan diriku dan orang sekitarku.
Hmmm
Yerin kenapa? Apa yang dia rencanain? Oh ya. Cerita ini berjalan perlahan menuju prolog. Semoga kalian suka ya. Oh ya ini model pakaian yang dipakai Sowon pas sama Taehyung tadi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top