Our Memories [Nijimura x Reader]
[Nijimura Shuuzou x Reader]
DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI
Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.
Warning! Typo, OOC, gaje, dan hal absurd lainnya banyak bertebaran di cerita ini!
.
.
.
Hai, (Your name).
Apa kabar?
Kau tahu? Di sini sudah memasuki musim semi. Bagaimana dengan Jepang? Seingatku, ini sudah waktunya untuk bunga Sakura memekarkan diri. Menjadikan setiap jalan seperti terowongan pink yang cocok sebagai latar untuk memadu kasih.
Oh ya, apakah kau menyukai gelang yang kukirimkan bersama surat ini? Sorry. Aku hanya bisa menemukan itu, yang kurasa sangat cocok denganmu. Mengingat gelang itu sewarna netramu.
Ugh. Kau tahu kan aku tidak bisa menyusun kata? Jadi, sebaiknya kau segera mengirimiku balasan agar aku bisa belajar darimu.
Jaa!!
Nijimura Shuuzou.
Kau terkikik kecil membaca lembaran sewarna langit di genggamanmu. Lalu, matamu pun melirik pada atensi gelang yang melingkar di pergelangan. Pantulan samar dari benda itu menerbitkan senyum di wajahmu yang manis.
Suara gesekan kertas terdengar kala jemarimu menggantikan lembar biru dengan lembar putih yang mengintip dari bawah. Kembali menekuni setiap huruf yang beranak pinak. Menyatukan kembali bayangan semu akan sang pengirim di benakmu.
(Your name).
Seingatku, kau lahir di musim dingin kan? Tapi mengapa kehadiranmu di kehidupanku seperti musim semi? Menjadikannya seperti pelangi yang tak pernah pudar.
Hey, Aishiteru.
Nijimura Shuuzou.
Ps: Apakah aku mengatakannya di waktu yang tepat? Yah, walaupun salah, tapi kuyakin. Apa yang kurasakan tidak salah.
Pecah.
Isak tangis terdengar samar di pojok ruangan itu. Rambutmu yang tak diikat terburai sempurna menutupi wajah yang kini menghujankan air mata. Kertas yang teremat oleh genggaman seolah tak bisa meringankan beban rasa yang kau pikul.
"Nijimura-kun ..."
Kau melirih, tak ubahnya gemerisik angin. Tertelan oleh suara batang tenggorok yang sudah serak akibat tangisan itu walau singkat. Seharusnya kau tidak melakukan itu. Membongkar puluhan artefak berwujud lembaran yang mengisi penuh kotak sepatu bekasmu.
Namun kau terpaksa. Angin di pengujung musim semi seolah mengajakmu untuk bernostalgia pada kenangan bernama Nijimura Shuuzou itu. Menuntunmu untuk kembali menjajaki memori satu tahun lalu.
*****
Musim semi di Amerika sudah pasti berbeda dengan yang ada di Jepang. (Your name) tahu pasti akan hal itu. Hingga ia tak menolak ketika sepupunya menawari liburan di negara Adidaya itu walau hanya seminggu.
Kekaguman akan pengujung musim bunga itu sempat menjadi ketakutan bagi (Your name). Di mana ia tersesat ketika menyusuri sendiri kota tempat sepupunya tinggal. Sampai akhirnya ia bertemu dengan sosok jangkung bersurai kelam tersebut.
Nijimura Shuuzou. Dua patah kata itu yang ia kenalkan pada seorang (Your name). Dan langsung terhafalkan begitu ia ringan tangan untuk membantu (Your name) yang awam akan lingkungan sekitar.
Pemuda itu pula yang menjadikan seminggu pergantian musim (Your name) menjadi lebih pantas untuk dikenang. Sifatnya yang enerjik selalu membuat gadis itu tersenyum di dekat pemilik netra onyx itu.
Sampai akhirnya, mereka pun bertukar alamat. Berjanji untuk berkorespondensi sebagai penguat hubungan yang telah mereka bangun seminggu itu.
*****
"(Your name)," panggil Nijimura ketika kalian sedang menyusuri jalan setapak. Ia sudah berjanji akan membawamu jalan-jalan sebelum kau meninggalkan Amerika.
"Ada apa, Nijimura-kun?" Tatapanmu terarah pada onyx lelaki itu. Entah firasatmu atau bukan, namun kau menemukan secercah keraguan membayang samar di sana.
"Ah, nandemonai. Kurasa, kita sudah terlalu banyak berjalan hari ini."
Tanganmu tertarik olehnya. Dibawanya tubuhmu untuk duduk bersisian di bangku jalan yang tak jauh dari posisi kalian berada.
"Hei, bagaimana menurutmu keadaan di sini, (Your name)?"
"Menyenangkan. Ini pertama kalinya aku pergi ke luar negeri," ungkapmu jujur. Nijimura tersenyum melihatmu.
"Menyenangkan, hm? Padahal, kau nyaris akan menangis ketika aku menemukanmu tersesat di jalan tempo hari," ejeknya. Senyum ramahnya berubah menjadi seringai menjengkelkan. Dan itu membuatmu kesal.
"Apakah kau harus mengungkit hal itu?!" Nada suaramu meninggi. Mengikuti raut wajahmu yang memerah karena kilasan kejadian itu terlintas jelas di benakmu.
Nijimura ternganga sebentar, sebelumnya akhirnya tertawa terbahak-bahak melihat reaksimu. Tanpa tahu kalau dia sudah menghilangkan kekesalanmu tanpa sengaja. Ya. Tawanya menular. Mengubah kesalmu menjadi selengkung senyum di wajah.
"Oh ya." Nijimura mengambil posisi semula. Walau masih terkekeh kecil akibat yang tadi. "Apakah kau senang berkenalan dengan orang sepertiku?" lanjutnya.
Kau mengangguk tanpa keraguan. Kemudian meninju bahunya pelan. "Untuk apa kau menanyakan hal itu, Nijimura-kun? Tentu saja jawabannya adalah iya. Suatu keajaiban menemukan orang Jepang di lingkungan yang mana aku hanya mengenal sepupuku saja," ujarmu.
Terlihat, Nijimura mengembuskan napas. Kemudian menganggukkan kepala. "Baiklah. Kalau begitu aku tenang membiarkanmu sendiri," gumamnya lalu.
"Apa kau mengatakan sesuatu?" tanyamu penuh selidik. Kali ini ia menggeleng.
"Aku juga senang mengenalmu, (Your name). Seperti katamu. Adalah sesuatu yang langka bisa memiliki kenalan sebangsa, walau aku sudah tinggal di sini sedari tamat SMP." Giliran ia yang menceritakan pendapatnya.
"Oh ya, kapan kau akan kembali ke Jepang?" tanyanya setelah hening beberapa saat.
"Besok. Jam delapan pagi aku harus sudah ada di bandara," jawabmu.
"Souka. Maaf aku tak bisa mengantarmu. Di jam yang sama, aku harus menemani ayahku untuk pemeriksaan," sesalnya. Kau mengangguk. Paham dengan permasalahan yang Nijimura hadapi.
Setelah berbincang-bincang sebentar, ia menawarkan diri untuk mengantarmu pulang. Sekaligus menjadi jalan-jalan terakhir yang kalian lakukan sebelum kepulanganmu ke Jepang.
"(Your name)! Jangan lupa janji kita itu. Kau harus segera membalas suratku jika itu datang!" teriaknya dari persimpangan yang kalian lalui tadi.
"Tentu saja! Kau juga harus sering-sering mengirimiku surat!" Teriakanmu pun tak kalah nyaring dari depan rumah sepupumu.
Bisa kau lihat ia tertawa kecil akibat perkataanmu. Ia pun mengancungkan kedua ibu jarinya dengan sigap ke udara. Meyakinkanmu bahwa ia akan melaksanakan itu. Sekilas, kau melihat bibirnya bergerak, yang kau anggap adalah refleksi dari kata "pasti!"
Setelah itu, ia berbelok. Menghilang ditelan jalan. Namun tetap membayang di pelupuk matamu. Tak lupa, kau juga merekamnya bersama langit jingga terakhirmu di Amerika.
*****
Siapa sangka jika sulung Nijimura itu menepati janjinya? Membuat (Your name) memiliki hobi baru. Yakni duduk setia di depan rumah setiap Jum'at demi menyongsong kedatangan tukang pos yang akan memberinya surat imigran dari Amerika.
Tak ada yang berubah dari lelaki itu. Ia tetap mampu membuat (Your name) tersenyum simpul, bahkan sampai tertawa cekikikan karena setiap paragraf yang ia rangkai.
Hingga suatu hari, sebuah surat membawa nuansa berbeda pada relung hatinya. Membuat berjuta kupu-kupu seolah terperangkap di perutnya. Menggelitik hingga ia tak bisa berkata apa-apa.
Lelaki itu mengungkapkan rasa.
Rasa yang sama dengan milik (Your name) terhadapnya.
*****
Namun kini, musim semi yang selalu dinanti oleh (Your name) seolah hanya tinggal cerita. Ia tak lagi menunggu tukang pos setiap Jum'atnya. Juga selalu menolak undangan sepupunya dari Amerika sana.
Surat terakhir yang mendarat di rumahnya menjadi nisan pada kenangan yang luluh lantak itu. Surat dari seseorang dengan marga yang sama dengan pemilik nama kecil Shuuzou itu. Mengaku sebagai adiknya, penulis surat itu memberitahu bahwa Nijimura sudah tak ada. Ia sudah tertawa manis di Nirwana sana. Kecelakaan beruntun menjadi penyebabnya.
Padahal jelas sekali jika seminggu sebelum itu, Nijimura sudah berjanji. Ia akan menyambangi Asia untuk menemuinya dalam waktu dekat. Menemui dirinya dan keluarga, lalu meminta restu untuk merubah marga gadis itu.
Yang kini hanya menjadi duka bernama kenangan.
*****
Kau kembali menahan isak. Menahan ledakan duka yang menghunjam dada. Sekaligus mempertahankan ingatan akan Nijimura yang mengabur seperti matamu.
"Mengapa kau meninggalkanku, Nijimura-kun?!" Jeritan kepedihan menjadi penutup hidup di malam itu. Namun tetap membiarkan berbagai kenangan kalian merasukimu hingga alam mimpi.
Wajah, tatapan, tawa, bahkan cara berjalannya memilih untuk tetap bersamamu. Yang kau simpan rapat-rapat dalam kotak sepatu bekas di sudut lemari. Berwujud lembaran demi lembaran surat yang sudah menemanimu setahun ini.
Semilir angin musim semi merangkulmu. Seolah merasa bersalah karena telah membawa duka di pengujungnya pada gadis rapuh sepertimu.
.
.
.
Hai, Readers-san! //sok akrab nih author
Maaf jika ceritanya benar-benar absurd dan OOC. Soalnya ini pertama kalinya Author membuat cerita Chara x Reader. Jadinya masih agak bingung untuk pemakaian PoV orang kedua. Hountou sumimasen _/\_
Cerita ini awalnya cuma drabble singkat yang Author gunakan untuk ikut lomba di grup. Tapi sayangnya kalah. Jadi, tolong maklumi jika dasarnya cerita ini kurang memuaskan kalian semua.
See you in next part!
Btw, ada yang mau ngasih saran chara siapa selanjutnya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top