Kiss Me After School [Haizaki x Reader]
[Haizaki Shougo x Reader]
DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI
Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.
Original stories in Kiss Me After School by Shiiba Nana
Warning! Typo, OOC, gaje, dan hal absurd lainnya banyak bertebaran di cerita ini!
.
.
.
Namanya (Your name). Sesosok gadis cupu yang bahkan sampai sekarang tak mengerti apa itu pacaran. Namun tetap saja. Ia tentu akan tersakiti jika perasaannya dijadikan mainan.
Seperti saat ini.
(Your name) yang baru saja datang ke sekolah terpaksa berhenti di depan pintu kelas. Suara percakapan yang terdengar dari dalam membuat langkahnya tertahan untuk mendengar lanjutan hal itu.
"Hei, bagaimana jika kita bertaruh untuk ujian kali ini? Siapa yang mendapatkan nilai terendah, harus jadian dengan (Your name)."
"Ha? Mengapa harus perempuan itu? Apakah tidak ada perempuan yang lebih baik dari dia?"
Sakit.
Itu yang dirasakan oleh (Your name) kala itu. Tentu saja. Perempuan mana yang tidak sakit hati pernyataan cinta pertamanya dijadikan taruhan sebuah permainan?
Namun (Your name) pun tak menampik. Jika hati kecilnya sempat berdoa. Semoga lelaki tampan yang akan kena hukuman.
Seminggu setelahnya...
"(Your name), jadilah pacarku!"
Bisikan pun terdengar di sekitar mereka. Sementara (Your name) hanya bisa meremat ujung roknya dengan gelisah. Mengapa akhir permainan itu seperti ini?
Di depannya, pemuda itu masih menunggu jawaban darinya. Tatapan tajam dari tubuh tegap itu membuat (Your name) berulang kali merutuki nasib sial yag menimpanya. Mengapa dari sekian orang yang ia prediksi terkena hukuman, malah pemuda bersurai abu itu yang mendapatkannya?
"Me-mengapa a-aku?" Terbata, (Your name) menanggapi hal itu.
"Aku hanya ingin mencari suasana baru. Itu saja."
(Your name) terdiam. Menyadari jika perasaannya benar-benar dijadikan sebuah permainan oleh para lelaki itu.
"Kau tak punya hak untuk menolak, (Your name). Mulai saat ini, kau adalah kekasihku."
Haizaki Shougo, pemuda itu, memutuskan secara sepihak bahkan tanpa mendengar jawaban (Your name). Salahkan (Your name) yang terlalu lama memberikan jawaban sehingga membuat lelaki itu lelah menunggu.
Dan lelaki itu berbalik. Meninggalkan (Your name) dengan bisikan yang semakin menggila di kelasnya.
"Waah ... Lihat si (Your name)-san. Dia jadian dengan Haizaki-kun! Lelaki tersangar di sekolah ini!"
"Lelaki tersangar dan perempuan tercupu. Astaga ... Itu pasangan yang aneh!"
"Kuyakin Haizaki-kun tidak akan betah. Lelaki playboy seperti dia tidak akan sanggup dengan perempuan semacam (Your name)!"
(Your name) semakin merundukkan pandangan. Mencoba menghalau setiap cibiran yang bertalu-talu di gendang telinganya. Sekaligus meyakinkan diri. Ini hanya ilusi!
*****
"(Your name)-san, apa kau mau ikut karaoke bersama kami? Anggap saja refreshing sehabis ujian."
Tentu saja kau menanggapi hal itu dengan semangat. Ujian yang bertubi-tubi membuatmu membutuhkan sedikit refreshing saat ini—
"Maaf. Tapi (Your name) harus pulang bersamaku hari ini."
—atau mungkin tidak.
Teman-teman yang mengajakmu tadi ketakutan dan segera berpamitan. Sementara kau mencoba menghalau suasana yang mendadak gelap di belakangmu.
"Ha-haizaki-kun ..." cicitmu ketakutan ketika memandangi sosok di belakangmu. Haizaki hanya terdiam. Namun tangannya segera menyeretmu meninggalkan kelas.
Sepanjang koridor sekolah, seluruh orang seolah memberikan ruang lebih kepada kalian yang berjalan beriringan. Namun mereka tidak salah. Kau sendiri pun kalau bisa hendak menghindari pacarmu itu. Dan sayangnya tidak bisa.
Tak banyak percakapan yang kalian lakukan selama berjalan berdua. Walau sesekali kau mencoba bertanya pada Haizaki tentang ulangannya. Yang oleh lelaki itu hanya dijawab singkat. Membuatmu memilih mengunci mulut daripada merusak suasana.
Di dalam bis yang mengantar kalian pun sama saja. Hanya gumaman tak jelas dari penumpang lain yang menghidupkan suasana. Kau yang berdiri berhadapan dengan Haizaki hanya menunduk. Mencoba lepas dari tatapan Haizaki yang memang terkesan mengintimidasi dirimu.
Sampai ...
Ckiitt.
Bugh.
Seorang penumpang lain tak sengaja menabrak dirimu yang memang bertubuh kecil. Membuatmu oleng dan kehilangan keseimbangan.
Di saat itulah kau melihat sisi lain dari seorang Haizaki. Tangan kekarnya segera melingkar di pinggangmu, lalu membawanya merapat di tubuh kekarnya. Dari bawah, kau bisa melihat betapa menyeramkannya pandangan Haizaki yang terarah pada satu titik.
"Hei! Apa hakmu menabrak pacarku? Sekali lagi aku melihatmu melakukannya, kupastikan kau hanya tinggal nama, Berengsek!"
Menyeramkan. Tentu saja semua orang yang mendengar hal itu akan bergidik dengan sendirinya. Bahkan sasaran kalimat itu segera berpindah tempat. Tak ingin berkomentar atas ancaman itu.
Haizaki melirik ke arahmu. Mungkin ia bisa merasakan tubuhmu yang bergetar akibat seluruh kejadian singkat tersebut. Dan di saat itu juga, kau dapat merasakan rengkuhannya yang semakin kuat pada pinggangmu.
*****
Ternyata, sudah sebulan (Your name) menjalin hubungan dengan Haizaki. Dan hal itu membuat berbagai desas-desus kembali menguar di sekitarnya.
(Your name) berusaha untuk tak peduli dengan hal itu. Pikirannya hanya teringat bagaimana jalannya hubungan mereka hingga detik ini. Bagi orang, hubungan mereka terlihat seperti neraka. Namun bagi (Your name), itu tak ia rasakan. Bahkan mereka sudah beberapa kali berciuman. Sepertinya, gadis itu mulai menyukai pemain Phantom Thief itu.
Kemarin, Haizaki dengan sigapnya membopong (Your name) yang pingsan ketika jam pelajaran olah raga. Ia juga dengan sabar menunggui gadis itu hingga siuman. Walau setelah itu, lelaki dengan tindik di telinganya itu bersikap seolah tak ada apa-apa. Seolah bukan ia yang melakukan semua itu.
Ia menggenggam erat bahu (Your name). Menjaga pergerakan gadis itu agar tidak limbung ketika mereka dalam perjalanan pulang. Ketika melewati bagian papan informasi, sebuah selebaran menarik perhatiannya untuk berhenti sebentar.
Bagi nama-nama di bawah ini, diharapakan untuk berkumpul di ruang perpustakaan pada hari Rabu minggu depan untuk melaksanakan ulangan perbaikan.
Mata (Your name) membola ketika mendapati nama Haizaki berada di urutan terakhir. Seketika ia teringat bahwa hubungan mereka disebabkan karena Haizaki kalah taruhan. Karena lelaki itu mendapatkan nilai terendah pada ujian tempo hari.
"Haizaki-kun!"
"Hm? Ada apa, (Your name)?" Haizaki memasang wajah bingung. Tentu saja karena ia mendengar (Your name) bersuara tegas untuk pertama kalinya.
"Pokoknya kau harus belajar! Lihat! Namamu ada di daftar siswa perbaikan!" (Your name) menunjuk selebaran itu tepat pada kata "Haizaki Shougo".
Surai abu itu mengangguk enggan. Membuat seorang (Your name) semakin gemas karena tingkahnya. "Pokoknya kau harus lulus di ujian perbaikan itu!" putusnya.
Mendadak, Haizaki meng-kabedon gadis itu. memojokkannya pada dinding di samping papan informasi. "Kau mau aku lulus kan? Kalau begitu, bila aku lulus, kau harus mengabulkan permintaanku," ujarnya berbisik di telinga (Your name) dengan sensual.
"B-baiklah ..." jawab gadis itu takut-takut.
"Apapun permintaanku itu?"
Sekali lagi, (Your name) mengangguk patuh. Ia mendongak begitu tangan besar Haizaki menepuk pelan puncak kepalanya. Tepukan lembut itu beriringan dengan semringah pada wajah sangar itu. Setelah itu, ia pun segera mengantarkan gadis itu pulang.
*****
Malam hari sebelum ujian perbaikan, kau sempat mengirimi Haizaki pesan. Mencoba menyemangatinya dengan kata-kata motivasi yang kau tempeldi meja belajarmu.
"Iya iya. Aku akan belajar semampuku. Tapi kau juga harus ingat akan janjimu itu, (Your name)."
Membaca pesan itu, sontak kau meneguk ludah. Mengingat kembali kejadian ketika Haizaki meminta janjimu padanya.
"Kau mau aku lulus kan? Kalau begitu, bila aku lulus, kau harus mengabulkan permintaanku."
"Apapun permintaanku itu?"
Dan kau segera berteriak histeris ketika adegan kau menyanggupi hal itu membayang di benak. "Baka! Baka! Baka! Mengapa kau bisa menyanggupi hal itu, (Your name)??! Padahal bisa saja yang dia minta itu akan membahayakanmu!!" teriakmu merutuki kemalangan itu.
Kira-kira, apa yang akan dia minta kepadaku? Apa yang akan dia perbuat seandainya dia lulus ujian? Apa yang akan—
Akhirnya, kau pun membawa segudang resah itu untuk tidur bersamamu. Berharap bahwa itu akan segera menghilang keesokan harinya.
*****
Ternyata tidak. Nyatanya kau kurang tidur semalam. Matamu enggan terpejam di saat pikiranmu masih sibuk menerka apa yang akan Haizaki minta sebagai hadiah kelulusannya. Berbagai bayangan buruk melintas ketika mengingat bagaimana watak kekasihmu yang asli. Namun kau pun mencoba berbaik sangka mengingat Haizaki juga sudah sedikit berubah sekarang.
"(Your name)-san?" Seorang teman memanggilmu. Kau pun menoleh.
"Ada apa?"
"Apakah kau sakit? Kau terlihat kurang tidur. Sebaiknya kau beristirahat di UKS."
Kau menggeleng. Sebentar lagi ujian Haizaki akan dimulai. Jadi kau harus ke perpustakaan untuk memberikannya semangat.
Namun ketika kau bangun dari kursimu, teriakan temanmu pun menggema begitu melihat tubuhmu limbung dan segera ambruk.
*****
"(Your name)?"
Kau mengerjapkan mata perlahan begitu mendengar suara yang sudah familiar bagimu itu. Dan kau terkejut ketika mendapati Haizaki berada di sisi ranjang yang kau tempati di UKS.
"H-Haizaki-kun? Ta-tapi mengapa kau di sini? Ujian perbaikanmu sudah dimulai kan? Kau seharus—"
Ucapanmu yang panik terhenti begitu telunjuk Haizaki berdiri tegak di depan bibirmu. Ia juga membungkammu dengan sorot matanya yang tajam.
"Ssstt ... Tenanglah, (Your name). Ujiannya memang sudah dimulai. Namun aku tidak akan bisa berkonsentrasi jika keadaanmu pun seperti ini," ujarnya lembut.
"Ta-tapi ujian itu juga penting bagimu. Kau pergilah. Aku sudah merasa lebih baik. Aku hanya perlu beristirahat." Kau menyanggah ucapannya. Kemudian dengan sekuat tenaga kau mencoba untuk mendorong bahu lelaki itu.
"Pergi. Dan kerjakan ujianmu. Aku baik-baik saja di sini," lanjutmu bersungguh-sungguh.
Entah karena malas berdebat atau ia memang menurut, Haizaki mengangguk paham. Diusapnya surai milikmu sebelum akhirnya bangun dari tempatnya.
"Kau harus beristirahat, (Your name). Karena setelah ini, kau harus menyanggupi permintaanku." Haizaki menyeringai kecil di depan pintu masuk. Sebelum menghilang di baliknya.
Sementara kau kembali membaringkan diri. Mencoba melemaskan tubuhmu yang sempat menegang karena hal tadi. Terutama karena ucapan ambigu dari Haizaki.
*****
Keesokannya, sepulang sekolah Haizaki mengajakmu ke atap. Membuatmu berfirasat bahwa ia akan menagih janjimu. Sesampai kalian di atas, ia kemudian menyerahkan hasil ujian perbaikannya. Kau terbelalak begitu melihat angka nyaris sempurna menghiasi beberapa lembaran itu.
"Aku tak pernah mengatakan diriku bodoh kan? Jadi, jangan heran dengan nilai itu," ucapnya melihatmu yang menatap tak percaya kertas-kertas itu.
"(Your name), kau tidak lupa akan janjimu kan?" lanjutnya sesuai prediksimu di awal. Kau pun mengangguk.
"Hmm ... Kalau begitu ..."
Melihat Haizaki yang menggantung ucapannya tentu membuatmu heran. Apalagi lelaki itu terlihat kebingungan. Tak seperti biasanya.
"Aku meminta ciuman darimu ..."
Kau melongo mendengar hal itu. Apalagi gesture tubuh tegap itu yang sontak membelakangi dirimu.
"S-selama ini, bukankah aku yang selalu memulainya?" Haizaki menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mungkin merasa kurang percaya diri dengan permintaannya.
Tiba-tiba saja kau tersenyum, nyaris tertawa. Sekali lagi, Haizaki benar-benar menunjukkan sisi dirinya yang lain padamu. Hanya pada dirimu seorang.
Kau pun maju. Membawa dirimu ke hadapan Haizaki. Bisa kau lihat semburat kemerahan tersembunyi samar di wajahnya yang tak berani menatapmu itu. Dengan senyum, kau menangkup pipinya. Menurunkan bagian itu, lalu menempelkan bibir kalian dengan lembut.
Mata Haizaki melebar melihat tindakanmu yang di luar ekspetasinya itu. Namun hal itu tak berlangsung lama karena ia segera merengkuhmu kuat, sekaligus membalas apa yang kau lakukan padanya.
"Sekarang kau harus percaya. Aku menyukaimu karena bukan semata-mata kalah taruhan itu. Tapi karena aku memang benar merasakan hal itu sedari dulu. Sedari kita kelas satu," bisiknya.
Kau pun blushing parah. Tak menyangka jika ternyata Haizaki menyimpan rahasia sebesar itu.
"Ha-haizaki-kun ...?"
"Panggil aku Shougo, (Your name)." Setelah itu, ia kembali melanjutkan apa yang sempat ia berhentikan sementara.
*****
Omake.
Dua orang lelaki yang merupakan teman sekelas (Your name) dan Haizaki tampak di depan loker pria. Salah seorang dari mereka memasukkan kunci ke dalam loker di depannya tepat di saat lelaki yang satunya berusaha mencegah.
"Hei, i-itu loker Haiza—"
Terlambat. Loker sudah terbuka. Membuat beberapa isinya yang merupakan lembaran berhamburan jatuh ke lantai. Keduanya dengan panik segera membereskan hal tersebut. Namun terpaku begitu menyadari bahwa itu adalah hasil ulangan Haizaki ketika pertaruhan mereka.
"He-hei ... I-ini ...?!!"
Tentu saja mereka terkejut. Karena di lembar itu sama sekali tak ada jawaban yang terisi. Kosong. Nilai Haizaki pun nol besar. Membuat mereka menyadari sesuatu.
Haizaki memang berniat untuk kalah pada taruhan kala itu.
.
.
.
Yosh! Kembali lagi dengan Author absurd ini. XD
Entah mengapa, bagian Haizaki lebih banyak dari sebelumnya. Mungkin gegara Author yang terhanyut sama ceritanya kali ya? //ngomong sama tembok
Jadi, bagaimana menurut kalian? Maaf jika kesan Haizaki yang badass itu kurang di sini. Padahal drafts aslinya, harusnya terlihat lebih sangar. Gomen nasai.
Oke. Untuk selanjutnya, mungkin kita akan bertemu dengan si Panther Gosong //ditabok Aomine// maksudnya, Aomine-kun. Tapi masih mungkin ya. Siapa tahu nanti Author malah ngerjain yang lain dulu.
Hope you like it!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top