First Day [Akashi x Reader]

[Akashi Seijuurou x Reader]

DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI

Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.

Warning! Typo, OOC, gaje, dan hal absurd lainnya banyak bertebaran di cerita ini!

.

.

.

Rambut yang diikat ekor kuda itu bergoyang cepat menyeimbangi gerakan sang pemilik yang sudah berlari seperti orang gila. Gadis itu berlari, mencoba mencapai pintu gerbang Rakuzan yang sudah terlihat dekat.

"Kuso!" umpatnya begitu ternyata pintu gerbang sudah ditutup. Padahal ini adalah tahun ajaran baru. Dirinya sebagai kelas 2 setidaknya harus memberikan contoh yang baik kepada para kouhai barunya. Bukannya malah terlambat seperti ini.

"Tidak ada cara lain. Aku harus melakukannya."

Gadis itu lalu berlari memutar menuju belakang sekolah. Ditengoknya kiri kanan. Tak ada satupun makhluk hidup yang tampak kecuali dirinya. Setelah dirasa aman, perlahan namun pasti, ia mulai memanjat dinding belakang sekolah yang tidak terlalu tinggi.

Mungkin seorang perempuan yang menaiki dinding dengan rok sekolah di atas lutut benar-benar terbilang nekat. Namun bagi seorang (Your name), hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dipusingkan. Persetan dengan jati dirinya yang seorang perempuan. Persetan juga dengan statusnya sebagai siswi di SMA bergengsi seperti Rakuzan ini.

(Your name) sudah ada di atas dinding ketika ia tidak menyadari ada seorang lelaki yang menatapnya dengan seringai di balik pohon tak jauh dari lokasinya. Dengan berani, (Your name) langsung saja menjatuhkan dirinya ke atas tanah. Untung kakinya mampu menopang tubuhnya dengan baik.

(Your name) kemudian berjalan sembari membersihkan seragamnya yang sedikit lecet tepat ketika sebuah suara menggema di belakangnya.

"Seorang perempuan telat lalu memanjat dinding belakang sekolah. Sungguh tak tahu malu."

(Your name) sontak membalikkan badan. Dalam tatapannya hanya ada seorang lelaki menggunakan kemeja abu gelap yang berdiri dengan sedikit sombong. Angin lalu seolah tengah menyisir surai deep crimson-nya yang berwarna sama dengan gunting yang ia mainkan menggunakan tangan kanan. Sebuah senyum samar terlihat di bibirnya.

"Ketahuilah tempatmu, (Your name). Kau seorang Rakuzan. Dan seorang siswi Rakuzan seharusnya tidak melakukan tindakan memalukan seperti tadi."

Tch! Mengapa aku harus bertemu dengan Akashit ini? Batin (Your name) begitu melihat mata heterocromia itu memandang rendah padanya. (Your name) tidak mau terlibat masalah. Badannya kemudian berbalik dengan cepat. Mencoba meninggalkan iblis merah berkedok ketua dewan sekolah Rakuzan itu.

"Kau tidak akan pergi kemana-mana. Karena kau akan ikut ke ruang konseling bersamaku untuk mendapatkan hukuman," ucap Akashi yang tahu-tahu sudah berada di depan (Your name).

(Your name) memasang wajah memangnya-aku-peduli-dengan-hal-itu miliknya di depan Akashi. Membuat Raja Gunting itu menyeringai.

"Hee? Kau berani sekali menentangku, (Your name). Kau tidak tahu tengah berurusan dengan siapa di sini." Akashi memainkan guntingnya. Mencoba untuk menyadarkan (Your name) akan statusnya di sekolah ini.

Bola mata indah itu memutar dengan malas. Mood-nya yang sudah memburuk akibat keterlambatannya, kini diperparah oleh kehadiran mantan kapten Kiseki no Sedai itu. Membuat (Your name) sedikit meremehkan Akashi.

"Tentu saja aku tahu dengan siapa aku berurusan. Di depanku ini berdiri seorang Akashi Seijuurou, seorang jenius pewaris Akashi Corporation. Kapten dari Kiseki no Sedai sekaligus Rakuzan. Iblis bergunting sombong yang pen—"

Belum lagi ia menyelesaikan sumpah serapahnya, kini ia malah terpojok di dinding. Sadar kalau dirinya tengah di-kabedon, (Your name) malah semakin melonjak.

"—dek."

Tepat begitu (Your name) menyelesaikan kalimatnya, sebuah gunting tertancap tepat di dinding sebelah kanannya. Dapat ia rasakan, beberapa jumput rambutnya terlepas akibat serangan itu.

"Kau memang gadis yang menarik rupanya. Tapi, sadarilah tempatmu! Dan ketahuilah kalau aku mutlak!"

Kembali, seulas senyum tipis mengambang pada wajah Akashi. Lalu, tangannya yang bebas membelai kulit wajah (Your name) dengan gerakan sensual. Setelah itu ia pergi begitu saja meninggalkan korbannya itu.

(Your name) yang mengira akan mendapatkan hukuman hanya bisa cengo melihat tingkah si Iblis Gunting tersebut. Namun, senyuman tipis milik Akashi menyadarkan (Your name) bahwa sesuatu di balik dada kirinya berdetak tak karuan.

"Nande?" lirihnya.

*****

Jam istirahat berbunyi. Membuatmu segera mengajak salah seorang sahabatmu menuju kantin. Kebetulan juga saat itu kalian baru selesai mengikuti berbagai acara dalam rangka menyambut siswa-siswi adik kelas. Tentu tak ada alasan untuk tidak menyambangi kantin.

Sepanjang jalan, sahabatmu bercerita tentang pengalamannya selama liburan. Tentang betapa serunya kejadian di desa neneknya yang berada di pedalaman. Kau yang hanya menjadi pendengar berusaha menghormati. Sesekali tersenyum ceria guna menanggapi cerita itu.

Sayangnya kau terlalu fokus. Hingga tak menyadari bahwa kau menabrak seseorang di kerumunan yang ramai itu.

"Kau?!" ujarmu tertahan begitu melihat siapa yang kau tabrak.

Iris beda warna itu hanya menatap dingin. Tak peduli dengan raut wajahmu yang terkejut. Tatapannya teralihkan menuju baju seragamnya yang sudah menjadi lebih tua. Rupanya tabrakan denganmu menumpahkan minuman yang ia bawa.

"Sepertinya kau senang sekali mencari gara-gara, (Your name)," ujarnya datar. Ia pun mengeluarkan sebuah sapu tangan. Lalu menyodorkannya padamu.

"Bersihkan." Titahnya yang tanpa perasaan itu menarik perhatian di sekitar kalian.

"A-apa?!" Kau terkaget. Terlebih ketika melihat tatapan yang semakin menghunusmu itu.

"Lakukan sekarang juga. Atau kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih memalukan daripada ini," ujarnya sungguh-sungguh.

Kau menelan ludah. Tentu kau tidak ingin melakukan hal yang membuatmu harus kembali berdekatan dengan Akashi. Namun sayangnya, ancaman lelaki itu juga tidak pernah main-main.

Dengan gerakan slow motion, kau mengambil benda sewarna salju itu. Maju selangkah, lalu dengan tangan yang gemetar mulai menyentuh seragam Akashi yang basah. Berusaha menyerap cairan di sana sebanyak-banyaknya.

Sial! Mengapa aku harus bernasib seperti ini di awal masuk sekolah?! Akashi Seijuurou, kau benar-benar menyebalkan!! Batinmu meraung di bawah wajahmu yang menunduk. Menyembunyikan raut kemerahan yang mulai menguasai ketika mendengar bisik-bisik yang menjalar dari berbagai sisi.

Keadaanmu yang merasa malu sama sekali tak berpengaruh pada Akashi. Malah ia benar-benar menikmati semua ini. Iris dwiwarnanya menatapmu dalam. Mencoba menelisik wajahmu yang tertutup oleh helaian rambutmu.

"S-sudah," cicitmu seraya menjauh dari jangkauan Akashi. Kau menatap sapu tangan yang berwarna kecoklatan di genggaman. Merasa bingung bagaimana cara mengembalikan benda itu pada tuannya.

"Berikan padaku besok. Sepulang sekolah, di halaman belakang."

Usai berkata demikian, pewaris perusahaan Akashi Corporation itu melenggang begitu saja melewati kalian berdua. Tak ada sedikit pun gurat penyesalan yang nampak pada garis wajahnya. Padahal, nyaris seluruh kantin memerhatikan interaksi kalian berdua.

Kau membalikkan badan. Di saat yang bersamaan, surai sewarna darah itu menoleh. Membuatmu menyadari bahwa yang empunya menyunggingkan sebuah smirk kecil. Membanggakan diri atas usahanya mempermalukanmu di depan umum.

Kuso! Kau benar-benar jelmaan iblis! Sekali lagi, kau hanya bisa menyumpahi lelaki itu di dalam angan. Kau masih sayang nyawa jika ingin meneriakkannya sekuat tenaga.

Akibatnya, nafsu makanmu hilang seketika. Sahabatmu yang sedari tadi hanya menonton, prihatin melihat kondisimu yang masih menguapkan amarah. Ia segera mengajakmu pergi meninggalkan kantin. Walau untuk itu, kalian berdua harus menahan lapar sepanjang di sekolah.

*****

Sesuai kesepakatan yang sudah mereka buat, (Your name) pun menunggu di halaman belakang usai sekolah dibubarkan hari ini. Ia menatap sapu tangan yang terlipat rapi. Memikirkan betapa jauh warna benda itu dengan orang yang akan ia temui

Suara langkah kaki membuyarkan lamunan gadis itu. Membuatnya menoleh, dan mendapati yang ditunggu akhirnya tiba juga. Tanpa basa-basi, (Your name) segera memberikan benda itu pada Akashi.

"Ini. Aku sudah membersihkannya. Dan ingat. ini adalah kali pertama dan terakhirnya akau melakukan ini padamu!" ketus (Your name) setelah benda itu berpindah posisi.

Akashi hanya tersenyum simpul. Ia akan memasukkan sapu tangannya kala melihat (Your name) yang berjalan melewatinya.

"Tak ingin berbincang dulu?" ujarnya dengan nada ramah yang bagi (Your name) dibuat-buat.

"Maaf saja. Sayangnya aku tidak bisa memberimu waktu untuk itu." (Your name) menoleh sebentar. Memberikan tatapan tidak suka andalannya pada sang ketua dewan sekolah.

"Seperti biasa. Kau benar-benar pembangkang," timpal Akashi.

"Kau mengatakan hal itu hanya karena interaksi tak sengaja kita selama dua hari ini? Sungguh mencengangkan, Tuan Akashi," ejek (Your name). Tanpa sadar ia menuruti permintaan lelaki itu.

"Selama dua hari katamu? Padahal kau sudah seperti ini dari kelas satu, (Your name)." Akashi menuju sebuah tembok di dekatnya. Lalu memposisikan diri menyandar pada tempat itu.

"Oh ya? Darimana kau tahu tentang itu?"

"Tentu saja aku tahu. Kekuasanku sebagai ketua dewan sudah cukup untuk memantau gadis tomboy sepertimu."

"Oh iya. Aku lupa jika kau itu selalu benar, bukan? Jadi, sampai di sini pembicaraan kita. Permisi."

Namun selanjutnya tak sesuai ekspetasi. Karena dengan sigap Akashi menarik lengan (Your name), menubrukkan serta mengunci gadis itu pada tembok, lalu tanpa permisi langsung mengambil first kiss seorang (Your name).

Tentu saja (Your name) tak tinggal diam. Lumatan lembut yang ia rasakan membuat adrenalinnya meningkat. Berefek pada kakinya yang mengarah pada tungkai Akashi. Namun sayangnya lelaki itu mampu berkelit.

"Kau benar-benar berengsek, Akashi!!" teriak (Your name) seraya mengusap bibir. Yang walau bagaimanapun kerasnya ia melakukan hal itu, perbuatan Akashi semenit terakhir masih terasa jelas.

Tak ada tanggapan dari lelaki itu membuat (Your name) mendecih keras. Segera ia berlari meninggalkan halaman belakang. Meninggalkan Akashi yang masih memasang wajah tenang.

"Ini belum seberapa, (Your name)," ujarnya pelan.

Kini, tempat itu diisi oleh iblis berkedok lelakirupawan. Yang menyunggingkan seringai lebar membayangkan realisasi rencanaselanjutnya yang akan datang.

.

.

.

Hai semuanya! Ketemu lagi sama Author yang absurd ini :V

Bagi yang sudah baca Flashback, mungkin akan familiar dengan adegan pembukanya. Well, Author memang mengambil dari sana. Hanya saja, di-remake dan ditambahkan adegan selanjutnya.

Entah mengapa chara ini yang lebih dahulu jadi. Padahal Author tidak suka sama si Akashi ini. Anggap saja itu karena drafts yang sudah ada memang nyocok untuk dia. :D

Next, we'll meet with Haizaki (maybe).

Hope you like it! :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top