A Sunset [Midorima x Reader]
[Midorima Shintarou x Reader]
DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI
Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.
Warning! Typo, OOC, gaje, dan hal absurd lainnya banyak bertebaran di cerita ini!
.
.
.
"Ayolah, Shin-chan ... hanya sekali ini saja aku meminta pertolonganmu," rengek seorang pemuda bersurai raven bernama Takao Kazunari itu pada sosok tinggi di sampingnya.
"Aku tidak bisa, nanodayo," balas sesosok tinggi yang bernama Midorima Shintarou itu.
"Kumohon, Shin-chan. Dia akan datang hari ini, sementara aku sendiri akan menjalani ujian perbaikan. Ini pertama kalinya dia ke sini. Dan ibuku sudah memintaku untuk menjemputnya di stasiun." Kali ini Takao benar-benar memelas dalam mengucapkannya.
"Itu resiko karena kau tidak pernah belajar, nanodayo," timpal Midorima.
"Jangan mengalihkan pembicaraan kita," ujar Takao memendam kesal. Keduanya terdiam, sampai akhirnya Midorima pun mengembuskan napasnya.
"Baiklah. Ini pertama dan terakhirnya aku menolongmu, nanodayo," jawab Midorima. Tangannya bergerak menaikkan kacamatanya yang sama sekali tidak bermasalah.
"Arigatou, Shin-chan!" teriak Takao saking semangatnya, ia nyaris menghantamkan dirinya ke arah Midorima.
"Jangan memelukku, Bakao!" Midorima mendelik seraya mendorong muka Takao yang akan menuju badannya.
Midorima mengembuskan napas ketika mengingat percakapan absurd sepulang sekolah itu. Dan karena percakapan itu juga, ia harus berada di stasiun terdekat di kota ini. Ia rencananya akan menjemput seseorang yang diklaim oleh Takao sebagai saudara sepupunya.
Nyaris selama satu jam ia menunggu di sana. Sesekali ia memainkan boneka kodok yang berada di tangan kirinya. Sekaligus dalam hati merutuki kebodohannya yang tidak menanyakan ciri-ciri orang yang akan dijemput, atau kelupaan sang sahabat untuk memberitahunya.
"Megane berambut hijau dan membawa benda aneh di tangannya. Kau pasti Midorima Shintarou-kun, bukan?"
Suara tegas itu membuat Midorima menoleh. Ia dapati sesosok perempuan dengan surai tergerai yang menatapnya dengan tajam. Juga terdapat sebuah koper selain tas punggung yang dibawa olehnya.
"Kau siapa, nanodayo?" tanya Midorima memberikan tatapan yang sama tajamnya.
"Ah, logat aneh. Sudah pasti aku benar," ujar perempuan itu.
Midorima sekali lagi melirik perempuan yang menurutnya tidak sopan itu. Penampilannya cukup tomboy dengan celana training sewarna jelaga dan jaket sporty yang terbuka. Menampilkan kaos oblong yang biasa dipakai ketika berada di pantai. Juga topi pet yang menutupi belahan poninya. Jangan bilang kalau perempuan aneh ini ...
"Aku (Surname) (Yourname), kakak sepupu Takao Kazunari-kun. Yoroshiku." Perempuan itu menunduk sedikit. Ah, setidaknya ia masih tahu tata karma.
"Aku Midorima Shintarou. Temannya Takao, nanodayo," balas Midorima. Ia kemudian mengajak gadis itu meninggalkan stasiun.
"Kazu-kun sudah memberitahuku tentang dirimu. Ia bilang, "(Yourname)-nee, nanti kalau ada lelaki berkacamata, penampilan seperti wortel, juga membawa benda aneh yang sama anehnya seperti logatnya, ikuti saja ia. Ia temanku". Jadi, aku bisa mengenalimu dengan mudah," cerita (Yourname) secara blak-blakan. Tak peduli bahwa Midorima di sampingnya sudah mengepalkan tangan. Awas saja kau nanti, Bakahou! Batinnya menahan amarah.
"Oh ya, kita akan menggunakan apa ke rumah Kazu-kun?"
Pertanyaan itu seketika membuat Midorima membeku. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan hal seperti itu? Ayolah. Ia datang ke stasiun menggunakan sepeda yang biasa ia gunakan bersama gerobak dorong itu. Dan kendaraan itu tak akan berguna mengingat banyaknya barang bawaan (Yourname).
"A-aku membawa sepeda, nanodayo," gumam Midorima, sedikit gugup.
"Sepeda?" tanya (Yourname) tak percaya. Midorima pun mengangguk pasrah.
"Yosha!! Mengapa kau tidak bilang dari tadi, Midorima-kun? Sudah lama aku tidak menaiki sepeda!" teriak (Yourname) sedikit kencang. Ia pun langsung menarik Midorima yang terbelalak melihat reaksi di luar ekspetasinya itu.
Ketika mereka sampai di parkiran, tanpa bilang apapun (Yourname) langsung memberikan kopernya kepada Midorima begitu lelaki itu menunjukkan sepeda yang ia bawa. Sementara Midorima yang masih perlu mencerna semua itu, (Yourname) sudah melesat dengan sepeda yang ia kayuh sekencangnya.
*****
"Yuhuu!" Teriakmu seraya melepaskan kedua tangan, lalu merentangkannya di tengah tubuhmu yang mengendarai sepeda. Walau kau sudah lama tidak menaiki benda itu, jelas sekali otakmu masih profesional untuk mengendalikannya dengan luwes.
Kau terus saja mengendarai sepeda itu dengan semangat. Hingga ...
"Astaga! Aku meninggalkan Midorima-kun sendirian!" teriakmu seraya menepuk dahi yang tertutup topi itu.
Kau akan berbalik begitu menyadari pemandangan di sekitarmu. Berbagai jenis bangunan, toko, juga orang yang sama sekali asing bagimu. Satu masalah bertambah. Kau baru di kota itu dan sama sekali buta arah.
"Yappari ... bagaimana ini?" rutukmu kesal. Kau akan merogoh saku untuk mengambil ponsel kala teringat kalau benda itu berada di dalam koper yang dibawa oleh Midorima. Ah, kesialanmu menjadi tiga kali lipat.
Akhirnya, kau memutuskan untuk memutar, mencoba untuk menyusuri jalan yang sudah kau lalui. Namun, begitu di persimpangan, kau bingung mau memilih jalan yang mana. Salahkan otakmu yang kadang menjadi pelupa.
Pasti Midorima-kun kesal karena tingkahku ini. Astaga ... aku sudah merepotkannya! Padahal Kazu-kun bercerita kalau ia amat susah untuk membujuk Midorima agar mau menjemputku. Batinmu sesal. Kakimu terus saja mengayuh sepeda secara perlahan, seraya melihat keadaan sekitar. Berharap dapat menemukan Midorima atau petunjuk yang lainnya.
*****
Sudah nyaris selama lima belas menit Midorima berjalan kesana kemari seraya menggeret koper milik (Yourname). Untung saja koper milik gadis itu berwarna hitam polos. Tak dapat Midorima bayangkan apa yang akan orang pikirkan jika seandainya koper itu berbau sesuatu yang girly.
Dan selama itu pula Midorima memendam amarahnya yang sudah begitu menumpuk. Ia akan meminta Takao untuk menelepon gadis itu begitu mendengar sesuatu yang berbunyi dengan nyaring dari dalam koper yang ia geret.
"Moshi-moshi, nanodayo," ujar Midorima begitu melihat nama depan Takao terpampang di ponsel (Yourname).
"Are? Shin-chan? Mengapa kau yang mengangkat teleponnya? Di mana (Yourname)-nee?" jawab Takao di seberang sana.
"Sepupumu itu gila, nanodayo."
"Eh? Apa maksudmu?"
Midorima pun menceritakan semuanya dengan lengkap. Bagaimana cara mereka bertemu hingga mereka yang sekarang kehilangan posisi satu sama lain. Tak lupa juga Midorima memberikan ancaman kepada Takao yang mati-matian menahan tawa akibat mendengar ceritanya.
"Ahaha ... (Yourname)-nee memang seperti itu, Shin-chan. Ia terkadang hiperaktif dan seenaknya sendiri. Walau demikian, ia baik kok," ucap Takao menanggapi cerita sekaligus keluhan Midorima.
"Aku tidak pernah menanyakan hal itu, nanodayo. Bukannya aku peduli kepada (Surname) atau apa. Tapi ini sudah menjelang malam dan aku belum menemukan gadis yang merepotkan itu, nanodayo," timpal Midorima.
"Dasar Tsundere!"
"Aku bukan tsun—"
Ucapan Midorima terputus begitu mendapati sesosok perempuan yang menuntun sepeda sedikit jauh di depannya. Menyadari itu adalah (Yourname), Midorima pun buru-buru menutup teleponnya.
Sepertinya (Yourname) menyadari keberadaannya juga. Terbukti dengan gadis itu yang melambaikan tangannya dengan heboh. Lantas menaiki sepeda dan segera mengayuhnya dengan kencang melewati jalan raya. Tepat di saat sebuah motor sedang melintas.
"Hei! Awas!" teriak pengendara motor itu pada (Yourname) yang mendadak terpaku di tengah jalan. Sontak gadis itu menutup mata dengan rapat.
Dan semuanya pun terjadi begitu cepat. Dapat (Yourname) rasakan sepeda yang ia naiki berputar begitu cepat. Namun setelah itu tidak terjadi apapun. Bahkan ia masih duduk dengan baik di atas sadelnya.
Perlahan, (Yourname) pun membuka mata dan kaget begitu menyadari bahwa sebuah tangan dengan lilitan perban berada di pinggangnya. "Eh?!" ujarnya tertahan begitu menyadari bahwa itu adalah tangan milik Midorima.
"Kau tak apa, nanodayo?" Suara baritone itu menginterupsi dari atas. Membuat (Yourname) mendongak dan mempertemukan matanya dengan iris zamrud itu. Gadis itu pun perlahan menggeleng.
Perlahan, Midorima melepas gadis itu, lalu beranjak menuju pengendara motor yang tak jauh dari mereka. Jelas sekali lelaki itu yang memintakan maaf untuk (Yourname) dengan alasan kalau ia adalah pendatang di daerah ini. Pengendara itu akhirnya mau mengerti dan segera berlalu dari sana. Midorima pun tersenyum kecil menanggapinya.
Entah perasaan (Yourname) saja atau apa, tapi wajah Midorima yang tersenyum itu terlihat menentramkan.
*****
Langit sudah begitu oranye ketika kami berjalan bersama. Sesekali aku mengganti tanganku yang menggeret koper. Sementara lelaki yang menuntun sepeda di sampingku sama sekali tidak peduli akan sekitarnya.
"Etto ... Midorima-kun?" panggilku ragu. Aku tak berharap ia mau menjawab. Tentu saja mengingat betapa aku yang merepotkannya di awal pertemuan kami ini.
"Ada apa, nanodayo?" jawabnya seraya melirik sebentar ke arahku. Ah, ternyata tidak seperti dugaanku sebelumnya.
"H-hontou sumimasen karena aku sudah merepotkanmu selama beberapa jam ini. Dan terima kasih karena kau sudah menjemput serta menolongku tadi," ujarku tulus. Ia segera menoleh ke arah lain. Apakah penglihatanku salah jika melihat wajah Midorima yang tiba-tiba sedikit memerah?
"A-aku sama sekali tidak berniat untuk menolongmu tadi. Hanya saja aku tidak mau mendengar ocehan Takao jika terjadi sesuatu padamu, nanodayo," ujarnya sedikit dingin. Aku tertawa kecil mendengarnya.
"Mengapa kau tertawa, (Surname)?" tanyanya, heran.
"Selain aneh, ternyata kau juga tsundere ya?" ucapku yang langsung menutup mulut begitu menyadari aura Midorima menggelap.
"Walau kau lebih tua dariku, ternyata kau sama saja dengan Takao. Sama-sama merepotkan dan menyebalkan, nanodayo," dengusnya. Ia pun mempercepat langkahnya dalam membawa sepeda miliknya.
"Hei! Tunggu aku!" Aku berteriak. Dan sialnya koperku malah terasa semakin berat di saat seperti ini. Bersusah payah, akhirnya aku mampu menyusul Midorima. Walau setelah itu aku harus mendengarkan gerutuannya yang menyebutku lambat.
Selang beberapa menit, kami pun sampai di rumah adik sepupuku itu. Kutanya ia, apakah ia mau masuk sebentar sekadar untuk bertemu dengan sahabatnya. Namun, ia malah menjawab, "sudah cukup hari ini aku mendengar suara Takao yang menyebalkan itu, nanodayo."
Midorima pun segera pamit, lantas segera mengayuh sepedanya dengan santai. Aku hanya bisa memandangi punggung tegap yang bermandikan cahaya matahari sore itu. Hingga aku menyadari ada sesuatu sewarna daun yang terkait di belakang koperku. Sebuah boneka kodok?
Sosok tinggi itu sudah lenyap kalaaku refleks melihatnya kembali. Seraya mengembuskan napas, aku pun tersenyummelihat boneka kodok yang begitu imut itu. Ah, sepertinya ini hanyalah senjapermulaan sebelum senja lainnya, ya?
.
.
.
Demi apa aku merasa chapter kali ini manis sekali >< Ciee ... Midorin dibikin kesal sama Reader :v
Midorima: Urusai, nanodayo! (timpuk Author pakai basket)
Author: ittai! (elus kepala) tunggu saja pembalasanku, Tsunderima!
//abaikan percakapan gaje di atas
Maafkan jika ada bagian yang kurang berkenan di hati para Readers >< . Selanjutnya, mungkin kita akan bertemu dengan my baby blue, Kuro-chan-- eh, maksudnya, Kuroko Tetsuya. XD
Hope you like it!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top