Truth Or Dare?

[Family! Nijimura Shuuzou X Yousuka Ainawa]

.

Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki dan Heaira Tetsuya.

Plot is mine.

And happy reading!

.

.

.

Selangit senja kala itu terkoyak ketenangannya di atas sebuah rumah. Di halaman belakang, dua orang lelaki berbeda zaman tengah saling adu pukulan dan tendangan. Sesekali suara teriakan yang mengumandangkan semangat terdengar dari sana.

"Aisozou, kau harus sedikit lebih cepat! Gerakanmu masih sedikit menyimpang," ucap Nijimura Shuuzou kepada remaja yang terus memasang jurus kepadanya.

"Tentu saja! Setelah ini aku akan mengalahkan Otou-san." Tendangan ia layangkan. Namun bisa dicegah oleh Shuuzou.

Remaja yang bernama lengkap Nijimura Aisozou itu menggeram kecil melihat sang ayah yang terlalu gesit baginya. Terlebih ketika ayahnya itu mengejeknya melalui sebuah seringai kecil.

"Otou-san, Ai-nii. Istirahatlah dulu!"

Sebuah teriakan menghentikan serangan antara mereka berdua. Segera keduanya tersenyum dan memutuskan untuk mengakhiri sesi latihan kali ini.

"Kalian terlalu lama berlatih hari ini. Sakit nanti malam, baru tahu rasa!" Gadis yang tadi berteriak itu memeletkan lidahnya. Mengolok Aisozou yang segera menyusul Shuuzou untuk mencuci muka di keran terdekat.

"Lama-lama kau mirip Okaa-san, Shuuna." Aisozou membalas ejekan gadis itu. Membuat gadis yang notabene adalah kembaran Aisozou itu segera mencebikkan bibirnya. Kesal.

Dan Shuuzou hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat sepasang anaknya itu. Siapa sangka jika Si Kembar Nijimura Aisozou dan Nijimura Shuuna itu mengingatkannya akan dirinya dan sang istri di masa dulu?

"Sudahlah. Lebih baik kita masuk. Ayo!" Shuuzou segera menggiring Aisozou dan Shuuna menuju dalam. Walau untuk itu, ia harus rela mendengarkan perdebatan tak penting dari keduanya.

"Sudah selesai latihannya? Baguslah." Seseorang datang dari dapur seraya membawa sebuah nampan yang berisi kudapan.

"Onigiri?! YEAAH!" Aisozou mengepalkan tangannya. Berteriak heboh kala mengetahui isi nampan itu adalah nasi kepal kesukaannya.

"Waah ... puding jeruk!" kini, giliran Shuuna yang menatap penuh binar pada makanan yang ada di depannya. Yang membawa, Nijimura Ainawa, hanya mengangguk kemudian mengajak semuanya menuju ruang tengah.

"Hei, aku mandi dulu." Shuuzou yang melewati ketiganya menepuk sebentar bahu Ainawa seraya berbisik kecil. Membuat Aisozou dan Shuuna terkikik kecil melihat ibu mereka yang perlahan memerah.

Mereka bertiga segera duduk di ruang tengah. Seraya memakan onigirinya, Aisozou pun bertanya antusias.

"Nee, Okaa-san. Bagaimana dengan rencana yang kemarin? Apa kita jadi melaksanakannya?"

"Itu benar, Okaa-san. Bukankah sekarang adalah ulang tahun Otou-san?" giliran Shuuna yang bertanya setelah menelan sesendok puding di depannya.

"Okaa-san kira, itu tak perlu. Tapi, jika kalian mau melakukannya, lakukan saja." Ainawa membuka ikatan rambutnya. Lalu merapikan dan mengikatnya kembali.

Sepertinya keduanya tahu jika Ainawa malu mengajak Shuuzou untuk bermain seperti itu. Itu permainan anak kecil dan salahkan sifat childish Ainawa yang muncul ketika megajak keduanya merencanakan hal itu.

"Melakukan apa?" tanya Shuuzou yang tiba-tiba berada di belakang Ainawa. Ketiganya kaget sebentar kemudian segera mengajak Shuuzou untuk bergabung.

"Otou-san, kita main Truth or Dare yuk!" ajak Shuuna. Ia terlihat begitu semangat ketika mengatakannya.

"Hm? Boleh saja. Tapi dengan dua syarat." Shuuzou terdiam sejenak. Lalu mengambil sebuah onigiri dan menghabiskannya sebentar.

"Pertama, semua harus ikut dan mendapatkan giliran." Mata elang itu melirik ke arah Ainawa yang memang duduk di sampingnya. Sadar akan lirikan itu membuat Ainawa menghela napas.

"Yang kedua, bukan Tertantang yang menentukan T atau D-nya. Melainkan Penantang. Bagaimana?" ucap Shuuzou.

"Itu berarti, jika Shuuna yang mendapatkan giliran, maka bukan dia yang menentukan apa yang ia ambil. Melainkan aku sebagai penantang. Sehingga, aku bebas mau memberikan Shuuna truth atau dare. Begitukah?" tanya Aisozou setelah berpikir sebentar. Dan Shuuzou menganggukinya.

"Itu tidak adil!" Ainawa dan Shuuna berteriak bersamaan. Entah mengapa mereka merasakan firasat buruk jika peraturan seperti itu yang mereka mainkan.

"Ett... ingat. Hari ini ulang tahun siapa?" Shuuzou nyaris tertawa melihat muka kedua perempuan itu serentak mengkeruh karena di skak mat telak oleh dirinya.

"Tapi itu seru lho. Yee ... Shuuna takut nih? Dasar!" ucap Aisozou seraya mencomot lagi sebuah onigiri. Ia tahu kalau Shuuna tidak suka dirinya merasa diremehkan.

"Siapa yang takut? Ya sudah. Ayo kita main!"

Ikan sudah terkail.

Semuanya serentak menatap Ainawa yang belum memberikan jawaban. Sadar kalau dirinya dituntut, akhirnya Ainawa mengangguk pasrah. "Aku ikut saja."

"Yosh! Baiklah. Kita mulai darimana?" tanya Shuuna.

"Dari yang di tengah. Searah jarum jam." Jawaban Shuuzou yang sekenanya membuat Ainawa sukses merinding. Itu berarti, dari dirinya.

"Dari Okaa-san bukan? Kalau gitu, aku pilih T!" reaksi Shuuna yang heboh itu ditanggapi gelengan oleh Aisozou. Dan Shuuzou menganggukinya.

"Etto ..." Shuuna terdiam sebentar. Mungkin memikirkan apa yang akan ia berikan. Sementara Ainawa hanya harap-harap cemas bahwa pertanyaan Shuuna tak akan membahayakan dirinya.

"Apakah aku boleh meminta seorang adik?"

Sontak Shuuzou dan Aisozou terbahak mendengar hal itu. Terlebih cara Shuuna yang menyampaikannya dengan wajah polos semakin membuat Ainawa memerah.

Pelan, Ainawa mengangguk samar. "Te-tentu saja, Shuuna," jawabnya gugup. Shuuna pun tersenyum manis mendengar itu.

"Kapan aku bisa mendapatkannya?" tanya kedua itu kembali membuat kedua lelaki itu terkikik geli. Mereka sudah menduga kalau permainan ini akan merugikan pihak tertentu.

"Shuuna, hanya boleh satu pertanyaan lho," jawab Aisozou. Shuuna hanya merenggut kesal sebelum akhirnya mengangguk. "Giliran Ai-nii."

Smirk kecil yang dilukis Aisozou membuat Ainawa yang di depannya merutuk kesal. Mengapa si Sulung benar-benar mewarisi seluruh gen ayahnya?!

"Aku juga Truth. Aku ingin Okaa-san jujur. Siapa cinta pertama Okaa-san?" tanya Aisozou.

Bukannya Ainawa, malah Shuuzou yang tersedak oleh ocha yang ia minum. Melihat itu, Ainawa merasa tak enak.

"Aisozou, bisa kau ganti pertanyaanmu itu?"

"Jawab saja, Ai." Shuuzou berkata seperti itu. Tapi mukanya menghadap lain. Membuat Ainawa benar-benar risih.

"Namae wa Kuroko Tetsuya-san. Tapi tenang saja. Itu hanya masa lalu," ucap Ainawa dengan cepat. Salahkan deathglare Shuuzou yang membuatnya seperti itu.

"Are? Bukannya itu ayahnya Tetsu-chan?" ucap Shuuna. Dan itu segera diangguki oleh Aisozou.

"Berhenti membahas hal itu. Giliran Otou-san," ucap Shuuzou dingin. Seketika itu juga semua terdiam. Terutama Aisozou yang merasa bersalah.

"Gomen nasai, Otou-san. A-aku hanya penasaran." Aisozou menunduk. Tak berani memandang Shuuzou yang masih tak bergeming dari posisinya.

Shuuzou melirik ketiga anggota keluarganya itu yang terdiam. Huft. Baiklah. Ia juga salah. "Itu tidak masalah, Aisozou. Toh yang penting sekarang sudah sangat jelas siapa menjadi yang terakhir." Senyum tulus Shuuzou membuat ketiganya menarik napas lega.

"Baiklah. Karena Okaa-san kalian sudah berani menjawabnya, maka aku memilih dare."

Ainawa langsung melotot mendengar hal itu. Bukankah sudah jelas jika Shuuzou yang menyuruhnya menjawab truth dari Aisozou? Ainawa mendecih begitu dirinya menyadari bahwa dia sudah dijebak oleh Shuuzou.

Gerakan lelaki itu yang mendekati dirinya segera diantisipasi oleh Ainawa. Matanya melotot kepada lelaki itu. Mengisyaratkan kalau masih ada penonton di bawah umur. Dan syukurlah lelaki itu hanya mampir di telinganya.

"Dareku, aku ingin 'hadiah'-ku nanti malam. Ingat. Dua kali lipat!" Bisikan itu membuat Ainawa blushing parah. Ia segera menatap Shuuzou yang memandangnya dengan wajah tanpa dosa.

"Nee, Otou-san memberikan dare apa pada Okaa-san?" tanya Shuuna –sekali lagi– dengan polosnya.

Hanya dengan melihat tingkah kedua orang tuanya, Aisozou sudah bisa menebak dare apa yang diberikan sehingga muka Okaa-san-nya langsung berubah warna. Ia pun segera mendekati Shuuna dan membisikinya.

"Mereka akan melaksanakan truth-mu kok. Ingat kau meminta apa tadi?" giliran Shuuna yang memerah mukanya karena itu. Namun memerah karena senang.

"Mengapa kalian tidak melakukannya saja sekarang? Lebih cepat lebih baik bukan?" ucap Shuuna dengan semangat tepat ketika Aisozou sudah menjauhi dirinya.

Aisozou langsung menghadap lain begitu tatapan tajam dari sepasang manusia di depannya. Tapi itu tak berlangsung lama. Karena reaksi itu, ia semakin yakin akan dare yang diberikan oleh Shuuzou pada Ainawa.

"Giliranku ya?" ucap Shuuna mengancungkan diri. Kemudian, Aisozou dengan semangat mengangkat tangannya.

"Truth untuk Shuuna. Siapa lelaki yang kau sukai?" Aisozou menyeringai jail pada adik kembarnya itu.

"Hee? Maksudnya?" Shuuna menelengkan kepala. Merasa aneh dengan pertanyaan itu.

Giliran Shuuzou dan Ainawa yang menahan tawa melihat usaha Aisozou untuk mengorek informasi pribadi Shuuna menemui kegagalan.

"Maksudku, di antara Ryuusei, Shuntarou-senpai, Hoshiro-senpai, Keita-senpai, Sagi, dan Shoya, kau pilih siapa?" tanya Aisozou. Ia yakin kalau Shuuna memiliki rasa di antara salah satunya.

"Mereka semua baik. Jadi, aku pilih semuanya." Shuuna meneguk ocha di depannya dengan pelan. Membiarkan kakaknya ditertawakan oleh kedua orang tuanya.

Muka Aisozou memerah sedikit karena malu. Namun, ia yakin kalau Shuuna tidak jujur. Terlebih ketika tanpa sengaja ia melirik Shuuna dan mendapati sebuah smirk kecil dari sana. Aku akan tahu itu nanti, Shuuna! Batin Aisozou dongkol.

"Giliran Otou-san. Truth juga. Apa yang kakakmu katakan padamu tadi, Shuuna?" tanya Shuuzou. Dirinya menatap dalam iris cokelat Shuuna. Memastikan gadis itu tidak akan berkelit dari pertanyaan.

"Ai-nii tadi bilang ke aku kalau kalian akan segera mewujudkan truth-ku pada Okaa-san tadi."

Ainawa –tanpa sadar– menepuk kepalanya pelan. Benar-benar copy paste sekali. Bahkan sampai ke-hentai-annya!

Sementara Aisozou cengengesan melihat seringai ayahnya. Ia sudah berdoa dalam hati agar balasan ayahnya tak mengerikan.

"Giliran Okaa-san. Dare." Ainawa segera membisiki Shuuna. Mata gadis itu melebar dan ia pun mengangguk senang. "Tentu saja Okaa-san. Aku akan menemani Okaa-san nanti malam ya."

Kedua lelaki saling pandang. Benar-benar penasaran dengan rahasia antara perempuan itu.

"Giliranmu Aisozou."

Aisozou menatap horor pada seringai ayahnya. Ia lupa kalau dirinya ikut juga dalam permainan mematikan ini.

"Dare dariku ..."

Aisozou menutup mata. Benar-benar mempersiapkan diri jika ternyata dare dari Shuuzou akan membunuhnya.

"... latihanmu minggu depan bertambah menjadi tiga kali lipat."

"APAA?!" Aisozou segera histeris mendengar vonis itu. Terlebih Shuuzou yang menganggukinya tanpa ragu.

"Itu karena kau mencoba menodai kepolosan adikmu," ujar Ainawa yang sepertinya setuju dengan hal itu. Dan itu membuat Aisozou semakin dongkol. Tapi ia tidak bisa protes karena ia tahu itu juga salahnya.

"Giliran Okaa-san," ucap Aisozou lemah. Berharap Ainawa akan iba padanya. Ia ingat jika ibunya itu benar-benar mementingkan—

"Dare dariku. Kau harus membantu Okaa-san di dapur besok. Seharian."

—balas dendam.

Namun Aisozou menerima dare itu dengan senang hati. Toh membantu Ainawa di dapur memang kadang ia lakukan. Karena dengan itu, ia bisa makan onigiri setelahnya.

"Dan yang terakhir, giliranku ya? Aku memilih Truth untuk Ai-nii!"

Aisozo menatap Shuuna. Berharap gadis polos itu tidak macam-macam.

"Nee, Nii-chan... Anggur merah atau anggur hijau?"

Aisozou cengo. Truth apa ini? Bukankah Shuuna sudah tahu hal itu?

"Hee?? Keduanya lah. Kau tahu kan aku suka anggur? Anggur apapun, okelah. Tapi lebih baik anggur hitam sih."

Shuuna menepuk jidatnya pelan kemudian tertawa terbahak-bahak. Menertawakan ketidakpekaan kakaknya pada bidang kiasan. Membuat ketiga orang di depannya menatap heran. Tidak biasanya si Shuuna OOC begini.

Namun, Aisozou segera tanggap. Berarti ada yang salah dengan pertanyaan yang tadi.

"Apa maksudmu?! Kuyakin itu ada maknanya kan?"

"Tentu saja. Yang kumaksud itu, Rei-chan atau Shin-chan? Atau Kei-chan juga?"

"UHUK—"

Shuuzou dan Ainawa serentak terbatuk begitu melihat wajah Aisozou yang segera menghadap lain. Ternyata ada yang sudah dewasa.

"Bukan ketiganya!" jawab Aisozou ketus. Tangannya segera meneguk isi gelas miliknya dengan cepat.

"Kalau bukan, mengapa Ai-nii menyimpan foto mereka di ponselmu?" tanya Shuuna membantah telak jawaban Aisozou tadi.

"Itu kan kau yang memotret mereka!"

"Tapi mengapa kau tidak langsung menghapusnya?"

"Shuuna ..." geram Aisozou. Melihat itu dengan segera kedua orang tua mereka menghentikan perdebatan itu. Bila sampai mengamuk, Aisozou akan lupa dengan siapa ia bertengkar. Jadi, baik Shuuzou maupun Ainawa tak berani mengambil resiko jika keduanya sudah berdebat.

"Sudah, sudah! Mengapa kalian seperti ini? Shuuna, ingat. Hanya satu pertanyaan. Dan kau Aisozou. Belajarlah mengendalikan amarahmu itu!" bentak Shuuzou. Keduanya yang dimaksud segera terdiam karena itu.

"Oh ya. Lebih baik kita lanjut. Sekarang giliran Otou-san," ucap Shuuzou setelah semuanya menjadi kondusif.

"Yeay! Giliran Otou-san yang terakhir!" teriak Shuuna dengan riang. Dan Shuuzou hanya tersenyum kecil mendengarnya.

"Hei, kau duluan. Truth or dare?" tanya Shuuzou begitu menyadari Ainawa yang melamun. Tak siap, Ainawa pun segera terkaget dan ...

"Dare dariku. Kau harus bermain dengan lembut nanti malam!"

... akibatnya fatal. Mengapa dirinya terlalu jujur jika melamun?!

Ainawa segera menelungkupkan wajahnya ke atas meja begitu menyadari ketiga tatapan yang timbul dari ucapannya itu. Shuuna yang menatapnya dengan senang. Aisozou yang menatapnya dengan jail. Dan tatapan liar dari Shuuzou yang membuatnya ingin segera menghilang saat itu juga.

"As your wish, Ai ..." bisik Shuuzou yang menunduk. Menyejajarkan bibirnya dengan telinga Ainawa yang terkulai di atas meja.

"Urusai, Aho!" bentak Ainawa dengan muka yang sudah memerah. Dan si Kembar hanya tergelak melihat tingkah kedua orang tua mereka.

"Otou-san! Giliranku ..." panggil Shuuna begitu menyadari bahwa Shuuzou terlalu asyik mengisengi Ainawa yang terus menerus membalasnya.

"Astaga ... gomen nasai, Shuuna. Ayo. Kau pilih yang mana?" jawab Shuuzou begitu menyadari bahwa Shuuna sedikit mengambek.

"Dare dari Shuuna. Otou-san harus membatalkan atau setidaknya meringankan dare yang Otou-san berikan pada Ai-nii," ucap Shuuna mantap.

Alis Shuuzou bertaut. Kemudian menyadari bahwa anak kembar memang begitu. "Baiklah, baiklah. Otou-san hanya akan memberikan latihan dua kali lipat pada kembaranmu ini."

"Daisuki dayo, Shuuna!" Refleks Aisozou memeluk Shuuna erat saking bahagianya. Semula ia akan menggunakan bagiannya untuk meringankan dare tersebut. Namun siapa sangka jika ternyata Shuuna lebih dahulu tanggap? Dan porsi dua kali lipat itu, ia memang sudah memulainya akhir-akhir ini. Jadi, ia akan terbiasa.

Shuuna hanya mengangguk kecil dan segera meminta Aisozou untuk melepaskan dirinya. Jujur saja. Dipeluk penuh tenaga seperti itu membuat dadanya sedikit sesak.

"Dan bagianku yang terakhir ..."

Shuuzou menatap Aisozou dengan tajam. Mencoba memberi peringatan jika sampai ia berani macam-macam. Dan Aisozou pun membalas tatapan ayahnya dengan senang hati.

"Aku memilih dare. Dan itu ... Otou-san harus memberikan izin padaku dan Shuuna untuk menginap di rumah Shoya malam ini. Kebetulan kami ada tugas membuat mading dan dia adalah kelompok kami. Jadi, kami bisa bergadang untuk mengerjakannya bersama-sama. Ya kan, Shuuna?" Aisozou menatap Shuuna. Memberikan isyarat agar mengiyakannya.

Shuuna pun mengangguk. "Boleh ya, Otou-san, Okaa-san? Kebetulan aku juga sudah kangen dengan Shiiya-basan. Jadi, aku ingin menemuinya."

Ainawa langsung mengangguk. Menyetujui hal itu. Toh ia sudah mengenal baik keluarga yang dimaksud. Secara istrinya adalah sepupu Ainawa. Demikian juga kepala keluarga tersebut yang notabene adalah partner war Shuuzou semasa SMP.

"Nee ... Kita sudah selesai bermain kan? Aku ingin segera mandi. Badanku sudah lengket semua nih." Aisozou meregangkan badannya. Membuat Shuuna memasang tampang eneg.

"Siapa suruh tidak mau mandi lebih dulu? Dasar pemalas!" cibir Shuuna. Dan itu tak ditanggapi oleh Aisozou. Remaja itu bangkit dan segera mendekati ayahnya.

"Tak akan ada yang mengganggu~" bisik Aisozou. Shuuzou terdiam sebentar sebelum akhirnya menyadari jika ternyata kefrontalannya menurun pada Aisozou.

"Hahaha ... Sankyu, Aisozou!" teriak Shuuzou pada Aisozou yang sudah menjauh.

Ainawa yang baru saja meminta Shuuna untuk membereskan meja menatap heran pada lelaki di depannya. Untuk apa coba berterima kasih pada Aisozou? Padahal dare yang diberikan oleh Aisozou hanyalah sebuah permohonan iz—

Mata Ainawa melebar sempurna ketika menyadari bahwa dare tersebut ternyata ambigu. Bila si Kembar tak ada di rumah, berarti nanti malam ia dan Shuuzou ...

Shuuzou terkekeh kecil begitu melihat Ainawa yang tiba-tiba menutup mukanya. Mungkin sadar akan hasil dari permainan ini. Dan Shuuzou pun tak melewatkan kesempatan untuk mengorek sesuatu dari Ainawa.

"Hei, tadi kau memberikan dare apa kepada Shuuna?" tanyanya pelan.

"Aku hanya meminta Shuuna menemaniku membeli beberapa pakaian dan underwear nanti malam. Sekaligus mengajaknya mencari permen kapas. Tapi ternyata mereka akan pergi," lirih Ainawa masih dengan menutup mukanya.

"Mau kau gunakan untuk nanti malam, hm?" bisik Shuuzou dengan nada yang seduktif lagi. Dan itu mengembalikan fokus serta kesadaran Ainawa.

Ia memandang Shuuzou yang tersenyum licik kepadanya. Lagi, ia pun menutupi mukanya yang sudah memerah. Kenapa akhir-akhir ini ia selalu sial?!

"Nee, Otou-san, Okaa-san! Jangan lupa laksanakan truth dan dare-nya nanti!"

"AISOZOU!!" teriak Ainawa menyaingi teriakan putranya yang diiringi suara air itu. Dan lagi, suara cekikikan Aisozou ditambah Shuuna semakin membuat Ainawa nelangsa.

Evil smirk yang Shuuzou berikan padanya hanya ditanggapi oleh helaan napas Ainawa. Mau bagaimana lagi jika sudah telanjur begini?


.

.

.

.

OK... Nih chapter memang absurd parah. Jadi, dilarang tertawa!

Argh .... Rencana gak bakal ngepost, malah kena dare yang mewajibkan post. Jangan tanya siapa pelakunya. Intinya dia orang gila. *lirik Author sebelah.

@Karaniya_Alaire , Your Dare is Done! Sorry if this is'nt romance. But comedy.

*narik napas* *embuskan* Author cuma pengen ngucapin ....

Otanjoubi Omedettou buat yang merasa :v

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top