The New Things About You
The New Things About You
[Oda Naosu x Tokugawa Suzuka]
.
Disclaimer: Cybird, Heaira Tetsuya, and Asakura Haruka
Plot is mine.
And happy reading!
.
.
.
"Baiklah. Kita cukupkan sampai di sini," ujar Kirio seraya melemparkan dua buah handuk kecil kepada sepasang remaja di depannya yang langsung ditangkap oleh mereka. Gadis bersurai pirang dan lelaki bersurai kelam itu pun menuju ke arah dirinya.
"Kalau begitu, aku harus kembali lebih dulu. Karena ada tugas yang belum kukerjakan," ujar Naosu. Kirio pun mengangguk miris. Sementara Suzuka menghela napas.
"Jangan memforsir dirimu, Naosu. Jika kau terus seperti ini selama beberapa hari, kau bisa jatuh sakit lho," ucap Kirio menasihati pemuda itu.
"Percuma kau berkata seperti itu, Kirio-san. Naosu terlalu keras kepala untuk mempedulikan dirinya sendiri." Suzuka segera menoleh ke arah lain begitu Naosu menatapnya tajam.
"Aku sudah terbiasa dengan hal semacam ini sedari kecil. Aku juga tahu kapan aku harus bekerja dan beristirahat," balas Naosu. Setelah itu, ia pun langsung berlalu dengan cepat.
"Oh ya, Suzuka ... apa kau tahu suatu hal?" tanya Kirio tiba-tiba setelah Naosu pergi.
"Eh? Apa itu?"
"Apa kau tahu bahwa Naosu akan dinobatkan menjadi pewaris Klan Oda dua tahun lagi?"
"Darimana kau tahu tentang hal itu?"
"Kudengar sekilas dari pembicaraan para Tetua ketika Naosu bertugas di perbatasan. Mereka bilang, upacaranya kemungkinan akan dilaksanakan bertepatan dengan ulang tahun Naosu yang kesembilan belas."
Suzuka seketika terdiam. Sesuatu tiba-tiba mengganjal pikiran dan perasaannya. Menurutnya, itu terlalu cepat. "Apakah itu tidak terlalu cepat, Kirio-san? Mereka bahkan sudah menentukan waktunya," tanya Suzuka.
"Entahlah. Aku tidak pernah bisa mengerti pemikiran para orang tua itu. Bahkan Otou-sama pun masih merasa dirinya bisa memimpin. Jadi, sepertinya Naosu akan mendahuluiku menjadi pemimpin klan walau aku lebih tua dari kalian." Kirio tersenyum kecil ketika mengatakan itu. Tak menyadari jika sang adik sudah kehilangan senyumnya.
*****
Sreett!
"Aiko!"
Aiko yang baru saja akan tidur siang tentu saja kaget mendengar pintu kamarnya tergeser secara keras. Di ambang pintu, kakaknya terlihat terengah-engah. Seperti baru berlari dari suatu tempat. "Nao-niisama? Ada apa?"
"Apa kau pernah melihat Akurotsuki di suatu tempat?" Sekilas, Aiko dapat melihat kekhawatiran di mata sang kakak.
"Gomen nasai. Aku tidak pernah melihat Akurotsuki. Bukankah kau tadi membawanya untuk latihan bersama Kirio-niisama dan Suzu-neesama? Mungkin saja ketinggalan di doujo."
"Iie. Aku baru kembali dari doujo. Dan aku tidak menemukannya di sana."
Mendengar nada suara Naosu yang sedikit naik karena panik, Aiko tidak menyalahkannya sama sekali. Akurotsuki adalah pedang kayu kesayangan Naosu yang dibuat sendiri oleh lelaki itu ketika ia masih kecil. Sampai sekarang, kakaknya itu selalu membawa pedang kayu itu setiap latihan.
"Huft ... baiklah. Maaf karena aku sudah mengganggu tidurmu, Aiko." Naosu mengembuskan napas lalu tersenyum kecil. Ia pun masuk, menyamakan tingginya dengan Aiko, lalu mencium kening gadis muda itu. "Oyasuminasai, Adikku," bisiknya seraya membaringkan Aiko ke atas futon.
Setelah memastikan bahwa adiknya terlelap, Naosu pun bangkit. Lantas kembali menutup pintu kamar Aiko dengan hati-hati. Ia pun segera melangkah menuju doujo untuk memeriksa ulang tempat itu.
Akurotsuki... Naosu terus menyebut nama sang pedang di dalam hatinya. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan jika seandainya pedang itu hilang. Satu-satunya senjata yang ia pegang dari kecil sebelum sang ayah memberinya pedang asli dan busur yang saat ini juga menjadi benda kesayangannya.
Walau sudah memeriksa semua bagian doujo, Naosu tetap saja tidak bisa menemukan Akurotsuki. Ketika ia akan keluar, ia melihat siluet bayangan di luar ruangan itu. "Suzuka!" panggilnya.
Siluet itu pun berbalik lalu menjelma menjadi sesosok gadis pirang yang bingung melihat pemanggilnya. "Ada apa, Naosu?" tanyanya.
"Apa kau melihat Akurotsuki di sekitar sini?"
"Akurotsuki?"
"Ah, maksudku pedang kayuku," ralat Naosu secepatnya begitu menyadari dirinya salah.
"Kau ... memberi nama pada pedang kayumu?" Suzuka membulatkan mata tak percaya.
"Memangnya itu salah, huh?" ujar Naosu dengan ketus. Mendengar itu membuat Suzuka tak dapat menahan tawanya.
"Tidak ada yang lucu di sini, Nona Tokugawa Suzuka." Tatapan Naosu yang dingin membuat Suzuka segera menghentikan tawa. Ia sadar kalau lelaki di depannya ini sedang kesal hanya dari mendengar panggilan untuk dirinya.
"Aku masih tidak menyangka kalau Tuan Muda Oda ternyata memiliki hobi yang bisa dibilang unik dan ... manis." Suzuka segera menghindar begitu melihat sebuah tinju mengarah pada bahunya.
"Jika kau punya waktu untuk mengolokku, lebih baik itu kau gunakan untuk membantuku mencari Akurotsuki atau meninggalkanku di sini," desis Naosu tak suka.
"Ayolah Naosu. Kau benar-benar tidak bisa diajak bercanda ya? Kebetulan itu ada padaku karena tadi kau tak sengaja meninggalkannya sehabis latihan. Jadi aku membawanya ke rumahku," ujar Suzuka. Ia pun segera menarik tangan Naosu agar mengikutinya. Tak peduli walau lelaki itu benar-benar kaget atas tindakan spontannya itu.
*****
"Nah ... ini dia pedangmu itu." Suzuka menyerahkan sebuah pedang kayu yang terlihat mengkilap kepada Naosu. Jelas sekali ia melihat bahwa Naosu tidak bisa menyembunyikan raut kebahagian di wajahnya kala menerima benda itu.
"Kau tadi memberinya nama apa?"
"Akurotsuki."
"Sepertinya Akurotsuki benar-benar berharga untukmu ya?"
"Tentu saja. Karena ia adalah pedang pertama sekaligus pedang buatanku sendiri," ujar Naosu. Suzuka dapat melihat kebenaran ucapan itu dari cara Naosu yang mengelus pedangnya.
"Pedang buatanmu sendiri?" Suzuka semakin penasaran akan sesuatu yang baru ia tahu dari pemuda di depannya ini.
"Iya. Aku membuatnya ketika Otou-sama tidak mau memberikanku pedang asli di saat aku baru pertama kali belajar berpedang."
"Tentu saja ia tidak mau memberikanmu benda yang berbahaya seperti itu di saat umurmu masih terlalu muda!"
"Aku tahu itu. Oleh karenanya aku diam-diam mencoba membuat pedang kayu dan jadilah Akurotsuki." Naosu tersenyum ketika menunjukkan pedang kayunya itu pada Suzuka yang langsung berpaling. Tidak biasanya Naosu mudah tersenyum seperti itu. Dan itu membuat sesuatu berpacu lebih kencang di dalam dada gadis itu.
"Oh ya, apakah hanya pedang kayumu yang mempunyai nama?" Pertanyaan Suzuka membuat Naosu terkesiap sebentar. Terlihat lelaki itu memikirkan sesuatu.
"Iie. Pedang besi dan busur panahku juga memiliki nama." Naosu mengalihkan tatapannya dari Suzuka. Mungkin sedikit aneh karena yang tahu kebiasaan uniknya itu hanyalah keluarga intinya saja.
"Oh ya? Kalau mereka, namanya siapa?"
"Shirotsuyomi untuk pedang besiku dan Seishinryoku untuk busur panahku."
"Wah ... itu unik sekali. Sekali lagi, aku masih belum percaya kalau kau mempunyai kebiasaan yang manis seperti itu, Naosu," ucap Suzuka seraya terkikik kecil. Jadi begini rasanya bisa menjaili pemuda dingin di depannya ini.
Naosu akan membalas ucapan itu kala seorang pelayan memanggilnya. Pelayan itu ternyata membawakan pesan dari sang ayah yang memintanya untuk mengurusi beberapa berkas. Dan pekerjaan baru itu sudah dikirim menuju ruangan pribadinya. Naosu pun mengembuskan napas.
"Baiklah. Sepertinya aku harus pergi dulu, Nona Tokugawa. Dan jangan coba-coba untuk menyebarkan tentang itu kepada siapapun," ucap Naosu sebelum kemudian berbalik dan mulai mengikuti pelayan yang tadi memanggilnya.
Tiba-tiba saja, ia berbalik. Entah pendengaran Suzuka yang salah atau bagaimana ketika Naosu dengan lembutnya mengatakan, "oh ya. Terima kasih karena sudah menjaga Akurotsuki untukku, Suzuka."
Untung saja Naosu sudah pergi. Sehingga tidak ada yang melihat kalau wajah gadis itu sudah berubah warna. Menjadi kontras dengan langit siang yang begitu cerah.
*****
Keesokannya...
"Suzuka! Gerakan kakimu belum selaras dengan tubuh atasmu! Masih terlalu lambat!" teriak Kirio begitu melihat pertandingan latihan antara kedua remaja di depannya ini. Mendengarnya, Suzuka pun segera menoleh dan mengatakan, "gomen nasai!"
Fokus gadis itu kembali begitu menyadari mata pedang teracung tepat di depan matanya. "Jangan pernah menurunkan kewaspadaanmu terhadap lingkungan sekitar Suzuka," desis Naosu. Seringai miliknya mengembang sempurna ketika menatap zamrud gadis itu.
"Berhenti! Latihan kali ini kita cukupkan dengan Naosu sebagai pemenangnya," ucap Kirio ketika kedua remaja itu akan melanjutkan pertandingan mereka kembali. Keduanya pun mendengus lalu segera mengaitkan pedang kayu mereka masing-masing.
Kirio memanggil mereka untuk bergabung dengannya di gazebo. Terdapat sebuah piring berukuran besar yang diisi oleh berbagai macam makanan. Juga satu set perlengkapan minum teh ada di sana.
"Minna-saaann!!"
Teriakan yang menggema itu mengalihkan perhatian mereka bertiga menuju sesosok yang berlari menghampiri mereka dari kejauhan. Setelah lumayan dekat, barulah mereka tahu kalau itu adalah Aiko.
"Aiko? Ada apa kau berlari seperti itu?" tanya Suzuka setelah Aiko sampai di gazebo.
"Aku membawa kabar untuk Nao-niisama," balas Aiko dengan terengah-engah.
"Untukku? Apakah ada laporan baru yang masuk?" sambar Naosu penasaran. Aiko menggeleng.
"Iie. Kabar yang kumaksud itu adalah, Onee-sama ada di sini!"
Tentu saja Kirio dan Suzuka menjadi heran mendengarnya. Karena yang mereka tahu penerus klan Oda hanyalah kakak beradik di depan mereka ini. Sekilas, Suzuka bisa melihat perubahan raut wajah Naosu yang terlihat sedikit ... mengeruh?
"Di mana dia?" tanya Naosu. Apakah pendengaran Suzuka yang salah jika ia mendengar suara Naosu sedikit lebih dalam dari biasanya?
"Aku ada di sini, Naosu-kun, Aiko-chan."
Panggilan itu membuat keempatnya menoleh dan mendapati sesosok perempuan berkimono sewarna senja yang berjalan ke arah mereka. Ia tersenyum, membuat wajahnya terlihat semakin manis walau penampilannya sedikit tomboy karena rambutnya yang dipotong pendek sedikit melewati telinga.
"Fuyu-neesama!" teriak Aiko. Ia segera menghamburkan diri menuju perempuan itu yang melebarkan tangannya. Lalu mereka pun berpelukan sebentar sebelum menuju gazebo bersama.
"Hai, Naosu-kun. Bagaimana kabarmu?" tanya perempuan itu ramah.
"Kabarku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana, Fuyuki?" balas Naosu dingin. Perempuan itu seperti tak peduli dengan tatapan tajam Naosu. Ia malah berjalan menuju lelaki itu dan menggenggam tangannya.
"Aku pun demikian, Naosu-kun. Sudah lama ya kita tidak bertemu seperti ini." Perempuan bernama Fuyuki itu tersenyum lebar. "Oh, maaf." Fuyuki segera melepaskan genggamannya begitu melihat tatapan tajam Naosu yang mengarah ke bawah. Ke arah tangan mereka yang bertautan.
"Naosu, siapa dia?" tanya Kirio tiba-tiba. Naosu akan menjawab ketika Fuyuki segera menyahut terlebih dahulu.
"Maaf jika sebelumnya aku kurang sopan karena tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu. Watashi wa Sanada Fuyuki desu. Pewaris tunggal Klan Sanada yang saat ini dipimpin oleh Sanada Yukimura." Fuyuki membungkuk sedikit ke arah Kirio dan Suzuka.
"Ore wa Uesugi Kirio," balas Kirio ramah.
"Kau ... anaknya Kenshin-jisama?" Fuyuki menatap tak percaya kepada Kirio yang menganggukinya.
"Wah. Aku tidak menyangka kalau aku bisa bertemu pewaris Klan Uesugi di sini," lanjutnya.
"Aku pun demikian. Tak kusangka kau adalah anaknya Yukimura-jisama."
"Are? Bukankah Klan Sanada itu beraliansi dengan Klan Uesugi? Bagaimana bisa kau tidak mengetahui tentangnya, Kirio-san?" celetuk Suzuka tiba-tiba. Hal itu membuat Fuyuki menoleh kepadanya.
"Hei, kita belum berkenalan. Aku Sanada Fuyuki," ujar Fuyuki. Ia mengulurkan tangannya kepada Suzuka yang membalas itu dengan canggung.
"Tokugawa Suzuka desu. Putri dari Klan Tokugawa," timpal Suzuka.
"Klan Tokugawa mengabdi pada Klan Oda kan?"
"Iya. Tepatnya kami membantu di bidang pengobatan dan strategi." Suzuka tersenyum kecil lalu kembali mengarahkan tatapannya menuju Kirio. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Kirio-san," ujarnya.
"Ah ya. Mengenai itu, sebenarnya aku tahu kalau Yukimura-jisama mempunyai seorang anak. Tapi aku tidak mengetahui kalau dia adalah perempuan karena aku tidak pernah melihatnya," jelas Kirio.
"Mengapa begitu?" cecar Suzuka.
"Tentu saja kita tidak pernah bertemu. Ini adalah kali keduaku ke ibukota. Waktu pertama kali ke sini, aku tidak sampai masuk ke dalam kastil. Aku bersama Okaa-sama menginap di rumah sahabatnya di perbatasan ibukota. Selebihnya aku tinggal bersama Ojii-sama dan Obaa-sama di desa Okaa-sama," tutur Fuyuki. Kirio dan Suzuka pun mengangguk kecil.
"Lantas, apa hubunganmu dengan mereka?" Kirio menunjuk ke arah Naosu dan Aiko yang sedari tadi terdiam.
"Okaa-sama-ku dan Ainawa-basama itu saudara sepupu. Jadi, mereka berdua adalah saudara jauhku. Kami bertiga sering bermain bersama jika mereka datang ke rumahku." Fuyuki lantas memeluk Aiko ketika mengatakannya.
Hal itu membuat sesuatu sedikit bergejolak di dalam dada Suzuka. Pantas saja Fuyuki tadi berani menggenggam tangan Naosu walaupun mendapatkan respon negatif dari lelaki itu. Jadi ia adalah sepupu sekaligus teman masa kecilnya Naosu dan Aiko ya? Batinnya.
"Nee, Naosu-kun ..." panggil Fuyuki. Naosu pun menoleh dan memberikan tatapan penuh tanda tanya kepadanya.
"Kemampuan berpedangku sudah meningkat lho. Kuyakin sekarang aku bisa menang dengan mudah jika melawanmu," ucap Fuyuki. Seringai tipis yang ia berikan membuat Naosu menyambut hal itu.
"Oh ya? Kalau begitu, buktikan ucapanmu itu, Baka!" Naosu akan mencabut pedangnya ketika Aiko tiba-tiba menginterupsi.
"Tapi, Fuyu-neesama tidak membawa pedangnya, Onii-sama! Kau tidak bisa mengajaknya bertanding!"
"Itu tak masalah, Aiko-chan. Karena kakakmu ini tentu akan meminjamkan Akurotsuki kepadaku. Iya kan, Naosu-kun?" Fuyuki tersenyum manis walau melihat mata Naosu yang menyipit akibat mendengar ucapannya itu.
Ia bahkan mengetahui tentang Akurotsuki yang aku sendiri baru mengetahuinya. Dan demi apa Naosu mau memberikan pedang kesayangannya itu?! Batin Suzuka ribut ketika melihat Naosu yang menoleh ke arah lain dan segera memberikan pedang kayunya kepada gadis itu.
"Arigatou, Naosu-kun!" ucap Fuyuki dengan riang kala pedang itu berpindah ke tangannya.
"Karena yang ada tinggal Shirotsuyomi, jadi aku akan latihan tanding dengan Kirio-san. Fuyuki, kau berlatihlah dengan Suzuka karena kalian sama-sama menggunakan pedang kayu."
Kirio akan mempertanyakan perihal nama "Shirotsuyomi" itu ketika Naosu dengan cepat mencabut pedang besinya. Refleks Kirio melakukan hal yang sama. Suara pedang yang bertubrukan pun terdengar dan membuat mereka segera berpindah tempat menuju daerah yang lebih luas.
"Nee, Aiko-chan. Bagaimana kabar Ringorosu?" tanya Fuyuki tiba-tiba.
"Ringorosu? Apakah itu nama senjata milik Naosu yang lain?" Entah mengapa Suzuka pun merasa tertarik mendengarnya.
"Bukan, Suzu-neesama. Ringorosu itu nama pohon apel kesayangan Nao-niisama yang ditanam waktu ia masih kecil. Kau tahu kan kalau Nao-niisama sangat menyukai apel? Ringorosu masih hidup. Hanya saja, ia nyaris tidak pernah berbuah belakangan ini," jelas Aiko. Wajahnya terpekur kala mengucapkan itu.
"Wah, sayang sekali. Padahal Naosu sendiri yang bilang kalau dia paling suka buah apel dari Ringorosu," balas Fuyuki. Selanjutnya, mereka berdua membicarakan masalah Ringorosu dan lain sebagainya. Dengan inti pembicaraan; Naosu.
Sementara itu, Suzuka tersenyum getir. Entah mengapa ia merasa dirinya benar-benar tidak mengenal seorang Oda Naosu walau ia adalah teman berlatih lelaki itu setiap hari. Pengetahuannya tentang lelaki itu mendadak hilang di depan perempuan bernama Sanada Fuyuki yang baru ia kenal ini.
Apakah selamanya aku akan tetap menjadi orang asing yang tidak tahu tentang dirimu? Suzuka menatap pertandingan Naosu dan Kirio. Ia bahkan merasa aneh melihat Naosu yang tersenyum lebar ketika pedangnya berhasil menangkis milik lawan. Lalu, ia kembali menatap Fuyuki dan Aiko yang seolah lupa akan keberadaannya. Juga lupa akan apa yang Naosu katakan padanya tadi. Membuat Suzuka segera pergi tanpa diketahui.
*****
Sudah tiga hari belakangan ini Suzuka hanya berlatih dengan Kirio. Sebenarnya ia ingin berlatih dengan Naosu. Namun, sepertinya itu tidak akan ia lakukan mengingat Fuyuki yang selalu mengekor ke manapun Naosu pergi. Bahkan Aiko yang adik kandungnya tidak seperti itu. Tentu saja itu membuat Kirio dan Suzuka merasa canggung karena merasa itu adalah urusan keluarga.
Dan sialnya, Ieyasu malah memintanya untuk membawakan laporan ke gedung di pojok utara. Yang sudah pasti itu akan membuatnya bertemu dengan Naosu yang notabene adalah penguasa bangunan dan wilayah sekitar itu. Namun, Suzuka sama sekali tidak memiliki keberanian untuk melawan perintah sang ayah. Jadilah ia membawa setumpukan perkamen di tangannya.
Sama seperti sebelumnya. Ketika Suzuka sampai di bangunan yang didominasi oleh warna hitam itu, ia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Naosu walau ia sudah mencoba mengintip ke dalam sana.
"Mungkin saja Naosu ada di halaman belakang. Ia kan kadang berlatih memanah di sana," gumamnya. Berangkat dari pemikiran itu, akhirnya Suzuka pun membawa perkamen di tangannya melewati lorong sempit yang ada di samping bangunan. Mengantarkannya menuju taman rahasia yang tetap mampu untuk membuatnya berdecak kagum.
"Hah. Ternyata dia juga tidak ada di sini," keluh gadis itu. Ia akan berbalik begitu melihat setegak pohon yang berada di sudut yang agak terpencil di taman itu. Sebuah pohon yang membuat Suzuka mengingat kejadian tiga hari lalu ketika ia mendekatinya. Sebuah pohon apel dengan daun yang sangat rimbun.
"Ringo ... rosu?" Nama itu terucap kala Suzuka mengelus kulit luarnya. Pohon itu seolah merespon dengan membiarkan angin menggugurkan daun-daunnya untuk menghujani gadis itu. Suzuka tersenyum kecil ketika sebuah daun jatuh di bahunya.
"Hei, kau tahu? Tuanmu berharap untuk memakan buah darimu lagi. Kudengar, ia amat menyukai buah darimu. Jadi, mengapa kau tidak memberikan Naosu— Astaga! Aku harus mengantarkan laporan ini ke Naosu!" Suzuka menepuk jidatnya pelan sebelum akhirnya berbalik dan berlari secepat mungkin kembali ke bangunan itu.
Suzuka merasa napasnya akan habis ketika akhirnya ia berhasil kembali ke depan pintu ruangan Naosu. Ditatapnya perkamen yang belum sampai ke tujuan itu. Lalu mengambil napas sebanyak yang ia bisa.
"Suzuka?"
Suzuka menoleh demi mendengar suara yang menyebutkan namanya itu. Di belakangnya, Naosu menatapnya tajam sekaligus heran. Namun, sedetik kemudian, wajah lelaki itu berubah menjadi serius. Tatapannya yang semakin menajam membuat Suzuka merasa merinding kala lelaki itu mendekatinya.
"Nao—"
Brakk!
Perkamen-perkamen itu segera berjatuhan ketika punggung Suzuka menghantam dinding kayu di belakangnya. Sementara Naosu yang tadi mendorongnya sudah menjebaknya dalam posisi kabedon.
Ya Tuhan! Ini terlalu dekat! Batin Suzuka menjerit takut melihat wajahnya dan Naosu yang hanya berjarak dua jengkal. Terlebih ketika Naosu benar-benar menusuk dirinya melalui tatapannya yang tajam.
"N-Naosu?" cicit Suzuka. Naosu hanya diam memandanginya. Satu tangannya segera melepas dinding lalu menggenggam pergelangan tangan Suzuka dengan erat. Gadis itu semakin menahan napasnya kala melihat Naosu yang mengangkat, lalu mencium telapak tangannya dengan perlahan.
"... kau, beraroma apel, Nona Tokugawa," desis Naosu. Sudut bibirnya terangkat sebelah ketika ia menurunkan tangan Suzuka. Gadis itu akan menyahut ketika Naosu kembali menyempurnakan kabedon miliknya. Suzuka lantas menutup mata ketika melihat pergerakan wajah Naosu yang mendekat.
Badan Suzuka merinding hebat kala merasakan deru napas Naosu menerpa sekitar lehernya. Angin yang terasa hangat itu berdiam beberapa saat di sana, sebelum akhirnya terus menjalar naik ke telinga gadis itu yang seketika memerah.
"Siapa yang mengizinkanmu menyentuh Ringorosu, hn?" bisik Naosu seraya memainkan helaian pirang yang ada di dekat bagian itu. Suzuka membeku akibat bisikan tersebut yang terdengar samar. Sesamar jemari Naosu yang menyusup di antara mereka, lantas segera menjepit dagu Suzuka dan membuat gadis itu mendongak.
"Aku tidak pernah memberikanmu izin untuk melakukannya." Naosu tersenyum kecil kala menatap zamrud yang berkilat itu. Ia pun segera melepaskannya dagu Suzuka dan berbalik.
"Oh ya, kau membawakanku laporan dari Ieyasu-jisama, kan?" tanyanya lagi dengan nada seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka sebelumnya. Namun, Suzuka tidak merespon hal itu karena masih shock karena perlakuan Naosu kepadanya tadi.
Sialan! Kupikir dia akan bertindak macam-macam kepadaku. Suzuka berusaha mengatur napasnya yang masih kacau mengikuti detak jantungnya. Tak ia sadari, Naosu sedang memunguti perkamen yang berserakan di bawah mereka.
"Nee, Suzuka ..."
"A-ada apa?" tanya Suzuka gugup. Apalagi melihat Naosu yang memainkan perkamen di tangan, dengan mata yang menatap dirinya tajam.
"Temui aku di bawah Ringorosu. Aku akan menyusulmu setelah meletakkan ini," ucap Naosu. Ia pun menggeser pintu di depannya kala suara Suzuka terdengar.
"Tu-tunggu! Untuk apa aku ke sana? Bukankah kau sendiri yang tadi memarahiku karena sudah mendekati pohon itu?!"
"Tentu saja karena kau harus mendapatkan hukuman, Baka!" Setelah itu, Naosu pun segera masuk ke dalam ruangannya. Suara pintu yang tergeser pun kembali terdengar. Meninggalkan Suzuka yang kebingungan sendiri, sebelum dengan berat hati mengikuti ucapan lelaki itu.
*****
Suzuka segera duduk begitu ia sampai di bawah pohon apel yang rindang itu. Suasana yang menyenja menambah kadar ketenangan di sana. Membuatnya benar-benar merasa nyaman. Hingga tak menyadari bahwa Naosu sudah datang ke tempat itu.
"Apa kau sudah lama menunggu?" tanyanya datar. Hal itu membuat Suzuka terkesiap dan segera menggeleng. Tatapannya terfokus pada sesuatu sewarna darah di genggaman Naosu.
"Kukira kau tidak akan menuruti apa yang kuperintahkan," lanjutnya.
"Apa yang kau bawa itu, Naosu?"
Naosu mengikuti arah pandang Suzuka dan mengerti apa yang gadis itu maksud. Ia pun segera mengambil tempat di samping gadis itu dan memperlihatkan apa yang ia bawa. Sebuah apel berukuran lumayan dengan warna merah darah yang mengkilap.
"Ini buah dari Ringorosu," ucap Naosu seolah tahu pertanyaan apa yang akan Suzuka lontarkan. Wajahnya menengadah dan tersenyum kecil kala merasakan sinar mentari senja yang menyusup dari dedaunan pohon itu.
"Eh? Bukankah Fuyuki-san dan Aiko bilang pohon ini jarang berbuah?" tanya Suzuka tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
"Hee, jadi kau mengetahui tentang Ringorosu dari mereka ya?" Naosu memainkan buah apel di tangannya. Lalu melanjutkan perkataannya itu. "Jarang berbuah bukan berarti tidak pernah berbuah. Kebetulan yang sangat tepat karena tadi pagi aku menemukan buah ini di dahan tertinggi."
"Apakah kau sendiri yang mengambilnya?"
"Tentu saja. Mudah bagiku untuk memanjat Ringorosu yang sudah kuhapal seluk beluk setiap dahan juga rantingnya. Karena aku sendiri yang membesarkan serta merawat pohon ini," balas Naosu. Ia kemudian mengambil sesuatu dari balik kimononya.
"Apakah itu juga memiliki nama?" tanya Suzuka ketika melihat benda yang ternyata belati itu digunakan untuk memotong apel itu oleh Naosu.
"Belum ada untuk sementara ini," jawab Naosu. Ia tersenyum kecil seraya memasukkan kembali belatinya yang sudah berhasil membelah apel itu menjadi dua.
"Untukmu." Naosu menyodorkan setengah bagian apel miliknya. Sementara sebagian lagi sudah ia gigit. Suzuka terlihat ragu walau potongan itu terlihat menggiurkan.
"Tenang saja. Ringorosu selalu memberikanku apel terbaik. Jadi kau tidak perlu risau tentang rasanya."
"B-bukannya begitu, Naosu. Tapi, bukankah lebih baik kau memberikan apel ini untuk keluargamu?" Tanpa sadar, Suzuka menekan pengucapan di kata terakhir.
Naosu menoleh sebentar, lalu kembali menikmati apelnya dengan perlahan. "Kebetulan buah Ringorosu tadi ada tiga. Ini yang terbesar. Dua lainnya nanti akan kumakan bersama kedua orang tuaku dan Aiko sehabis makan malam," jawabnya.
"Fuyuki-san tidak kau beri?" Suzuka segera menutup mulutnya begitu mengucap nama itu karena melihat ekspresi Naosu yang sepertinya kurang suka.
"Aku hanya memberikan ini kepada keluarga intiku saja."
"Tapi mengapa? Dia juga keluargamu kan?"
"Dia memang sangat akrab dengan Aiko. Tapi tidak dengan diriku. Karena dulu aku selalu membuatnya menangis dengan mengalahkannya setiap latihan tanding. Atau membawakannya oleh-oleh berupa benda dan binatang yang tidak ia sukai." Penjelasan itu membuat Suzuka sweatdrop mendengarnya.
"Lalu, mengapa ia terlihat begitu senang sampai menggenggam tanganmu kemarin?"
"Sifatnya memang mirip Aiko. Suka lancang dan tidak mengerti situasi serta kondisi yang mereka masuki. Itu membuatku muak."
"Tapi kau juga selalu menemaninya selama ia di sini, kan? Juga tak menolak walau Fuyuki-san selalu mengikutimu ke mana saja."
"Itu perintah Okaa-sama."
Suzuka terdiam seraya memandangi apel yang ada di genggamannya. Entah sejak kapan ia menerima itu. Perlahan, ia mencoba mengikuti Naosu untuk mencicipi daging buahnya. Dan kini Suzuka tahu mengapa lelaki di sampingnya ini begitu menyukai apel Ringorosu. Rasanya manis, tapi ringan. Pun dagingnya terasa begitu segar karena kandungan airnya. Juga kulit buahnya yang memiliki tekstur unik.
"Rasanya menakjubkan, bukan?"
Suzuka menoleh dan mendapati Naosu yang tersenyum ramah padanya. Sekilas, seputih baris gigi lelaki itu terlihat. Membuat Suzuka segera mengerjap untuk memastikan penglihatannya tidak salah.
"Arigatou karena sudah memberikan yang terbaik," ucap Naosu kepada pohon itu. Ditepuknya batang pohon itu beberapa kali sebelum akhirnya mengelupas sedikit kulit luarnya.
"Aku sudah sering menggunakan kulit batang Ringorosu sebagai pengharum ruangan. Satu-satunya aroma yang bisa membuatku tenang selama bekerja dan istirahat," lanjut Naosu begitu melihat Suzuka yang akan memprotes tindakannya.
"Oh ya, Naosu..."
"Hn?"
"Boleh aku menanyakan sesuatu?"
"Hanya satu pertanyaan."
"Mengapa kau memberikan nama "Ringorosu" kepada pohon apel ini?"
Naosu mengernyit heran. Ia pun merubah posisinya agar lebih nyaman sebelum menjawab pertanyaan itu. "Karena aku dulu tidak sengaja mencampur benih apel dengan benih bunga mawar dalam satu tempat," ucapnya.
"Lalu?" tanya Suzuka semakin penasaran. Naosu mengembuskan napas sebentar. Ia lalu bercerita.
"Dulu ketika aku masih berumur tujuh tahun, ada sekelompok misionaris dari Negara Barat yang berkunjung ke sini. Mereka ternyata teman baik Otou-sama dalam hal perdagangan. Sebelum pulang, mereka memberikan Otou-sama kantung-kantung yang berisi bibit pohon apel dan pohon mawar putih. Otou-sama pun memberikan kedua bibit itu kepadaku karena ia tahu kalau kedua tumbuhan itu adalah kesukaanku sedari kecil. Sekaligus sebagai hadiah karena kebetulan waktu itu aku juga sudah bisa menguasai teknik pedang dasar. Namun, ketika aku ingin menanamnya, aku malah tak sengaja mencampurkannya ke dalam satu wadah. Membuatku harus memilahnya kembali." Naosu menunjuk ke arah Ringorosu, lalu menunjuk rerimbunan bunga mawar putih yang membentuk pagar tak jauh dari mereka.
Suzuka yang mendengar itu seolah tak percaya. Bukan kepada ceritanya. Melainkan tak percaya karena ini adalah kali pertama ia mendengar Naosu berbicara panjang lebar kepadanya. Padahal biasanya lelaki itu irit dalam mengeluarkan kata.
"Lalu? Apa hubungannya dengan "Ringorosu"?"
"Nama itu gabungan dari dua kata. "Ringo" dan "Rosu". "Ringo" yang berarti apel, juga "Rosu" yang berarti mawar." Naosu menghentikan ucapannya kala melihat raut wajah Suzuka yang heran. "Ada apa?" tanyanya.
"Nandemonai. Hanya saja aku sedikit bingung. Aku tahu kalau "Ringo" dalam bahasa Jepang berarti apel. Tapi "Rosu"??"
"Ah, itu bahasa para misionaris. Mereka menyebut mawar itu menggunakan kata "Rose", yang bila diucapkan dalam bahasa Jepang menjadi "Rossu"." Naosu mengambil sebuah ranting kering. Lalu menggoreskannya di tanah membentuk kata "ROSE" dalam huruf latin.
"Itu dibaca "Rossu"?" tanya Suzuka bingung. Naosu pun mengangguk. "Begitulah. Aku juga awalnya bingung melihat huruf-huruf mereka. Beruntung mereka mau mengajariku."
"Oh ya? Apakah ada kata lain yang kau pelajari juga dari misionaris itu?"
"Love," ujar Naosu setelah berpikir singkat.
"Rofu?" beo Suzuka bingung. "Itu artinya apa?"
"Entahlah. Otou-sama bilang, itu ada kaitannya dengan nama Okaa-sama," jawab Naosu. Ia pun tersenyum simpul. Lalu menepuk jidatnya pelan.
"Ada apa, Naosu?"
"Mengapa aku sampai lupa? Kita ke sini untuk memberikanmu hukuman, kan?" Naosu menyeringai lebar. Tak peduli bahwa Suzuka menjadi sedikit pucat.
"Ch-chotto! Kau mau memberikanku hukuman apa?!" Suzuka menggerakkan tangannya untuk menahan pergerakan Naosu yang ingin mendekatinya.
"Bersimpuh." Naosu mengeluarkan aura intimidasi yang ia dapatkan dari sang ayah. Membuat Suzuka sedikit tercekat dan segera menurut. Tak melihat Naosu yang merebahkan diri di rerumputan itu.
Selanjutnya membuat Suzuka nyaris memekik karena melihat Naosu yang meletakkan kepala bersurai kelam itu di pangkuannya. Sementara sang empunya sudah menutup mata. Terlihat, otot-otot di wajah itu mulai mengendur. Menandakan Naosu yang mulai memasuki alam mimpinya.
"Naosu?" tanya Suzuka.
"Biarkan seperti ini," lirih Naosu. Setelah itu, tarikan napasnya terdengar begitu tenang dan teratur. Membuat Suzuka tersenyum sendiri. Lelaki itu benar-benar tidak membiarkan dirinya kabur.
Hati-hati, Suzuka mencoba mengelus surai kelam itu walau hanya di ujungnya. Seraya melakukan itu, ia mengingat percakapan yang tadi mereka lakukan.
"Rofu? Artinya dari namanya Ainawa-basama ya?" pikir Suzuka.
"Kata "Ai" artinya kan cinta—" Suzuka segera membekap mulutnya sendiri di tengah matanya yang membola. Menyadari bahwa Naosu –entah secara sengaja atau tidak– kembali mengguncang perasaan terdalamnya. Setelah itu, matanya tak sengaja melihat ke arah sisa-sisa dari apel yang sudah mereka makan.
"Aku hanya memberikan ini kepada keluarga intiku saja."
Ucapan Naosu kembali membayang. Di saat itu juga logikanya berpikir, bagaimana mungkin lelaki itu mengatakan hal seperti itu, sementara tindakannya malah memberikan Suzuka bagian yang terbesar? Padahal, ia bukan anggota keluarga inti Oda.
Sebuah prasangka memasuki pikirannya. Terlebih dengan arti dari sebuah kata asing yang tadi Naosu ajarkan. Membuat semua yang ia alami bersama Naosu di sore ini memiliki arti ambigu baginya.
Memikirkan semua itu, Suzuka dapat merasakan mukanya memanas. Ia pun melirik ke arah Naosu yang terlelap. Wajah damainya sempat terusik karena lelaki itu membuka matanya sedikit. Refleks Suzuka menutup wajahnya karena berpikir Naosu dapat melihat hal itu.
Begitu menyadari bahwa semua kembali tenang, Suzuka pun memberanikan diri untuk kembali mengelus kepala Naosu. Sekaligus mengelus hatinya agar tidak kembali berdegup kencang seperti sebelumnya.
.
.
.
Fyuuh... Akhirnya jadi juga >///< Yokatta ne
Jujur saja, aku semakin suka dengan karakter Naosu di sini :v Yang sayangnya mungkin cuma muncul jika ada Suzuka saja //bletak// Intinya aku suka fict yang satu ini.
Hope you like it too!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top