Because You Are A Part Of Me
[Oda Naosu & Oda Aiko]
Disclaimer: Cybird and Heaira Tetsuya
Plot is mine.
And happy reading!
.
.
.
"Onii-sama..."
"Ya? Ada apa, Aiko?"
"Temani Aiko merangkai bunga ya?"
"Tapi aku ada pekerjaan, Aiko," ujar Naosu seraya mengembuskan napas. Dilihatnya Aiko yang menunduk di depannya.
"Hn... Ya sudahlah. Jika kau memang mau aku temani, Aiko harus menunggu Onii-sama selesai mengerjakan tugas ini ya?" tawar Naosu. Aiko pun mengangguk pelan.
"Tapi Nao-niisama harus janji!" Aiko menggembungkan pipi. Pertanda merajuk pada sang Kakak.
"Iya iya. Aku janji kok." Berkata seperti itu, Naosu dengan secepat kilat mencium pipi Aiko, lantas segera berlari menjauh. Terdengar tawanya menguar melihat Aiko yang menatapnya kaget.
"ONII-SAMAA!!"
Naosu mengembuskan napas dengan keras kala mimpi itu kembali menghampirinya. Mimpi akan masa kecilnya bersama sang adik. Yang tentunya tidak akan ia bisa lakukan saat ini mengingat kondisi saat ini yang sudah sangat berbeda.
Ingin Naosu kembali melanjutkan tidurnya, tapi sepertinya tidak perlu. Ia lantas bangun, mengambil haori sewarna malam miliknya, lalu memakainya seraya keluar ruangan. Langkahnya mengarah pada kamar Aiko yang sedikit jauh dari kamarnya. Tabu memang menghampiri kamar gadis tengah malam seperti ini. Namun nyatanya, Naosu hanya berdiam diri di depan pintu berhias origami bunga itu.
Ketika akan berbalik, ia mendengar suara geretan pintu yang membuatnya segera menoleh. Lalu mendapati sang adik yang keluar dengan wajah waspada. Sebuah pedang kayu berada dalam genggaman tangannya yang gemetar. "Eh, Nao-niisama? Kau kah itu?" tanyanya ketika melihat sekilas wajah Naosu dari balik punggungnya.
Naosu pun mengiyakan. Lalu segera menghampiri sang adik. "Apa yang mau lakukan selarut ini sehingga belum tidur, ha? Bagaimana jika kau tidak bisa mengerjakan tugasmu besok dengan benar?!" ujar Naosu dengan suara sedikit tinggi. Hal yang selalu ia lakukan jikalau Aiko membuat kesalahan.
"G-Gomen nasai, Onii-sama. Sebenarnya Aiko sudah tertidur tadi. Hanya saja Aiko terusik dengan bayangan yang berdiam di depan pintu kamar. Aiko kira itu penyusup atau ..." Aiko menunduk ketika memutuskan ucapannya. Sementara Naosu hanya mengernyit heran.
"... Kau mengiranya hantu, kan?" Naosu menebak hal itu berdasarkan pengetahuannya akan ketakutan sang adik terhadap makhluk mitos seperti itu. Aiko pun mengangguki.
"Harus kukatakan berulang kali, huh? Hantu itu tidak ada. Kalaupun ada, kau bisa menjaga dirimu menggunakan pedang kayu itu, kan? Aku sudah mengajarimu tekhnik dasarnya beberapa waktu lalu," lanjut Naosu. Lagi, Aiko mengangguki.
"K-kalau begitu, Aiko akan kembali tidur. Oyasuminasai, Onii-sama," ucap Aiko. Pergerakan tangannya yang akan menutup pintu terhenti begitu Naosu menghalangi.
"Akan kupastikan kau bisa tidur dengan nyenyak, Aiko." Setipis senyum samar terlihat di wajah Naosu. Ia pun segera memasuki kamar sang adik lalu menutup pintunya.
"Ada yang bisa kulakukan untuk membantumu?" ujar Naosu yang sudah mengambil tempat di sisi futon milik Aiko. Aiko pun terlihat bingung.
"Hm... Aiko rasa tidak ada. Keberadaan Nao-niisama di sini sudah membuatku merasa tenang dan nyaman," jawab Aiko. Naosu pun mengangguk.
"Kalau begitu, tidurlah. Akan menjadi masalah jika wajahmu sampai ada kantung mata seperti milikku ini," ucap Naosu seraya menunjuk bagian bawah matanya. Terlihat sedikit lebih gelap, mengingat dirinya yang nyaris bergadang setiap malam akhir-akhir ini. Aiko terkikik kecil mendengarnya. "Itu bukan guyonan, Aiko," timpal Naosu melihat reaksi sang adik.
"Kalau begitu, Nao-niisama harus tidur juga! Temani Aiko di sini. Kebetulan Aiko punya futon cadangan." Aiko segera berlari kecil menuju lemari di samping belakang lelaki itu. Lalu mengeluarkan sebuah futon berukuran besar dari sana.
"Nah, ini dia!"
"Sejak kapan kau punya futon tambahan, huh?" Naosu segera menerima futon itu lalu menggelarnya agak jauh dari milik Aiko.
"Okaa-sama terkadang menginap di kamar Aiko. Jadi, dia memberikan Aiko futon tambahan ini untuk berjaga-jaga jika dia kembali menginap."
"Memangnya, mengapa Okaa-sama sampai menginap di kamarmu?"
"Ia bilang, ia tidak mau diganggu oleh orang ketika ia tidur. Padahal kan, sudah pasti tidak akan ada yang mengganggunya jika bersama Otou-sama," cerita Aiko. Ia akan membaringkan diri ketika melihat seringai aneh dan tak biasa di wajah Naosu. "Onii-sama? Apakah ada yang salah dengan ceritaku?" tanyanya. Naosu pun menggeleng.
"Iie. Ceritamu tidak salah. Hanya kurang tepat," ujar Naosu. Wajahnya tetap menyunggingkan seringai itu. Beberapa saat kemudian, tawanya memecah keheningan malam.
"Hahaha..."
"Nao-niisama? Ada apa?" Aiko yang semakin heran karena pertanyaannya tak kunjung dijawab segera menatap Naosu dengan wajah yang benar-benar penasaran.
"Tidak ada apa-apa, Aiko."
"Ayolah. Aiko tidak suka melihat Nao-niisama yang tertawa aneh seperti ini. Menyeramkan!" Aiko mencebikkan bibirnya kesal. Lalu segera memunggungi Naosu.
"Mengambeklah sepuasmu. Karena aku tidak akan pernah memberitahumu penyebab aku tertawa," ucap Naosu. Ia pun segera memejamkan mata kala menemukan posisi yang nyaman untuk tubuhnya.
"Onii-sama!"
"Ada apa, Aiko?"
"Beritahu aku! Mengapa kau tertawa aneh seperti itu? Apa salahnya jika Okaa-sama menginap di kamarku?"
"Itu tidak salah, Aiko."
"Tapi kau tertawa. Dan kau hanya akan tertawa jika ada sesuatu yang aneh, kan?" todong Aiko. Ia menudingkan telunjuknya tepat di wajah Naosu yang terlelap.
"Mana sopan santunmu menjadi adik, huh? Berani mengacungkan jari kepada yang lebih tua, kurasa pewaris Klan Oda tidak akan melakukan hal bodoh semacam itu. Keturunanmu patut dipertanyakan karena sikapmu ini, Nona Oda Aiko." Naosu tidak mengubah posisi badannya. Bahkan ia mengetahui kalau Aiko tengah memendam kesal karena ucapannya. Walau nyatanya ia masih menutup mata.
"Kau benar-benar ingin tahu, kah?" sambung Naosu kala dirinya tak mendapati respon Aiko. Ia pun mengembuskan napas. Lalu mulai membaca sebait larik.
Seekor domba
Berlindung di srigala
Bodohnya dia
"Nao-niisama..."
"Ada apa Aiko?"
"Aiko menanyakan alasanmu tertawa. Bukan malah haiku seperti itu."
"Dan apakah tanggapanku kurang jelas? Haiku itulah alasanku tertawa. Jika kau bisa mengerti maksudnya, maka kau akan paham mengapa aku menertawakan alasan Okaa-sama menginap di kamarmu dengan alasan seperti itu, padahal ada Otou-sama yang menjaganya. Paham?"
Naosu tertawa kecil mendengar embusan napas Aiko yang berat. Sebegitu kesalnya kah gadis ini hanya karena alasan remeh seperti ini? Dasar bocah. Pikir Naosu sebelum akhirnya ia memaksa Aiko untuk tidur. Mengingat waktu juga sudah semakin larut.
*****
Keesokannya...
"Onii-sama?"
"Hn? Ada apa?" Naosu sama sekali tidak menoleh ketika Aiko memanggilnya. Karena saat itu ia tengah fokus dalam membidik target.
"Kau berlatih sendiri? Di mana yang lain?" tanya Aiko. Ia pun duduk di bawah pohon takjauh dari kakaknya itu.
"Kirio-san sedang bertugas. Suzuka juga tengah belajar tentang pengobatan. Pun Fuyuki sudah pulang ke desanya. Tidak ada yang bisa kuajak." Naosu menyunggingkan senyum miring melihat panahnya berhasil membelah panah yang sudah terlebih dahulu menancap di kayu yang kali ini menjadi targetnya.
"Bukannya ada anak dari Masamune-jisama ya? Kau bisa mengajaknya," timpal Aiko.
"Matsumoto-san? Ah, dia baru kembali dari ekspedisi di perbatasan selatan. Tak enak jika langsung mengajaknya berlatih seperti ini."
"Kalau begitu, biar Aiko yang temani!" Suara Aiko terdengar begitu riag ketika mengucapkannya.
"Memangnya kau mau-- hei! Sejak kapan kau memegang Akurotsuki?!" ujar Naosu melihat Aiko yang mengayunkan pedang kayu kesayangannya. Aiko hanya tersenyum lebar mendengarnya.
"Kan sudah Aiko bilang. Aiko akan menemani Nao-niisama latihan," ucap Aiko.
"Tapi Akurotsuki lebih berat dari pedang kayu yang kubuatkan untukmu itu!" Naosu pun mencoba untuk merebut Akurotsuki dari Aiko yang langsung menghindar.
"Ayolah, Onii-sama. Kita bermain bersama seperti yang dulu," ucap Aiko dengan nada yang sendu. Namun, Naosu menggeleng. "Tidak ada waktu untuk bermain Aiko. Jika kau mau menemaniku, itu artinya berlatih bersama. Bukan bermain bersama," tuturnya.
Keduanya terdiam. Di satu sisi Aiko ingin bermain, tapi ia juga tidak ingin membuat Naosu merasa kurang nyaman padanya. Pun demikian Naosu. Memenuhi keinginan Aiko sama saja dengan membuang waktunya untuk berlatih.
"Lepaskan itu." Tatapan Naosu yang menajam membuat Aiko segera menunduk takut. Ia pun segera melepaskan Akurotsuki ke bawah kakinya.
"Sebagai gantinya, ini..."
"Eh?" Aiko terkesiap kala Naosu mengulurkan sebuah ranting berukuran sedang kepadanya. Sekilas, ranting yang berukuran sama juga berada di tangan Naosu yang lainnya.
"Kau ingin bermain, kan? Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan latihanku begitu saja." Naosu tersenyum kecil melihat Aiko yang menerimanya dengan bingung.
"Jangan bilang jika kau sudah melupakan dasar-dasar yang kuajarkan tempo hari, Aiko. Serang aku!" perintah Naosu yang langsung memasang kuda-kuda. Aiko pun mengangguki. Lalu menuruti gaya Naosu sebelum akhirnya mereka berlatih bersama menggunakan ranting kayu itu.
*****
"Hah ... Itu tadi latihan yang cukup seru kan, Aiko?" ucap Naosu seraya membersihkan mukanya menggunakan handuk kecil yang ia bawa. Tak ada jawaban dari Aiko.
"Aiko?" Naosu segera menoleh dan kaget mendapati Aiko yang setengah terpejam di bawah pohon tempat mereka berisitirahat. Posisinya pun nyaris jatuh. "Aiko!" teriak Naosu begitu melihat tubuh adiknya yang limbung. Ia pun segera menangkap tubuh itu sebelum jatuh.
"Dik?" gumam Naosu kala menyentuhkan dahinya dengan milik Aiko yang berkeringat dingin. Pun wajah Aiko terlihat memerah. "Mengapa kau mau menemaniku latihan di saat kau demam, Baka?!" bentak Naosu melihat tubuh gadis itu yang gemetar di dalam pelukannya.
"Tch ... Merepotkan saja." Naosu segera mengangkat tubuh Aiko dengan gaya bridal. Lalu membawanya menuju ruangan kerjanya. "Bertahanlah, Aiko." Naosu bergumam kecil dalam perjalanannya.
Di dalam ruang kerjanya, Naosu bergerak cepat dengan merawat Aiko yang masih saja gemetaran. Tentu ia tidak mau hal semacam ini membuat kepercayaan sang ayah menurun kepadanya. Menjaga sang adik pun ia tidak bisa. Lalu, bagaimana ia akan diserahi tugas untuk memimpin pasukan jika waktunya tiba?
"Onii-sama..."
Naosu pun mengerjapkan mata karena panggilan itu menyadarkannya dari lamunannya. Ia pun lantas mendekatkan telinga ke wajah Aiko yang berkeringat. "Ada apa, Dik?"
"Aku ... Haus..." Lirihan Aiko segera ditanggapi oleh Naosu. Ia dengan cepatnya segera meracik beberapa tanaman herbal yang kebetulan ia simpan di kamarnya. Tidak sia-sia jika selama ini Naosu belajar sedikit ilmu pengobatan pada Ieyasu dan ibunya. Setelah ramuan penurun panas itu jadi, ia pun lantas membawakannya pada Aiko.
"Aiko? Kau bisa bangun?" bisik Naosu. Gelengan lemah pun ia dapatkan. Melihat itu, Naosu pun mengambil sendok dan lantas menyuapi Aiko sedikit demi sedikit.
"Bagaimana bisa kau demam seperti ini, huh? Jangan bilang karena kejadian tengah malam tadi," ucap Naosu. Tangannya tetap bergerak perlahan memindahkan caira sewarna teh itu ke mulut adiknya.
"Sepertinya aku benar. Dasar ceroboh," gumam Naosu kembali. Setelah melihat Aiko yang menjadi tenang karena reaksi obat itu, ia pun memutuskan untuk mengurusi beberapa pekerjaannya yang memang menumpuk, tak jauh dari posisi mereka.
Selama itu, hanya gumaman kecil Naosu yang memenuhi ruangan selama dirinya bekerja. Sesekali ia bangun untuk mengecek kondisi Aiko. Juga mengganti kain yang ia gunakan untuk mengompres gadis itu. "Sudah agak turun, huh?" bisik Naosu ketika ia kembali menempelkan dahi mereka. Ia pun tersenyum kecil melihat wajah Aiko yang terlelap. Lalu memilih untuk kembali bekerja.
"Nao...-niisama."
"Ya? Ada apa, Aiko?" Naosu kembali ke posisi semula. Di samping adiknya itu.
"Di-dinghin..." Jawaban itu tidak terdengar jelas. Namun, Naosu mengerti maksudnya hanya dengan melihat tubuh itu menggigil.
"Perlu kutambahkan selimut lagi?" ujar Naosu. Aiko pun menggeleng pelan.
"Lalu? Apa yang kau perlukan?" lanjutnya. Aiko memilih bungkam. Tapi sorot matanya mengatakan semua yang ia inginkan pada kakaknya itu.
"Sekali saja, Onii-sama," lirihnya.
"Huft... Baiklah. Kali ini kau menang, Aiko. Tapi lain kali, tidak akan," bisik Naosu seraya memasukkan tangannya di bawah tubuh Aiko. Seraya menghitung dalam hati, ia pun mulai mengangkat Aiko lalu memindahkannya menuju pangkuannya.
"Kau inginkan ini, bukan?" ujar Naosu. Jemarinya segera mengambil handuk yang masih bersih, lalu memposisikan benda itu di lengannya agar menjadi bantal yang nyaman bagi Aiko. Segera ia meletakkan kepala sang adik di sana, lalu mengarahkan wajah Aiko agar menghadap dadanya.
"Arigatou, Onii-sama." Lirihan itu terdengar samar. Kemudian digantikan oleh deru napas Aiko yang tenang. Naosu pun tersenyum kecil. Jemarinya naik untuk mengelus rambut sepunggung gadis itu. Dibersihkannya wajah Aiko dari rambutnya yang melengket akibat keringat yang mengering.
"Oyasumi nasai, Ai," bisik Naosu kecil sebelum mengecup kening Aiko. Setelah itu, ia pun turut memejamkan mata seraya bersandar di dinding terdekat. Memastikan tubuhnya tetap menjadi peraduan yang nyaman bagi gadis itu.
.
.
.
Yeay!! Akhirnya part singkat ini jadi juga >< yokatta ne....
Sebenarnya, rancangan aslinya sedikit berbeda dari yang ini. Melibatkan OC orang yang mungkin jadi racun untuknya //slap
Intinya, kusuka scene ini. Naosu itu dingin-dingin tapi melelehkan :"V //ingat status wey
Hope you like it!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top