03. A Classification

DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI

(Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Untuk OC, kembali kepada pemilik nama masing-masing. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.)

Warning : Ini hanyalah sebuah fanfiction gaje, kemungkinan (semuanya) OOC, typo bertebaran, bahasa planet, dan merupakan sebuah "permainan". Dan, arigatou gozaimasu untuk para sukarelawan yang bersedia menjadi OC di fanfict ini.

.

.

.

Segenggam hanya bisa menampung sedikit ruang. Berpuluh genggam lebih banyak memberikan peluang. Namun, bagaimana jika genggam yang berbeda malah digunakan untuk membuka penutup lainnya?

Kecuali akhir genggam itu berubah menjadi tautan.

.

.

.

SMA Yobushina. Osaka.

Perjalanan dari Hokkaido menuju Osaka kali ini sedikit berbeda. Jika di perjalanan awal mereka memancing keributan, sekarang yang ada malah hening menguasai tempat. Tidak ada yang berniat untuk berbicara. Pembicaraan mereka hanya akan terjadi jika akhir dari misteri ini terpecahkan.

"Kita sudah sampai, Shiiya-sama." Akeri memberhentikan mobil yang ia kendarai tepat di depan gerbang dengan patung singa di sisi kiri-kanannya. Menimbulkan aura misterius yang menguar sama seperti kunjungan pertama kali.

Dengan sigap, Akeri dan anak buah Seizouru yang lain memberikan akses keluar pada tuan mereka. Begitu wanita itu keluar, didapatinya para keponakan sudah berbaris rapi menunggu dirinya.

"Tunggu apa lagi? Ayo kita masuk."

Pintu gerbang itu terbuka lebar begitu petugas yang berjaga mengetahui tamu yang datang kali ini. Tergopoh-gopoh ia menghubungi bagian komunikator agar memberitahukan tuan rumah bahwa yang ditunggu sudah datang.

Sementara di depan lobi utama sekolah kaum hawa itu, sosok tinggi Aruka menjulang. Sepertinya ia memang sudah bersiap sedari tadi untuk menyambut kedatangan sang istri dan para keponakannya yang lain. Ia mengulas senyum mendapati sosok-sosok yang ia maksud mendarah daging di depannya.

"Welcome back, My Dears." Tubuhnya membungkuk singkat, sebelum akhirnya bangun dan memberikan tatapan yang sama ketika pesta itu berakhir.

*****

Mata mengerjap kala kepalanya tertahan menahan kantuk. Pandangnya mencoba fokus lagi pada berbagai rekam jejak rumus yang ada di papan tulis. Sebelum kegiatan rekan yang duduk di sampingnya menarik perhatian.

"Nai-chan, apa kau tengah mencatat materi?" bisiknya takut ketahuan guru. Sosok bermahkota merah kehitaman itu mengangguk singkat.

"Boleh kupinjam di akhir pelajaran? Aku tadi tidak mem—"

"Ini untuk yang terakhir kalinya, Ainawa-san."

"O-oke. Arigatou ne."

Yousuka tersenyum kikuk walau tahu itu tidak akan dilihat oleh Naimiya. Ia mengembuskan napas berulang kali, melepas gugup yang menguasai kala harus mengutarakan permintaan tersebut. Salahkan dirinya yang rutin membaca manga di malam hari, membuat otaknya mencuri waktu untuk terlelap di sela-sela proses pembelajaran.

Sepertinya aku harus ke kamar mandi untuk membasuh wajah.

Berangkat dari pemikiran itu, akhirnya ia memberanikan diri meminta izin kepada guru yang tengah mengajar. Walau harus mendengarkan ceramah singkat karena alasannya, setidaknya ia bisa keluar sebentar dari suasana tegang khas pelajaran berhitung itu.

Iseng, Yousuka memilih ke kamar mandi yang berada di dekat asrama mereka, jauh dari kelasnya. Entah mengapa akhir-akhir ini ia selalu merasa gelisah. Setidaknya berjalan-jalan di saat seperti ini bisa mencerahkan matanya.

Sebelum mencapai tujuan, Yousuka terhenti di salah satu dinding lalu merapatkan diri di sana. Bukan tanpa alasan. Namun, sesuatu di balik sana menarik perhatiannya. Hati-hati, ia memutuskan untuk mengintip.

Manik cokelatnya seketika melebar begitu melihat apa yang terjadi. Di sebuah gazebo yang tak jauh dari sana, suara sedikit riuh berasal dari penduduknya. Surai-surai bak pelangi itu membuat Yousuka mengeryitkan alis. Jadi, mereka sudah ada di sini ya?

Lama memperhatikan para remaja itu membuatnya tidak menyadari ada yang mengawasinya dari balik punggung. Ia terkejut begitu merasakan tepukan singkat di bahu. Terlebih setelah mengetahui pelakunya. Membuat mood-nya seketika kacau.

"Apa yang kau lakukan di sini? Ini masih jam belajar kan?"

"Aku hanya kebetulan lewat. Jangan merasa kau tahu segalanya."

Nijimura ganti mengeryitkan alis melihat reaksi yang diwujudkan secara ketus itu. Ia melirik sebentar ke arah gazebo –di mana teman-temannya berkumpul semua–, lalu kembali kepada Yousuka yang akan pergi.

"Ada apa lagi?" Yousuka menahan kesal begitu tangannya ditahan oleh lelaki itu, "jangan harap aku akan mengucapkan "selamat datang kembali" kepadamu, Aho!"

"Kau tahu? Kau sudah mengucapkannya, lho." Nijimura tersenyum miring. Lalu mengambil langkah ke belakang begitu mendapati sebuah tendangan mengarah ke lututnya. Sementara Yousuka dengan cepat menghilang dari tempat itu.

"Welcome back, huh?"

*****

"Ai-nee, kau kelihatannya sedang bad mood kah?" Narahashi menaikkan satu aslinya melihat kakak tingkatnya itu yang memakan rotinya dengan kasar. Dirinya menoleh begitu mendengar suara Yuuki yang memanggilnya, memberikannya sebuah sandwich berbentuk segitiga.

"Hanya sedikit kesal karena si Monyong itu," sahut Yousuka sebelum kembali fokus pada roti isi cokelat di genggaman.

"Si Monyong?" beo Kuruka. Yang lain terlihat penasaran, tapi gadis itu enggan menjawab.

"Apakah yang kau maksud itu adalah Nijimura-kun?" Yuka yang telah selesai dengan es krimnya menjadi sedikit panik begitu melihat Yousuka yang tersedak karena ucapannya.

"Nijimura-san? Bukannya dia mungkin sudah kembali ke rumahnya di Amerika?" Kali ini Hoshitsuki yang bersuara.

"Tidak. Ia ada di sini. Lengkap bersama Kiseki no Sedai yang lain," tukas Yuka. Sontak semuanya terkejut. Siapa sangka jika musuh mereka itu kembali setelah nyaris hilang beberapa waktu?

"Sebenarnya alasan kami untuk mengumpulkan kalian semua di sini karena masalah ini. Aru-jisama tadi memanggil kami dan memberitahukan bahwa Kiseki no Sedai sudah datang sedari pagi. Ia meminta kita untuk makan malam bersama di aula utama." Asakura menjelaskan alasannya. Baru setelah itu yang lain sudah sedikit tenang.

"Jangan bilang kalau Aru-jisama benar-benar akan menjalankan rencana yang ia bilang tempo hari?" celetuk Yuuki.

"Sepertinya iya. Tidak ada alasan lain mereka ada di sini selain itu, kan?" Akio menimpali rekannya itu, kemudian kembali menyesap minumannya.

"Ngomong-ngomong, darimana Ainawa-san tahu mereka ada di sini?"

"Aku secara tidak sengaja bertemu dengannya ketika akan ke kamar mandi. Mereka juga berkumpul di gazebo di belakang dorm." Yousuka menjawab pertanyaan dari Fukuda. Ia menyadari bahwa tatapan Naimiya agak berbeda.

"Patut dirimu kembali ke kelas nyaris ketika pelajaran IPA akan berakhir," ujarnya datar. Ia lantas memutar bola mata begitu Yousuka diam-diam memberikan peace sign.

Mereka bersepuluh kemudian saling memberikan spekulasi tentang kedatangan Kiseki no Sedai. Termasuk perkiraan akan tugas yang diberikan setelah ini kepada mereka semua. Yang di mana itu tidak akan seperti bayangan yang terpikirkan.

*****

Reikoruchi Mabuya tampak sibuk di ruang dapur. Kepala koki utama di Yobushina itu berulang kali mengecek pekerjaan anak buahnya. Semua bahan dan bumbu pun tidak lewat dari inspeksi yang ia lakukan. Sampai ia sadar bahwa salah seorang tukang masak memberitahukan bahwa ada yang mencarinya.

"Ah, rupanya dirimu. Ada yang bisa saya lakukan untukmu, Sensei?" ujarnya ramah begitu mengenali sosok yang mencarinya.

Di keremangan, sosok itu memberikan senyum manis. Disodorkannya sebuah tabung kecil berisi cairan bening dengan sumbat gabus kepada pria tua itu. Memaksa Reikoruchi yang kebingungan untuk menerimanya.

"Aruka-sama memintamu untuk menuangkan ini pada makan malam untuk para keponakannya, Reikoruchi-san." Bibir berpoles gincu merah itu melebar melihat tabung itu berpindah tangan.

*****

"Apakah mereka sudah siap, Kei?"

"Sudah, Kugori-sama. Mereka akan tiba beberapa saat lagi. Adapun Shiiya-sama dan Kiseki no Sedai sudah menunggu di ruang makan."

Yufaruto membungkuk dalam pakaian jas serba hitam itu, memberikan hormat kepada Aruka yang tengah memasang jam tangan hitam kesayangannya. Ia pun kembali tegak begitu tuannya membalikkan badan.

"Baiklah. Sekarang, kau carilah Hakanatsu dan ajak ia makan bersama. Tempatnya sudah kusiapkan di Isera."

Tentu saja Yufaruto menjadi kaget mendengar nama tempat yang disebutkan oleh Aruka. Karena tempat itu memiliki posisi khusus selain Mezzaluna yang berada di Kyoto. Suatu kawasan yang hanya digunakan untuk misi tertentu.

"Kau tahu kan apa yang harus kau perbuat di sana?"

"Yes, Sir!"

Tentu saja yang harus ia lakukan di sana sesuai dengan nama tempatnya. Isera.

*****

"... Akhir kata, aku ucapkan selamat datang kembali kepada kalian semua." Aruka tersenyum tipis setelah memberikan sambutan singkat di acara makan malam kali ini. Iris ruby-nya menatap sekeliling. Menangkap setiap ekspresi dari setiap kursi yang terisi.

"Terima kasih atas sambutanmu yang begitu hangat, Kugori." Seizouru yang merasa diri sebagai perwakilan dari yang dimaksud, membalas singkat. Ia pun segera mengangkat gelas berisi wine di dekatnya sebagai penghormatan terhadap Aruka yang melakukan hal serupa.

"Ayo. Kalian makanlah dengan tenang sampai puas. Bagaimanapun, kalian semua adalah keponakanku yang tersayang." Ujaran samar itu sempat menghentikan aktifitas di ruang makan hingga semuanya menatap Aruka sekilas. "Ada apa? Mengapa kalian menatapku seperti itu?" sambung Aruka melihat apa yang terjadi.

"Kau tetap menyebut kami keponakanmu, tapi tidak pernah memberitahukan alasannya, Kugori-jisama. Apa maksudnya itu?" Akashi dengan tenangnya menyambut pertanyaan itu. Matanya menyipit kala melihat Aruka yang sepertinya menahan tawa.

"Dan berapa kali aku harus bilang, bahwa kalian semua belum saatnya mengetahui hal itu, hm? Seijuurou, jangan membuatku tertawa dengan fakta kalau kau juga melupakan hal sepele semacam itu," ujarnya seraya terkekeh kecil. Jemarinya kemudian menyapit garpu di depannya, lalu mulai memakan makanan yang disajikan.

Akashi hanya menghela napas melihat tingkah kakak ipar ibunya itu. Benar-benar merepotkan untuk ukuran orang dewasa. Namun, hal seperti itu tidak ia pikirkan terlalu lama karena Seizouru terlebih dahulu menegurnya untuk melanjutkan acara santap malam itu.

*****

Menu utama sudah tersingkirkan. Sekarang, berbagai makanan dalam porsi kecil juga buah-buahan sebagai penutup yang terhidangkan. Walaupun demikian, suasananya masih sama. Tak berkurang, malah semakin memberat.

"Baiklah. Seraya kalian melanjutkan santapan kalian, aku akan membicarakan beberapa hal. Kuharap, kalian tidak akan menyela sampai aku membuka sesi pertanyaan. To the point saja. Kalian, Kiseki no Sedai, akan bersekolah di Yobushina sampai batas waktu yang belum ditentukan. Lalu Straight, akan menjadi guide mereka selama itu."

Ucapan yang disampaikan dengan tenang itu sukses membuat mereka semua terdiam. Bahkan ada yang merasa tersedak. Wajah mereka semua menampilkan satu hal; ketidakpercayaan.

"Apa maksud—"

"Apakah aku harus mengulang pernyataan tidak boleh menyela, Kuroko?" Aruka tersenyum tipis yang berbanding terbalik dengan tatapannya kepada remaja bersurai langit itu. Kontan saja semuanya memilih mengunci mulut.

"Di sini, akan ada beberapa perubahan, seperti tingkat dan pembagian kelas. Pertama, tingkat kelas untuk Kiseki no Sedai tetap seperti pada sekolah sebelumnya. Adapun Straight menyesuaikan. Berarti, akan ada yang naik tingkat. Begitu pula sebaliknya. Untuk seragam dan segala hal lainnya, aku sudah mempersiapkannya. Kalian akan menemukan perlengkapan itu di kamar kalian masing-masing. Sampai di sini, apakah ada pertanyaan?" Aruka mengedarkan pandang. Lalu menemukan Narahashi mengangkat tangan. Ia pun mempersilakan.

"Apa maksudmu dengan kami sebagai guide mereka dan mengapa?"

"Itu sudah jelas. Kalian yang akan mengawasi dan menjaga segala tindak tanduk mereka di sekolahku ini. Lalu untuk alasannya, sudah jelas. Status Kiseki no Sedai lebih tinggi daripada kalian, Straight. Kau ingat hubungan antara hero dan sidekick pada anime yang sering kau tonton itu, Narahashi? Maka seperti itulah hubungan kalian. Namun ditambah dengan fakta kalian juga bertugas untuk menjaganya. Dengan kata lain, mereka adalah tuan kalian."

Straight kompak menunjukkan wajah tidak setuju. Demi apa mereka mendapatkan hal seperti itu, terlebih Kiseki no Sedai adalah musuh mereka terdahulu? Apapun jawabannya, Aruka sudah gila menurut mereka.

"Sebenarnya masih terlalu dini aku mengatakan masalah hero-sidekick ini kepada kalian. Tapi tak apa. Kurasa ini perlu mengingat kalian harus membangun chemistry yang baik antar satu sama lain, terutama pada partner kalian masing-masing."

Aruka kemudian mengambil sebuah map yang ternyata ada di dekatnya. Membukanya, lalu berkata, "kulanjutkan. Adapun pembagian kelasnya sebagai berikut. Di kelas 2-1, Murasakibara Atsushi, Hoshitsuki Icha, Kuroko Tetsuya, Kuruka Akari, Momoi Satsuki, dan Yuka Yoshioka. Untuk kelas 2-2, Akashi Seijuurou, Yuuki Arisa, Kise Ryouta, dan Akio Karaniya—"

"Maaf, Aru-jisama. Apakah kau yakin dengan pembagian kelas seperti ini?" tanya Yuka tiba-tiba.

"Memangnya mengapa, Yuka? Bukankah kalian semua mendapatkan pendidikan khusus di luar jam sekolah sehingga tingkat pengetahuan kalian sama? Jadi, pengacakan kelas seperti ini tentunya bukan masalah besar," jawab Aruka.

"Huft ... baiklah. Kau bisa melanjutkannya, Aru-jisama." Aruka hanya tersenyum tipis melihat anggota Straight yang paling patuh kepadanya itu. Walau tidak menutup kemungkinan sebenarnya Yuka tidak terima dengan keputusannya.

"Lalu, kelas 2-3 diisi oleh Kagami Taiga, Naimiya Hanaru, Aomine Daiki, dan Fukuda Mika. Midorima Shintarou, Asakura Haruka, Haizaki Shougo, dan Narahashi Akemi ditempatkan di kelas 2-4. Adapun yang terakhir, Nijimura Shuuzou dan Yousuka Ainawa, kalian berdua akan menjadi anggota dari kelas 3-1. Kalian semua akan memulainya esok hari hingga ke depannya. Untuk Kiseki no Sedai, jika ada yang tidak kalian mengerti tentang segala hal di Yobushina, kalian bisa menanyakannya pada anggota Straight, terutama guide kalian masing-masing."

"Oh ya. Kalian tidak perlu khawatir akan status di sekolah lama kalian. Semenjak keberangkatan kalian ke Hokkaido, kalian sudah resmi menjadi murid Yobushina. Jadi, tidak ada Seirin, Rakuzan, Kaijou, Yosen, Touou, Shuutoku, atau Fukuda Shogo di sini. Kalian semua adalah Yobushina. Baiklah. Sekarang aku akan mendengar protesan kalian tentang ini." Aruka menyeringai begitu melihat air muka dari para remaja di depannya. Tatapannya kemudian berubah lurus kepada Seizouru.

"Atau kau ingin menampiknya, Shiiya?" ujarnya halus.

"Tidak. Tidak ada yang perlu kukritik karena aku sudah menyetujui semuanya jauh-jauh hari," balas Seizouru datar. Seandainya jika bukan karena resikonya, aku tidak akan sudi memberikan Kiseki no Sedai di bawah pengajaranmu, Kugori.

"Seperti yang kuharapkan. Lalu, bagaimana dengan kalian?" Ruby milik lelaki itu secara perlahan menjejak wajah para remaja di depannya. Hingga berhenti di Yuka dan Akashi yang kebetulan duduk berseberangan.

"Bila Shiiya-basama mengatakan hal seperti itu, kurasa kami juga sama," jawab Akashi setelah bermain kontak mata dengan seluruh rekannya.

"Kami pun sama. Tetapi, bila di kemudian hari kami merasakan sesuatu yang janggal, kuharap kau tidak marah jika kami memprotes kebijakanmu ini, Aru-jisama," imbuh Yuka.

Aruka mengangguk santai. Walau ia sempat menduga akan ada penolakan, terutama dari Straight, ternyata semuanya berjalan mulus. Tentunya ini akan membuat semua rencana yang sudah ia siapkan akan berjalan lancar. Setelah memberikan informasi tambahan berupa sistem pembelajaran di Yobushina, Aruka pun menutup pertemuan kali ini.

"Baiklah. Kalian semua boleh beristirahat sekarang. Selamat malam."

Gotcha. Now you all are trapped in my games.

.

.

.

Permainan di dalam permainan. Bukan hal yang baru karena terlalu sering dilakukan. Bukankah itu benar, wahai manusia sekalian?

.

.

.

Hyah. Akhirnya setelah nyaris 3 bulan gak bikin, nih book update lagi. Hontou sumimasen deshita ><

Maafkan jika ini kurang terasa feel-nya saking lamanya gak lanjut. Kesibukan sebagai kelas 12 membuat semua project terbengkalai. Author benar-benar meminta maaf.

Well, hope you like it! ><

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top