Lembar 10

    Pagi itu, hanya ada Taehwa dan Changkyun yang berada di meja makan. Sesuatu hal yang kerap terjadi, namun entah kenapa pagi itu terasa sangat berbeda menurut Changkyun.

    "Ayah," panggilan di tengah acara sarapan yang sejenak menghentikan aktivitas keduanya.

    "Kenapa?"

    "Ibu tidak pulang?"

    "Ibumu sibuk."

    Sesingkat itu, dan semua kembali ke sedia kala. Namun perasaan yang sudah memburuk sejak tadi malam membuat pemuda itu semakin tak tenang.

    Changkyun menaruh sendoknya di atas piring dan meski sudah berhati-hati, suara gesekan sendok dengan permukaan piring itu berhasil menarik perhatian dari sang ayah.

    Taehwa memperhatikan putranya. Membiarkan sejenak sebelum menegur, "kenapa berhenti? Makanannya tidak enak?"

    "Aku sudah kenyang."

    Taehwa turut menaruh sendok di tangannya. "Ada apa? Masih memikirkan yang semalam?"

    Changkyun menggeleng.

    "Lalu? Sekarang apa lagi?"

    Tampak begitu ragu. Changkyun seakan tengah memberanikan diri untuk mengatakan hal yang ingin ia sampaikan.

    "Ayah tidak akan marah. Katakan sekarang."

    "Butik ibu ... bagaimana jika di tutup saja?"

    Taehwa tertegun. Tentu saja permintaan putranya itu sangat aneh. "Ada apa? Kenapa tiba-tiba?"

    "Sejak Butik ibu sukses, ibu jarang sekali berada di rumah ... aku ingin ibu kembali seperti dulu lagi."

    Taehwa serba salah sekarang. Tak tahu harus memberi respon bagaimana.

    Changkyun kembali berucap, "jika ibu tidak sibuk di Butik, ibu pasti akan memiliki banyak waktu di rumah ... aku ingin ibu, seperti ibunya Jisung."

    "Memangnya bagaimana dengan ibunya Jisung?"

    "Ibunya Jisung selalu berada di rumah ketika Jisung pulang. Kemarin saat aku ke rumah Jisung, bibi Bora juga langsung menghampiri kami."

    "Kau pergi ke rumah Jisung?"

    "Aku mengganti pakaianku dan juga makan malam di sana."

    "Apa ayah Jisung juga ada di sana?" pertanyaan sederhana yang membuat jawaban Changkyun tertahan di tenggorokannya.

    "Kau tidak melihat paman Wonsik?"

    Changkyun menggeleng dengan berat.

    "Ya sudah, sekarang habiskan sarapanmu. Nanti malam, ayah akan bicara pada ibumu."

    "Aku sudah kenyang, aku akan berangkat sekarang." Changkyun beranjak dari duduknya.

    "Ayah antar atau di antar pak Han?"

    "Di antar pak Han saja ... aku pergi."

    "Hati-hati, jangan lewatkan makan siangmu."

    Changkyun hanya mengangguk dan meninggalkan ruang makan. Keluar dari rumahnya, Changkyun turun ke halaman dan mencari keberadaan pak Han.

    "Paman Han ..." pekik Changkyun.

    "Ye?" sahut pak Han yang tiba-tiba menyembul dari balik mobil dan sempat membuat Changkyun terkejut.

    Dengan senyum lebarnya, pak Han menghampiri Changkyun. "Tuan Muda ingin berangkat sekarang?"

    Changkyun mengangguk dan pak Han dengan sigap membukakan pintu untuk Changkyun.

    "Aku bisa membukanya sendiri."

    Pak Han tersenyum lebar. "Ini sudah pekerjaan paman."

    Pandangan Changkyun teralihkan oleh mobil Joohyun yang memasuki halaman. Buru-buru ia masuk ke mobil dan langsung menutup pintu dari dalam.

    "Paman, cepat masuk."

    "Ah, ye, ye."

    Pak Han buru-buru masuk. "Tuan Muda tidak ingin berpamitan pada nyonya dulu?"

    "Cepat jalan saja, aku sedang buru-buru."

    "Baiklah kalau begitu."

    Joohyun keluar dari mobil bersamaan dengan pak Han yang melajukan mobilnya. Joohyun memandang mobil yang di tumpangi putranya. Merasa aneh dengan sikap putranya yang sepertinya tengah menghindarinya.

    "Apa dia masih marah?" gumam Joohyun yang kemudian membawa langkahnya masuk rumah.

    Di ruang tamu, Joohyun bertemu dengan Taehwa yang hendak berangkat ke kantor.

    "Sudah mau pergi?" tegur Joohyun dan keduanya berhadapan. Joohyun kemudian membenarkan ikatan dasi Taehwa yang sedikit berantakan sembari berucap, "ada apa dengan Changkyun pagi ini? Apa dia mengatakan sesuatu padamu tadi malam?"

    "Dia melihat ayah temannya yang sedang berselingkuh."

    Batin Joohyun tersentak. Ia tersenyum canggung dan menarik tangannya. "Siapa?" tanyanya dengan hati-hati.

    "Dia tidak mengatakannya padaku. Nanti malam jangan kemana-mana. Ada hal yang harus kita bicarakan ... aku pergi dulu."

    Menolak pertanyaan yang mungkin akan di sampaikan oleh Joohyun. Taehwa memilih untuk segera pergi dari rumahnya dan meninggalkan Joohyun yang terheran-heran dengan tingkah suami dan putranya pagi itu.

    Changkyun menginjakkan kakinya di halaman sekolahnya dengan wajah yang terlihat murung, namun juga sedikit menakutkan jika di perhatikan baik-baik. Entah sejak kapan anak itu memiliki aura dingin yang tidak bersahabat.

    "Changkyun ..." sebuah teguran panjang dari arah belakang dan berhasil menghentikan langkah Changkyun.

    Changkyun berbalik. Mendapati Jisung berlari ke arahnya.

    "Semalam kau kemana? Kenapa tiba-tiba pergi?"

    "Tidak apa-apa?"

    "Tidak apa-apa bagaimana? Teman-teman mencarimu ... Yieun juga."

    "Boleh aku bertanya?"

    "Apa?"

    "Apa semalam ayahmu pulang?"

    Jisung menggeleng. "Ayahku ke luar kota, jadi dia tidak pulang. Ada apa?"

    Changkyun menggeleng.

    "Kau sedikit aneh. Kenapa tiba-tiba menjadi pendiam seperti ini?"

    "Hanya perasaanmu saja. Ayo."

    Changkyun merangkul bahu Jisung dan bersama-sama memasuki bangunan sekolah. Seperti nasehat sang ayah. Changkyun memutuskan untuk merahasiakan apa yang ia lihat semalam, setidaknya sampai ujian sekolah mereka selesai. Meski ia tidak yakin bahwa ia akan baik-baik saja ketika ia hanya berdiam diri saat ia mengetahui semuanya.

    Di atap gedung sekolah Changkyun sendiri. Gunhak dan Juyeon berdiri berdampingan di pinggir gedung.

    Juyeon berucap, "apa itu anak yang kau maksud?"

    Gunhak menatap penuh tanya. "Kau yang mengatakan bahwa anak itu adalah reinkarnasi dari Lim Changkyun Seonbaenim. Kenapa sekarang justru bertanya padaku?"

    "Aku hanya tahu itu dari rumor yang beredar. Aku belum pernah melihat wajah Lim Changkyun Seonbaenim sebelumnya."

    "Meski dia adalah reinkarnasi dari Lim Changkyun Seonbaenim, dia tetaplah seorang anak manusia. Bagaimana bisa dia melihatku?" gumam Gunhak seakan ingin bertanya pada dirinya sendiri.

    "Mungkin Kihyun Seonbaenim tahu jawabannya."

    Gunhak kembali memandang. "Haruskah melibatkan orang itu?"

    "Bersikap sopanlah pada seniormu."

    "Dia tidak ada di sini, santai saja," acuh Gunhak.

    "Ini sesuatu yang tidak bisa di biarkan. Jangan sampai hal ini menghambat tugasmu."

    "Apa seburuk itu?"

    "Kau harus berkonsultasi pada Kihyun Seonbaenim."

    Gunhak terlihat jengah. "Di antara semua senior, kenapa harus Kihyun Seonbaenim ..."

    "Karena Kihyun Seonbaenim adalah senior dari Lim Changkyun Seonbaenim. Sedikit banyak, dia pasti mengetahui tentang anak itu."

    "Di mana dia sekarang? Bukankah dia sudah kembali ke Asosiasi? Jika aku kembali ke Asosiasi aku pasti akan di kenakan sanksi."

    "Dia tidak kembali ke Asosiasi."

    Sebelah alis Gunhak terangkat. "Kenapa? Bukankah dia sudah pensiun?"

    "Dia kembali ke tugas awalnya sekaligus menjadi pengawas."

    Gunhak bingung. "Pengawas? Pengawas untuk apa?"

    "Pengawas bagi semua Dewa Kematian agar tidak melakukan kesalahan fatal seperti yang pernah di lakukan oleh Lim Changkyun Seonbaenim dan juga Kim Taehyung Seonbaenim."

    "A-apa, yang kau bicarakan? Sejak kapan pengawas juga di tugaskan di bumi?"

    "Kau harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Yang kudengar, Kihyun Seonbaenim tidak akan menegur sebelum masalah benar-benar telah menjadi tak terkendali ... secepatnya kau harus menemukan keberadaannya." Juyeon menghilang.

    "Ya! Jangan bercanda! Di mana aku bisa menemukan orang itu? Lee Juyeon ... Ya! Aish ..."

    Gunhak menggaruk kepalanya dengan frustasi sebelum berbalik dan menghilang setelah berjalan beberapa langkah.

    "Waktu tersisa, 27 hari."




Selesai di tulis : 16.05.2020
Di publikasikan : 16.05.2020

Di bawah ini adalah karakter yang di perankan oleh Changkyun ketika ia masih menjadi seorang Shinigami/Dewa Kematian, dalam Book Shinigami. Dan secara tidak langsung, dia adalah Senior dari Lee Juyeon.

Dan kemungkinan besar, beberapa orang dari Book Shinigami juga akan muncul sebagai Cameo di sini. Dan tidak menutup kemungkinan Kim Taehyung juga akan muncul🤣🤣🤣

Jika ada pertanyaan, silahkan di tanyakan.

Dan inilah sosok Dewa Kematian Lim Changkyun sebelum bereinkarnasi menjadi pemuda bernama Kim Changkyun, putra dari Papa Taehwa.


   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top