Lembar 03
Meninggalkan Seulgi di kedai, Taehwa kembali ke kantornya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Namun ketika ia hendak kembali masuk ke dalam mobilnya, seseorang datang menegurnya.
"Tuan Kim Taehwa."
Taehwa menoleh dan mendapati pria asing yang tampak tak lebih muda darinya. "Ya, benar. Ada yang bisa kubantu?"
"Ada kiriman untuk Tuan."
Pria itu menyerahkan amlop berwarna coklat berbentuk persegi. Taehwa sekilas membalik amplop tersebut guna menemukan identitas sang pengirim, namun tak ada tulisan apapun di sana.
"Di kirim atas nama siapa?"
"Untuk itu aku tidak tahu, Tuan bisa membukanya sendiri. Mungkin di dalam ada identitas pengirim ... kalau begitu aku permisi."
"Terima kasih."
Pria itu pergi, begitupun dengan Taehwa yang langsung masuk ke dalam mobilnya. Sekilas memperhatikan amlop di tangannya, Taehwa lantas menaruh amplop tersebut di atas dashboard. Menyisihkan rasa penasarannya dan memilih untuk segera pulang karena keluarganya telah menunggu.
Jalanan utama Ibu Kota yang cukup padat malam itu telah membuat Taehwa menghabiskan waktu cukup lama hingga sekitar satu jam kemudian, mobilnya baru memasuki halaman rumahnya. Dia hendak turun, tapi pandangannya menangkap amplop yang sebelumnya ia terima.
Ia kemudian mengambil amplop tersebut dan membukanya. Memasukkan tangannya ke dalam amplop untuk mengambil sesuatu yang yang berada di dalam amplop tersebut. Terdapat kerutan di dahinya ketika ia mendapati beberapa foto yang ia ambil dari dalam amplop tersebut.
Menaruh amplop yang sudah kosong itu kembali ke dashboard. Taehwa membalik tumpukan foto di tangannya dan seketika ketertegunan itu terlihat di wajahnya ketika mendapati sosok yang tak asing berada dalam foto tersebut.
Matanya mengerjap tak percaya sebelum akhirnya tangannya dengan cepat menukar posisi tumpukan foto-foto tersebut. Tangannya tiba-tiba sedikit gemetar, merasa pijakannya perlahan menghilang saat ia melihat setiap foto yang berada di tangannya. Di mana di sana terlihat istrinya yang tengah bersama pria lain.
Bukan orang asing lagi. Taehwa mengenal baik siapa orang itu. Pria yang baru ia kenal sekitar enam bulan yang lalu, rekan bisnis barunya yang tidak lain adalah Kim Wonsik.
Perlahan perasaan asing itu mulai menghimpit dada Taehwa. Dia tahu betul bahwa foto itu di ambil tidak lama ini, karena dia sangat hafal kapan saja Joohyun mengganti warna atau tatanan rambutnya. Tangan Taehwa mengepal. Inikah alasan istrinya berubah terlalu banyak akhir-akhir ini. Apakah dia sedang di khianati?
Mengembalikan foto-foto itu ke dalam amplop. Taehwa dengan asal melempar amplop tersebut ke kursi belakang dan menghempaskan punggungnya, sebelum satu tangan berakhir dengan memegang keningnya.
Mengabaikan pak Han, sang supir keluarga yang menunggu di luar mobil. Taehwa memilih berdiam diri di dalam mobil. Mengambil sedikit waktu untuk menenangkan diri sebelum ia berhadapan dengan putranya serta istrinya yang sepertinya sudah berpaling darinya.
Hubungan mereka memang tidak di mulai dengan perasaan. Namun setidaknya Taehwa memulai semua dengan tanggung jawab dan mengorbankan perasaannya sendiri. Tapi apa yang sekarang terjadi padanya? Apa yang sudah di lakukan oleh Joohyun padanya?
Wanita itu selalu menyuruhnya untuk memecat Seulgi dan menuduhnya berselingkuh dengan sang Sekretaris, tapi apa yang terjadi sekarang benar-benar di luar perkiraannya.
Meski Joohyun mengetahui hubungan Taehwa dan Seulgi di masa lalu, tapi Taehwa sebisa mungkin menjaga hati wanita yang menyandang status sebagai istrinya itu. Jadi, bisakah ia menjadikan ini sebagai alasan kemarahan pertama kalinya kepada Joohyun?
Tidak ada yang tahu. Namun Seulgi tahu, bahwa seorang Kim Taehwa tidak akan berbicara dengan nada membentak jika pria itu menganggap suatu masalah sebagai hal sepele. Jadi, apakah ini masih bisa di sebut sebagai hal sepele?
Istrinya bermain dengan pria lain di belakangnya, mungkinkah hal ini tak cukup membuat ayah satu anak itu mengeluarkan bentakkannya?
Cukup lama, hampir tiga puluh menit Taehwa berdiam diri di dalam mobil. Dan setelah merasa cukup tenang, pria itu keluar dari dalam mobil dengan membawa tas kerja serta jas yang menyampir di tangannya.
Pak Han yang melihat hal itu lantas bergegas mendekat, menampakkan sedikit kekhawatiran di wajahnya yang sedikit keriput ketika menyadari hal tak biasa terjadi pada tuannya malam itu.
"Tuan ..."
Tak banyak bicara. Taehwa memberikan kunci mobilnya dan meninggalkan pak Han begitu saja. Kembali memasuki kediamannya, tak ada lagi sambutan yang datang untuknya dan sepertinya ia sudah mulai terbiasa dengan hal itu. Biasanya pendengarannya menangkap suara televisi dari ruang keluarga. Namun malam itu rumahnya terlihat sangat sepi. Mungkin istrinya belum pulang lagi.
Bergegas menuju ke lantai atas tempat kamarnya berada. Raut wajah yang harusnya terlihat lelah setelah beraktivitas seharian justru terlihat begitu datar tanpa menunjukkan perasaan apapun. Bahkan tak ada kesedihan atau kemarahan yang terlihat di garis wajah pria itu malam ini.
Membuka pintu kamarnya dan mendapati bahwa Joohyun sudah duduk di depan meja rias. Joohyun sekilas menoleh dan memberikan sambutan ringannya.
"Sudah pulang?"
Taehwa tak menyahut, begitupun Joohyun yang kembali dengan kesibukannya sendiri. Taehwa menaruh tas kerjanya di kaki ranjang dan jas di atas ranjang sebelum bergegas menuju lemari pakaian masih dengan mulut yang terkatup rapat.
Dari cermin di hadapannya, Joohyun memperhatikan Taehwa dan menyadari bahwa ada yang berbeda dari suaminya malam itu. "Perlu kusiapkan air panas?" tawarnya berbasa-basi.
"Tidak perlu," sahut Taehwa sedikit kaku dan membuat Joohyun menatap heran.
Taehwa lantas masuk ke kamar mandi, begitupun Joohyun yang langsung menolehkan kepalanya. Wanita itu bergumam, "ada apa dengannya?" hanya sebuah pertanyaan tak berarti yang berlalu begitu saja.
Sekitar lima belas menit kemudian, Taehwa keluar dengan pakaian tidurnya. Di dapatinya sang istri yang sudah berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponsel di tangannya.
Satu helaan napas singkat Taehwa yang kemudian membimbingnya berjalan ke arah ranjang. Bukannya naik ke atas ranjang, Taehwa justru mengambil bantal yang biasanya ia gunakan serta sebuah Notebook di atas nakas dan berhasil mengalihkan perhatian Joohyun. Keduanya bertemu pandang.
"Aku akan tidur dengan Changkyun."
Hanya perkataan singkat yang kemudian membimbing langkah Taehwa meninggalkan kamarnya dan beralih ke kamar putranya yang berada di lantai yang sama dengan kamarnya.
Berhenti di depan pintu kamar Changkyun. Tangan Taehwa terangkat untuk mengetuk pintu di hadapannya sebelum membukanya secara perlahan dan mendapati putranya yang duduk di depan meja belajar tengah melihat ke arahnya.
"Ayah?"
Taehwa membuka pintu lebar-lebar dengan seulas senyum yang perlahan turut melebar. "Boleh ayah masuk?"
Mendapatkan anggukan dari sang putra, Taehwa lantas masuk dan menutup pintu sebelum menghampiri putranya tersebut. Satu usakan lembut ia berikan setelah menjangkau tempat Changkyun.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku sedang belajar, minggu depan sudah mulai ujian."
"Jangan malam-malam, tidak baik untuk kesehatanmu."
"Kapan Ayah datang?"
"Beberapa menit yang lalu ... kau sudah makan?"
Changkyun mengangguk dan pandangan pemuda itu tertuju pada bantal yang berada di pelukan ayahnya. Taehwa yang menyadari hal itu turut memandang bantal di tangannya dan tersenyum lebar setelahnya.
"Bolehkan jika ayah tidur di sini?"
"Kenapa Ayah ingin tidur di sini?"
"Ayah merindukanmu, memangnya tidak boleh?"
"Bukan begitu ... Ayah boleh tidur di sini."
"Kau tidak ingin tidur?"
"Sebentar lagi, aku ingin menyelesaikan ini dulu."
"Jangan terlalu di paksakan."
Taehwa memberikan kecupan singkat pada kepala Changkyun sebelum berjalan ke ranjang. Duduk di atas ranjang dengan menggunakan bantalnya sebagai sandaran. Taehwa mulai menyibukkan dirinya dengan Notebook di tangannya, meski pikirannya sama sekali tak mampu memikirkan apapun setelah mendapatkan kejutan beberapa waktu yang lalu.
Setelah hening untuk beberapa saat, Changkyun memutar kursinya ke samping hingga ia bisa melihat ayahnya. "Ayah," panggilan kecil yang seketika mengalihkan perhatian Taehwa.
"Ada apa?"
"Lusa aku mendapatkan undangan ulang tahun dari teman sekelasku."
"Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan."
"Pacarmu?"
"Bukan ... dia teman satu kelas. Bolahkan jika aku datang?"
"Boleh, besok carilah hadiah ulang tahun bersama bibi Seulgi."
"Bibi Seulgi?" gumam Changkyun, tak terlalu di dengar oleh Taehwa.
"Ada pertanyaan lagi?"
Changkyun sejenak terdiam dan tampak berpikir sebelum kembali melontarkan pertanyaan. "Jika aku lulus nanti ... boleh tidak, jika aku satu sekolah dengan Jisung?"
Netra Taehwa bereaksi. Cukup mengenal nama yang baru saja di sebutkan oleh Changkyun, pemuda yang tidak lain adalah teman dari putranya sekaligus putra dari rekan bisnisnya, Kim Wonsik. Taehwa hampir melupakan fakta bahwa Changkyun dan Jisung merupakan teman baik.
"Tidak boleh, ya?" tanya Changkyun sedikit berhati-hati.
"Kau akan masuk ke SMA Apgujeong. Jika kau ingin satu sekolah dengan Jisung, katakan padanya untuk bersekolah di sana juga."
"SMA Apgujeong?"
"Kau keberatan?"
"Tidak ... jika Ayah ingin aku pergi ke sana, aku akan pergi ke sana. Aku akan memberitahukan pada Jisung."
Changkyun kembali menghadap meja dan langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Jisung. Tanpa ia sadari bahwa sang ayah tengah memperhatikannya.
"Kau sedang apa?" Suara Changkyun terdengar pelan dan sedikit berbisik. Taehwa lantas membiarkan putranya dan kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Ayah menyuruhku masuk ke SMA Apgujeong ... katakan pada ayahmu bahwa kau juga akan pergi ke sana ..."
Kedua pemuda itu terlibat perbincangan yang cukup serius. Membicarakan tentang masa depan keduanya dan tak memungkiri adanya sedikit perdebatan yang tak sampai menimbulkan perkelahian.
"Tidak bisa ... aku tidak berani. Kau saja yang bilang pada ayahmu ... lagi pula SMA Apgujeong tidak terlalu jauh. Kita bisa pulang dengan berjalan kaki ..."
Berbicara beberapa menit, Changkyun sempat menahan tangannya untuk tidak memukul meja ketika keduanya terus berdebat dengan suara yang berbisik. Dan setelah perdebatan panjang mereka, pada akhirnya perdebatan itu di akhiri oleh Jisung.
"Akan kutanyakan dulu pada ayahku." Semudah itu dan sambungan terputus.
Changkyun menaruh kembali ponselnya dan menolehkan kepalanya guna melihat sang ayah dan mendapati bahwa pria yang selalu ia banggakan itu sudah tidur. Membereskan buku-bukunya, Changkyun memutuskan untuk menyudahi acara belajarnya dan menyusul sang ayah.
Bergerak dengan hati-hati naik ke atas ranjang. Changkyun mengambil Notebook di atas perut Taehwa dan menaruhnya di atas nakas sebelum menyusup ke balik selimut. Membenahi selimut sang ayah sebelum memperhatikan wajah yang tengah terlelap itu.
Sejenak terdiam, seulas senyum tipis itu lantas terlihat di kedua sudut bibir Changkyun. Pemuda itu mencondongkan tubuhnya dan memberikan satu kecupan singkat pada wajah sang ayah.
"Aku akan berhenti mencium Ayah saat masuk SMA ... selamat malam," gumam pemuda itu yang kemudian berbaring di samping ayahnya tanpa mematikan lampu, karena pemuda itu tidak bisa tidur dalam keadaan gelap.
Lima menit berlalu dan mata pemuda itu belum juga menutup ketika pandangannya tak juga lepas dari wajah sang ayah. Perlahan Changkyun bergerak mendekat dengan kedua tangan yang memegang lengan sang ayah. Wajahnya perlahan menempel pada lengan ayahnya, menghirup napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan.
Mungkin terdengar sedikit aneh. Tapi sejak masih kecil, Changkyun menyukai bau ketiak Taehwa. Dan bahkan dulu pemuda itu tidak bisa tidur jika tidak tidur di bawah ketiak sang ayah, karena hal itu pulalah yang membuat Taehwa selalu menjaga kebersihannya. Dan sepertinya kebiasaan itu terbawa hingga saat ini.
Dengan wajah yang bersembunyi pada lengan sang ayah, pemuda yang akan memasuki usia tujuh belas tahun itu terlelap dalam tidurnya.
Selesai di tulis : 01.04.2020
Di publikasikan : 01.04.2020
Untuk kali kedua saya membawa tema Merriage Life, dan semoga yang kedua ini tidak mengecewakan para pembaca seperti di Flower Breeze.
Sampai di sini, adakah yang kecewa dengan pembukaan kisah ini?
Selamat berbuka bagi yang menjalankan dengan di temani Papa Taehwa🤭🤭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top