🐱🐷1 Pemuda Misterius
"Kazuma, ingat cuci piringmu setelah makan. Aku berangkat sekarang." Seru pemuda bermarga Yoshino pada pemuda lain yang masih santai menghabiskan sarapannya.
"Siap komandan. Kau bahkan lebih cerewet daripada Ibuku." Gumamnya tanpa menoleh ke arah Hokuto.
Hokuto sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Kaos putih yang sedikit kebesaran membuat pemuda bersurai coklat itu semakin terlihat tampan.
"Aku berangkat."
"Anak itu berangkat pagi sekali. Apa dia ada janji dengan Itsuki?"
Hokuto mampir ke sebuah toko bunga. Membeli seikat bunga Lily. Untuk siapa lagi? Tentu saja kekasihnya, Itsuki. Mereka sudah berkencan selama enam bulan terakhir. Ya, berkencan diam-diam. Tak begitu sulit menjalani hubungan seperti ini karena sebelumnya, mereka memang selalu bersama.
Mungkin kawan-kawannya juga sudah lupa pada pengakuan Itsuki saat menolak Kanna, mahasiswi cantik incaran Takahide. Sudah satu semester sih. Banyak hal terjadi. Bahkan Kazuma dan Makoto sudah tidak malu lagi menunjukkan kedekatan mereka. Meskipun semua orang menganggap kedekatan mereka tak lebih daripada hubungan kakak adik.
Kalau bicara soal Itsuki, gadis-gadis terutama adik tingkat masih saja berusaha mendekatinya. Mengirim surat cinta, memberi makanan dan hadiah, sampai pernyataan cinta yang berakhir air mata. Tak hanya itu, Takahide tak pernah bosan menyuruhnya ikut kencan buta. Di mata orang lain, Itsuki memang jomblo tampan sih. Imej 'pangeran es yang sulit ditaklukkan hatinya' melekat erat padanya.
Itsuki masih tinggal bersama Maasu dan Makoto. Sedangkan Hokuto tetap bersama Kazuma. Meskipun terkadang mereka hanya saling menginap untuk melepas rindu atau sekedar berbagi perasaan. Kalau Hokuto, alasannya hampir selalu sama 'kangen Maasu.'. Bilang rindu saja masih malu.
🐱🐷
Hokuto berjalan menuju kampus dengan riang. Tak sabar ingin segera bertemu pujaan hatinya. Padahal semalam mereka menghabiskan waktu bersama seperti malam sebelumnya tapi rindu tetap saja memuncak. Obat rindu memang cuma jarak.
Lampu penyebrangan menyala hijau. Orang-orang termasuk dirinya berjalan melewati garis hitam putih untuk sampai disebrang. Ia mulai bersenandung.
For the first time in my life, I see the light
For the first time, I know why I'm standing here
It's crazy, oh baby just see my love inside
I never, never let you go, never let...
Belum sempat ia menyelesaikan lagunya, seorang pengendara sepeda tak sengaja menyenggolnya hingga ia terjatuh dan tulang keringnya membentur benda keras di sisi jalan. Bersamaan dengan jatuhnya, seikat Lily itu terlepas dari genggamannya.
"Awwwww..." Pekik Hokuto kesakitan.
Tangisnya pecah melihat seluruh bunga Lily nya diinjak oleh para pengguna jalan. "Maafkan aku, Itsuki."
Seorang pemuda yang terlihat seumuran dengannya mendekat dan menyerahkan setangkai bunga Lily. Hokuto menyeka air matanya. Ia masih sesenggukkan namun tangannya meraih satu-satunya bunga Lily yang tersisa. Pemuda itu berbalik lalu berjongkok di hadapannya.
"Ayo naik." Suruh pemuda misterius itu sambil menepuk bahunya.
Hokuto tak bergeming sembari menatap punggung sang pemuda. Ia memiringkan kepala sedikit untuk mengintip. Menerjapkan mata dan berusaha berpikir rasional. Pemuda ini ingin menolong atau menculiknya?
"Apalagi yang kau tunggu? Kau ingin digendong seperti seorang putri?" Pemuda itu menoleh tanpa mengubah posisinya.
"Aku tidak mau digendong. Aku bisa jalan sendiri."
Hokuto berusaha berdiri. Raut wajahnya tak bisa bohong. Ia menahan sakit luar biasa yang berpusat pada kaki kirinya.
"Sudah kubilang ayo naik."
Hokuto tak punya pilihan. Jika ia memberitahu Itsuki, pasti ia akan dimarahi karena ceroboh. Lebih daripada itu, ia tak ingin membuat Itsuki khawatir.
"Bagaimana kalau aku jatuh?" Tubuhnya sudah menempel pada pemuda asing itu.
"Kalau pegangan, kau tidak akan jatuh." Pemuda asing itu menyentuh punggung tangan Hokuto.
Kini kedua tangan Hokuto sudah melingkar erat di leher si pemuda. Suasana terasa canggung. Keduanya sama-sama tak bicara. Apa jangan-jangan dia menyesal menggendong Hokuto karena berat?
"Kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Hokuto gugup. Kenapa juga ia harus merasa gugup?
"Kamu mau dibawa kemana?"
"Itu kampusku." Hokuto menunjuk sebuah bangunan tingkat yang berada tak jauh dari tempat mereka berpijak.
Tanpa merespon apa-apa, pemuda itu terus berjalan ke depan. Ia tak mempermasalahkan pandangan aneh orang-orang ke arah mereka. Laki-laki menggendong laki-laki seperti ini, tentu saja aneh, bukan? Terlebih mereka tidak saling kenal. Memangnya ada orang asing yang mau melakukan ini pada orang yang tak dikenalnya?
"Kenapa kamu menolongku? Kita 'kan tidak saling kenal?" Lagi-lagi Hokuto mendominasi percakapan.
"Aku Fuju Kamio."
Pemuda itu mengeluarkan jawaban yang tidak nyambung dengan pertanyaan Hokuto.
"Aku tidak tanya namamu. Aku tanya alasan."
"Memangnya perlu alasan untuk menolong seseorang?"
"Tapi kau benar-benar menolongku 'kan? Maksudku, kau tidak berusaha menculikku?"
"Untuk sekarang belum. Tidak tau ke depannya."
Pemuda bernama Fuju ini pasti sudah gila. Hokuto hanya bisa menghela nafas sambil menyebutkan namanya, "Hokuto Yoshino."
"Sekarang kita sudah saling kenal, Hoku-chan. Kau ingin mengeluh apa lagi?"
"Jangan memanggilku begitu."
"Lalu kau ingin kupanggil apa? Kurus?"
Hokuto mengunci bibirnya. Semakin ia bicara, semakin tidak jelas arah pembicaraan mereka. Dalam lima belas menit mereka tiba di depan kampus. Seperti perkiraan Hokuto, mereka berdua menjadi pusat perhatian.
"Turunkan aku. Mereka semua melihat kita." Hokuto berusaha melepaskan diri namun pemuda itu masih menguncinya.
Fuju tertawa kecil, "Sudah jelaslah karena kamu digendong cowok setampan aku."
Hokuto membulatkan mata. Si Fuju ini tingkat kepedeannya sudah melewati batas.
"Terserahmu saja tapi cepat turunkan aku sekarang."
"Aku akan membawamu ke ruang pengobatan. Aku tidak mau dibilang setengah-setengah kalau menolong."
"Maaf, orang asing dilarang masuk ke kampusku."
"Aku juga kuliah disini."
Hokuto tidak percaya bahwa pemuda yang menolongnya satu kampus dengannya. "Kenapa tidak bilang?"
"Kau tidak tanya."
Sekarang Hokuto mulai geram. Semoga saja Itsuki tidak melihat mereka berdua. Tapi kampus ini terkenal dengan rumor yang mudah menyebar. Hokuto sudah berada di ruang perawatan. Fuju memeriksa luka memar di tulang keringnya.
"Lebih baik kau istirahat dulu."
"Aku akan kembali ke kelas. Ini 'kan cuma memar, nanti juga sembuh."
"Kalau tidak sembuh, bisa diamputasi lho." Godaan Fuju membuat Hokuto ketakutan.
"Aku hanya bercanda. Habisnya kau serius sekali." Fuju mengacak-acak surai coklatnya.
"Terima kasih sudah menolongku, Kamio-san." Mata Hokuto menyipit dengan senyum yang ia paksakan.
"Iya sama-sama. Ternyata kau berat juga ya, Hoku-chan." Fuju kembali terkekeh.
Seandainya jarak mereka dekat, Hokuto mungkin akan meninju atau menamparnya meski hanya sekali. Sebelum Hokuto merespon, ia mengambil setangkai bunga Lily yang tersisa. "Bunganya untukku saja ya? Sampai ketemu lagi."
Begitulah cara pemuda menyebalkan bernama Fuju Kamio berpamitan. Kini Hokuto dapat bernafas lega. Sedari tadi dadanya terasa sesak. Entah karena gugup atau kesal.
🐱🐷
Itsuki berhenti di ambang pintu dengan nafas ngos-ngosan. Sepertinya ia buru-buru mencari Hokuto setelah mendengar rumor yang beredar tadi. Itsuki mengatur nafas sebelum menghampiri kekasihnya yang masih terbaring di ranjang.
"Hokuto, bagaimana keadaanmu? Aku mende-"
"Aku baik-baik saja, Itsuki. Maaf ya, sudah membuatmu khawatir." Hokuto menceritakan seluruh alur yang terjadi kecuali percakapannya dengan si pemuda aneh yang menolongnya tadi.
"Orang yang menolongmu, dimana dia?"
"Aku lupa tanya jurusannya. Namanya Fuju Kamio."
"Baiklah. Aku juga harus berterima kasih padanya. Kazuma bilang kau berangkat lebih pagi. Lain kali aku akan menjemputmu, jadi kita bisa berangkat bersama."
Hokuto tersenyum. Pasti pipinya sudah memerah. Itsuki ikut tersenyum. Setidaknya hatinya sudah lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi pada kekasihnya. Ia menatap lekat ke pemilik senyum. Apa ada senyuman lain yang lebih manis dari milik Hokuto? Sepertinya tidak ada.
🐱to be continue🐷
📝 25/05/2020
Mei nulis cerita baru lagi. Maafin ya, padahal request-request kalian masih banyak yang belum Mei selesaiin.
Konflik yang ada di cerita ini terinspirasi dari 'FujuHoku photoshoot, Vivi Mag.'
Btw, kalian tim ItsuHoku atau FujuHoku nih?
Thank you for read, vote, and comments, ily 💛
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top