EPISODE 7: Elite School at Gangnam
행복한 독서
Selamat Membaca
🍂🍂🍂
Stand in this center, unfold it all
In an instant, game over (yeah)
NCT Dream - Arcade
~~~
"Ini sekolah barumu!"
Donghae menghentikan mobil yang ia kendarai di halaman parkir sekolah. Sebelum memasuki halaman sekolah, Sungkyung sempat melihat tulisan yang tertera tepat di atas gerbang masuk, Gujeong High School. Sungkyung ternganga melihat nama sekolah yang akan menjadi tempatnya belajar. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat gedung sekolah tersebut yang menjulang tinggi.
Ternyata ini sekolahnya. Daebak, bukankah Gujeong High School sekolah terbaik dan terelit di Gangnam? Benar-benar di luar dugaan.
"Sungkyung-ah, gwenchana? Butuh sesuatu?"
Sungkyung spontan menoleh ke arah Donghae dan menggeleng kepala dengan cepat. Lagi-lagi ia merasa malu dengan tingkah noraknya. Kehidupan yang akan ia jalani saat ini benar-benar berbanding terbalik dengan yang pernah dirinya alami sebelumnya. Itulah mengapa Sungkyung sangat tidak bisa menahan diri dengan keterkejutannya.
Memang rasa sedih akan kehilangan sang ibu dan kakak masih belum usai. Namun, Sungkyung tidak menafikan jika sisi dirinya yang lain merasa sedikit senang karena mendapatkan banyak sekali fasilitas yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya. Walaupun resikonya adalah merasa tidak nyaman saat tinggal di rumah karena Taeyeon dan Jeno yang tak sepenuhnya menerima kehadiran Sungkyung.
"Yakin? Kamu dari tadi terlihat seperti memikirkan sesuatu. Jangan sungkan-sungkan mengatakannya pada Appa kalau kamu butuh sesuatu."
"Ah, mianhae. Aku hanya ... tidak menyangka saja."
Dahi Donghae mengernyit ketika mendengar jawaban dari sang anak. Ia bingung apa yang tidak disangka oleh Sungkyung.
"Maksudnya?"
Sungkyung menghela napas dengan pelan, lalu melanjutkan ucapannya, "Ya ... begitu."
Meski masih kebingungan dengan maksud Sungkyung, Donghae tetap tersenyum sembari mengelus pelan surai sang anak yang terikat rapi. Ia masih memaklumi jika anak gadisnya ini masih dalam masa adaptasi. Tentu tidak mudah bagi Sungkyung untuk mengungkapkan semua hal yang ia rasakan pada orang yang dirinya masih anggap asing. Donghae contohnya, meskipun pria itu adalah ayah kandungnya.
"Semoga kamu bisa beradaptasi dengan baik, ya? Appa tau tidak mudah untuk kamu menerima keadaan ini dengan begitu cepat. Appa hanya ingin yang terbaik untuk kamu."
Sungkyung mengangguk pelan menyetujui ucapan Donghae. Benar, ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Hanya ini salah satu cara agar Sungkyung tetap bertahan hidup dan juga mencari tau siapa pembunuh Yoona dan Jaemin yang hingga saat ini masih belum terungkap. Sungkyung tentu tidak bisa berdiam diri selama ibu dan kakaknya belum menerima keadilan.
Ia selalu mengingat nasehat yang pernah diberikan oleh Jaemin.
Hidup ini keras, Sungkyung-ah. Kamu boleh menangis, kamu boleh bersedih, karena itu reaksi normal bagi manusia, tapi jangan terus terpuruk dengan keadaan. Harus segera bangkit agar masalah bisa dihadapi. Lawanlah masalah, jangan masalah yang melawanmu.
"Ayo, keluar. Appa akan menemanimu ke ruang guru karena hari ini adalah hari pertama kamu sekolah."
Sungkyung mengangguk pelan setelah mendengar ajakan Donghae. Namun, tiba-tiba tangan kecil gadis itu dengan cepat menahan lengan Donghae, padahal pria tersebut akan membuka pintu mobil dan keluar.
"Wae, Sungkyung-ah? Butuh sesuatu?"
Awalnya Sungkyung ragu ketika akan mengatakan apa yang mengganjal di pikirannya. Akan tetapi, ia sudah terlanjur menahan lengan sang ayah sehingga mau tak mau Sungkyung perlu mengatakannya.
"Ahjussi ... benar-benar akan membantuku untuk mencari pembunuh Eomma dan Jaemin Oppa, kan?"
Donghae tertegun ketika mendengar ucapan Sungkyung yang penuh harap. Ia ingat bahwa dirinya dulu pernah berjanji pada Sungkyung saat gadis itu masih dirawat di rumah sakit. Janji untuk membantu Sungkyung mengungkap pelaku kejadian mengerikan malam itu.
"Tentu saja, Sungkyung. Tanpa kamu minta, Appa akan melakukannya. Appa terus mengikuti perkembangan penyelidikan polisi atas kasus yang menimpa Eomma-mu dan Jaemin. Kamu tenang saja, semua itu akan Appa urus," ujar Donghae dengan tulus.
"Ayo kita masuk, kamu hanya perlu fokus pada sekolah. Semua urusan terkait Eomma-mu dan Jaemin, Appa yang akan mengurus. Arraseo?"
Sungkyung melepaskan pegangan tangannya pada lengan Donghae, lalu mengangguk pelan. "Gomawo, Ahjussi."
🍂🍂🍂
"Dengar-dengar, adiknya Jeno sunbaenim bakal sekolah di sini, ya? Jadi anak baru?"
"Jinjja? Kata siapa? Bukannya Jeno sunbaenim itu anak tunggal, ya?"
"Katanya sih dia itu adik-"
"Sonsaengim datang! Ayo, kembali ke tempat kalian."
Beberapa murid yang sedang bergerombol langsung menghambur ke arah bangku masing-masing saat sang ketua kelas memberikan titah. Mereka mulai sibuk mencari buku dan beberapa alat tulis. Namun, ada pula yang sejak tadi hanya duduk di kursi tanpa berbicara apapun.
Beberapa detik kemudian, benar ucapan sang ketua. Seorang wanita muda dengan potongan rambut pendek berjalan masuk. Akan tetapi, ada hal lain yang menarik perhatian siswa-siswi di kelas 10-2, yaitu sosok gadis yang berjalan tepat di belakang guru mereka.
"Selamat pagi, Anak-Anak. Mungkin kalian sudah mendengar kabar akan ada murid baru di sekolah kita. Dan dia akan menjadi teman sekelas kalian. Ayo, perkenalkan diri dulu."
Sungkyung yang kini berdiri di muka kelas, lebih tepatnya di samping sang guru dengan name tag Kang Seulgi, mendadak saja merasa gugup. Ia dapat merasakan bulir keringat dingin sebesar biji jagung mengaliri pelipisnya. Kedua tangan Sungkyung juga agak gemetar. Namun, sebisa mungkin ia mengatasinya dengan baik.
"Annyeonghaseyo, Na Sungkyung imnida. Semoga kita bisa berteman baik."
Setelah Sungkyung memperkenalkan diri, mendadak saja suasana hening di kelas 10-2 beralih menjadi banyak bisikan yang melanglang buana.
Mworago? Katanya dia adik Jeno sunbaenim. Kenapa marganya Na?
Benar, marga Jeno sunbaenim kan Lee.
Nah, dugaanku benar berarti. Dia adik angkat Jeno sunbaenim!
Benarkah?
"Anak-anak, tolong tenang. Jangan berbicara sendiri, hargai teman baru kalian!"
Suasana seketika menjadi hening ketika Seulgi, wali kelas 10-2, menegur mereka. Sungkyung mendadak saja merasa canggung. Terlebih lagi ketika tak sengaja mendengar beberapa bisikan dari mereka. Lagipula tak ada gunanya pula Sungkyung membantah prediksi mereka yang kurang tepat. Memangnya siapa yang mau percaya pada Sungkyung?
Ia pun teringat dengan ucapan Taeyeon yang menahan lengannya sebelum berangkat sekolah bersama Donghae.
Ingat, Sungkyung-ah. Jangan bilang pada siapapun kalau kamu adik tirinya Jeno. Jangan membuat anakku malu, arraseo?
"Sungkyung-ssi, sekarang kamu duduk di bangku yang kosong situ, ya!"
Netra Sungkyung langsung memindai bangku yang ditunjuk oleh Seulgi. Dapat ia lihat, ada seorang lelaki duduk di sana dan bangku sebelahnya kosong. Sepertinya bangku itu yang dimaksud oleh sang guru. Akhirnya Sungkyung pun mengangguk dan duduk di bangku yang terletak di belakang dan pojok kanan.
Ah, ralat. Dia bukan duduk di tempat yang paling pojok, karena bangku kosong tersebut tepat berada di samping kiri pemuda yang kini duduk sendirian itu.
Dengan ragu, Sungkyung duduk di bangku tersebut sembari meletakkan tas ranselnya pada gantungan yang berada di samping meja. Ia mengambil beberapa buku dan juga alat tulis yang ada di dalam tasnya.
Setelah meletakkan barang-barang yang telah ia ambil tadi ke mejanya, Sungkyung menoleh ke arah kanan. Ia tertegun ketika pemuda yang menjadi teman sebangkunya ini menatap Sungkyung intens. Akhirnya pemuda itu menoleh ke arah kanan karena malu telah tertangkap basah menatap teman barunya.
Sungkyung spontan mengernyitkan dahi. Ia melihat sekilas ke arah blazer pemuda tersebut. Lebih tepatnya pada nametag yang terpasang di bagian dada sebelah kanannya. Tertera dengan jelas sebuah nama di sana.
Park Jisung. []
🍂🍂🍂
To be continued
PARK JISUNG
Cie, Sungkyung jadi temen sebangkunya Jisung, wkwk. Ada yang melayarkan kapal LamSung ga nih di sini? Haha.
Tunggu update selanjutnya, ya, untuk menyaksikan interaksi antara Sungkyung dan Jisung.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top