EPISODE 6: New Chapter

행복한 독서
Selamat Membaca

🍂🍂🍂

Tell me why I let you down
Any chance I get, I'm breaking down

NCT Dream - Sorry, Heart

~~~

Sudah tiga hari lamanya Sungkyung tinggal di rumah keluarga Lee. Namun, ia tak merasakan kenyamanan saat berada di sini. Jeno yang galak dan Taeyeon yang cuek membuat Sungkyung rasanya semakin pusing.

Akan tetapi, dia berusaha untuk tak memedulikannya. Lagipula masih ada yang memperhatikan Sungkyung di rumah ini, yaitu Donghae. Meski hal tersebut hanya berlaku sampai sang ayah berangkat kerja. Setelah itu, Sungkyung merasakan situasi tidak nyaman yang luar biasa. Untunglah beberapa asisten rumah tangga di rumah tersebut ada yang baik pada Sungkyung dan selalu mengajak gadis itu mengobrol saat kesepian.

Karena sudah tiga hari berlalu, sesuai kesepakatan yang telah dituturkan Donghae sebelumnya, hari ini Sungkyung akan bersekolah.

Di sekolah baru, lebih tepatnya di sekolah yang sama dengan Lee Jeno.

Belum berangkat ke sekolah saja pikiran Sungkyung sudah ke mana-mana. Membayangkan Jeno yang di dalam rumah saja galak pada Sungkyung, lalu bagaimana nasibnya ketika gadis itu di sekolah? Apakah Jeno akan sama galaknya? Atau tidak peduli.

"Sungkyung-ah, kamu sudah siap? Ayo segera sarapan!"

Sungkyung yang tengah melamun di depan cermin sontak terkejut ketika mendengar suara Donghae dari balik pintu kamarnya. Dengan segera ia merapikan dasi pada kerah kemeja putihnya, lalu mengambil blazer berwarna navy di atas kasur dan memakainya.

"Ne, sebentar lagi." Sungkyung kembali lagi menatap cermin dan merapikan blazer yang tengah ia kenakan, tak lupa pula merapikan rok pendeknya yang sedikit kusut karena terlalu lama duduk.

"Oke, Appa tunggu di ruang makan, ya."

Setelah seragamnya rapi, ia mengambil sisir dan juga ikat rambut berwarna hitam, lalu menguncir rambut lurus hitamnya berbentuk seperti ekor kuda. Dirasa benar-benar sudah siap, Sungkyung mengambil tas yang ia letakkan dekat kasur dan memikulnya pada kedua pundak.

Awalnya Sungkyung berjalan agak cepat menuju ruang makan karena perintah sang ayah tadi. Namun, langkahnya melambat ketika semakin dekat pada meja makan. Terlebih lagi ketika menatap ibu tiri dan kakak tirinya yang langsung makan tanpa menunggu kehadiran Sungkyung.

Selalu seperti ini ketika gadis itu akan makan bersama keluarga barunya.

"Sungkyung-ah, ayo cepat ke sini. Kamu akan terlambat berangkat sekolah nanti kalau tidak segera sarapan!"

Jeno yang sedang memakan potongan roti bakar spontan menoleh saat mendengar teguran sang ayah pada Sungkyung. Ia memutar bola mata dengan kesal, lalu melanjutkan aktivitas makannya. Bagi Jeno, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sial baginya.

Sungkyung mendudukkan diri pada kursi tepat di samping Jeno. Gadis itu terpaksa melakukannya, karena kursi yang berada di sebelah Donghae telah diduduki oleh Taeyeon, sehingga mau tak mau Sungkyung duduk di samping kakak tirinya. Ia sempat was-was ketika dilirik sekilas oleh Jeno. Netra lelaki itu tampak menyeramkan bagi Sungkyung.

"Sungkyung-ah, karena hari ini adalah hari pertama kamu sekolah, Appa sendiri yang akan mengantarkanmu. Nanti pulang sekolah baru kamu sama Jeno, ya?"

"Mworago?" Jeno yang terdiam sejak tadi sontak berteriak dan membelalakkan kedua netranya.

"Apalagi ini? Kenapa Appa selalu mengambil keputusan tanpa persetujuan?"

"Jeno-ya, dengar. Appa sengaja menyekolahkan Sungkyung di sekolah yang sama denganmu supaya kamu bisa menjaganya. Apa salahnya kamu mengantar-jemput Sungkyung?"

Namun, tentu saja Jeno tak menghiraukan ucapan pria yang ada di hadapannya. "Shireo."

"Lee Jeno!"

"Jeno-ya ...." Taeyeon yang duduk di samping Donghae berusaha untuk meredam emosi sang anak. Wanita itu tampak memaksakan kedua sudut bibirnya tertarik.

"Eomma, dia sudah besar. Dia sudah pasti bisa pulang sendiri, kan? Kenapa Eomma selalu menurut pada Appa padahal keputusan yang dibuat Appa sangat menyakiti Eomma? Aku tidak mau!"

"Yak, Lee Jeno. Jaga ucapanmu!"

"Wae? Sekali tidak, tetap tidak!" Jeno menggebrak meja makan dengan keras hingga membuat semua yang ada di sana terkejut. Pemuda berusia tujuh belas tahun itu langsung meninggalkan ruang makan tanpa banyak bicara.

"Jeno-ya, jamkkanman. Selesaikan sarapanmu dulu! Setidaknya bawa bekalmu." Taeyeon yang melihat roti di piring Jeno masih belum habis spontan ikut berdiri dan mengejar sang anak.

Kini, hanya Sungkyung dan Donghae saja yang tersisa di ruang makan tersebut.

"Sungkyung-ah, mianhae sudah merusak pagimu."

Sungkyung mengangkat kepala dan menatap raut sang ayah yang tampak menyesal. Gadis itu memberikan senyuman kecil. "Gwenchana, nanti Ahjussi bisa memberi tahu aku bus mana yang harus aku naiki saat pulang. Aku cepat menghafal jalan, kok."

Mendengar inisiatif sang anak, Donghae menggelengkan kepala dengan cepat. "Andwae, Appa akan menyuruh sopir Appa untuk menjemputmu nanti. Jangan pulang sendiri!"

"Arraseo," jawab Sungkyung yang diakhiri dengan helaan napas pelan.

🍂🍂🍂

"Annyeonghaseyo, Sajangnim." Seorang pria berusia kisaran kepala empat dengan pakaian berwarna hitam. Sepertinya seragam khusus untuk sopir.

"Annyeonghaseyo." Donghae tersenyum menatap sang sopir yang ada di hadapannya, lalu menoleh dan menatap Sungkyung.

"Sungkyung-ah, Appa lupa belum perkenalkan dia secara langsung ke kamu. Namanya Park Eunhyuk, kamu bisa memanggilnya Park Ahjussi." Sungkyung mengangguk pelan setelah mendengar penjelasan Donghae. Selama tiga hari ia tinggal di sini, Sungkyung memang beberapa kali melihat Eunhyuk, tetapi tak terlalu akrab dengan sopir keluarga Lee itu. Sungkyung hanya akrab dengan beberapa asisten rumah tangga di rumah ini saja. Itu pun karena Sungkyung sering bertemu mereka saat di dalam rumah.

Merasa dirinya diperkenalkan oleh sang majikan, Eunhyuk menundukkan punggung di hadapan Sungkyung. "Annyeonghaseyo, Agassi."

"Annyeonghaseyo, Ahjussi." Sungkyung pun spontan ikut menunduk.

"Eunhyuk-ssi, nanti tolong jemput Sungkyung saat pulang sekolah, ya? Masih ingat kan Jeno biasanya pulang jam berapa?" Donghae tanpa basa-basi langsung memberikan perintah pada sang sopir.

"Ne, Sajangnim. Saya akan menjemput Agassi pulang sekolah nanti."

Donghae mengangguk, lalu menepuk pelan pundak Eunhyuk. "Ya sudah, saya pergi mengantar Sungkyung dulu, ya. Sementara ini saya dulu yang mengantarnya. Selanjutnya, saya pasrahkan ke kamu untuk mengantar-jemput Sungkyung ke sekolah."

"Ne, Sajangnim. Hati-hati di jalan."

Donghae tersenyum lagi dan memeluk pundak Sungkyung. Mengajak sang anak untuk berjalan menuju mobil Donghae yang berada di dalam garasi. Mata gadis itu terbelalak lebar ketika mendapati beberapa mobil dan juga beberapa motor yang terjejer dalam garasi tersebut.

"Daebak," ucap Sungkyung lirih tanpa ia sadari. Dulu, keluarga Sungkyung hanya memiliki sebuah sepeda motor. Itu pun dipakai bergantian oleh Yoona dan Jaemin. Terkadang Jaemin mengalah tidak memakai sepeda motor saat berangkat sekolah atau ke tempat ia bekerja part time agar Yoona bisa berangkat bekerja dengan tenang.

Mendengar sang anak bergumam, Donghae menoleh pada Sungkyung sembari menaikkan sebelah alis. "Wae, Sungkyung-ah? Butuh sesuatu?"

"Ah, aniya. Gwenchana gwenchana." Sungkyung seketika merasa malu sendiri. Memang sudah tiga hari ia tinggal di sini, tetapi ini adalah pertama kalinya Sungkyung melihat kendaraan yang ada di dalam garasi milik Donghae.

"Baiklah kalau begitu. Kajja, kau bisa telat berangkat ke sekolah."

Sungkyung mengangguk cepat dan segera masuk ke dalam mobil yang pintunya telah dibuka oleh Donghae. Suasana ini tak pernah Sungkyung rasakan sebelumnya. Biasanya ia yang hidup serba hemat, kini Sungkyung seketika menjadi gadis beruntung karena tinggal di rumah milik seseorang yang sangat berkecukupan.

Ah, mana mungkin Sungkyung dikatakan beruntung jika ia terpaksa ditinggal pergi oleh dua orang yang paling dirinya sayangi? []

🍂🍂🍂

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top