EPISODE 5: Unilateral Decision
행복한 독서
Selamat Membaca
🍂🍂🍂
Every day so fast
It won't come live once
Better Than Gold - NCT Dream
~~~
"Ayo, makan yang banyak, ya!"
Sungkyung hanya mengangguk saat menanggapi ucapan Donghae. Suasana ruang makan keluarga Lee pada malam ini terlihat sangat canggung. Namun, Donghae berusaha semaksimal mungkin untuk mencairkan suasana. Terlebih lagi ini adalah makan malam pertama Sungkyung bersama keluarga barunya. Setidaknya, gadis itu bisa mendapatkan kesan yang baik dengan keluarga kecil Donghae.
"Jeno-ya, bagaimana sekolahmu? Lancar?" Kini Donghae mengalihkan pembicaraan dengan bertanya pada anak lelakinya. Mendengar pertanyaan Donghae, mendadak saja Sungkyung teringat jika ia sudah beberapa hari ini tidak masuk sekolah tanpa izin. Apakah pihak sekolah mengetahui musibah yang baru saja menimpa Sungkyung atau tidak, ia nyaris tak memedulikannya. Tahu-tahu, Sungkyung terus dibujuk oleh Donghae agar dirinya tinggal bersama mereka.
Sungkyung tak ada pilihan lain. Yoona merupakan anak tunggal dan kedua orangtuanya sudah meninggal. Sedangkan keluarga dari pihak Leeteuk sama sekali tak memedulikan Yoona, Jaemin, dan Sungkyung. Terlebih lagi ketika Leeteuk telah meninggal beberapa tahun silam. Alhasil, mau tidak mau ia setuju untuk tinggal bersama keluarga Donghae untuk tetap bertahan hidup.
Setidaknya sampai Sungkyung bisa bekerja dan memiliki uang yang cukup untuk tinggal sendiri.
"Ya, begitulah," jawab Jeno dengan singkat. Bahkan pemuda itu sama sekali tak menatap Donghae. Ia terlanjur kesal dengan keputusan sang ayah.
"Kamu tidak kesulitan saat di sekolah, kan?"
"Ani."
Donghae menghela napas pelan. Jeno mulai bersikap tak acuh dengannya. Donghae tahu jika ia salah karena telah berselingkuh dari Taeyeon, tetapi ia punya alasan kuat di balik itu. Lagipula Donghae juga merasa bersalah karena tak pernah merawat Sungkyung. Ia akan semakin merasa bersalah jika menelantarkan Sungkyung yang sebatang kara begitu saja.
"Sungkyung-ah, kira-kira istirahat di rumah sekitar tiga hari apa sudah cukup?"
Sungkyung yang tiba-tiba diberi pertanyaan sontak terkejut. Namun, ia berusaha menutupi dengan raut yang datar.
"Maksudnya?"
"Appa berencana memindahkanmu ke sekolah yang sama dengan Jeno agar kamu masih tetap terpantau. Appa bisa mengurus urusan sekolahmu dengan cepat. Jadi beberapa hari ini kamu di rumah dulu, ya?"
"Mwo?"
Jeno spontan berteriak ketika mendengar inisiatif dari sang ayah. Lagi-lagi Donghae mengambil keputusan secara sepihak tanpa persetujuan darinya. Semua yang ada di ruang makan langsung menoleh ke arah Jeno yang rautnya kini tampak tak nyaman dipandang.
"Wae, Jeno-ya?"
"Aku tidak setuju! Kenapa Appa selalu seenaknya mengambil keputusan?"
Taeyeon mengelus lembut pundak Jeno yang ada di samping kanannya. Wanita itu berusaha untuk tetap tersenyum agar dapat menenangkan emosi sang anak yang mulai meluap.
"Eomma tidak masalah kalau Sungkyung satu sekolah denganmu, Jeno."
"Eomma ...." Jeno menatap tak percaya pada sang ibu. Bagaimana mungkin Taeyeon dengan mudahnya menuruti semua keinginan Donghae?
Selepas menenangkan Jeno, Taeyeon menoleh ke arah sang suami dengan senyuman yang semakin lebar.
"Tapi, sesuai keputusan kita sebelumnya, Yeobo. Jangan beri tahu siapapun kalau Sungkyung ini anakmu. Jika ada yang bertanya, bahkan teman-teman Jeno di sekolah sekalipun, bilang saja kamu ini terlalu baik hati dengan anak sahabatmu dan bersedia mengangkatnya sebagai anak."
Tak hanya Donghae, Jeno sendiri juga tercengang dengan ucapan sang ibu. Rupanya Taeyeon memang tak sepenuhnya menerima kehadiran Sungkyung. Entah apa yang direncanakan ibunya, Jeno pun tak tahu. Sedangkan Sungkyung, ia diam saja mendengar keinginan wanita yang ada di depannya. Gadis itu sudah sangat mengerti bagaimana resiko jika tinggal bersama keluarga Donghae, dan inilah yang terjadi.
Bagi Sungkyung, setidaknya mereka mau menerimanya untuk menumpang tinggal di rumah ini dan bertahan hidup saja sudah lebih dari cukup.
"Yeobo, apa yang kau—"
"Wae? Aku kan sudah bilang sebelumnya, aku tidak masalah kalau kamu membawa anak hasil perselingkuhanmu itu untuk tinggal bersama kita, tapi aku juga memberi syarat kepadamu, jangan sampai ada yang tau kalau dia anakmu. Anggaplah kehadiran dia di rumah ini sebagai poin tambahan agar kamu dipandang publik sebagai orang yang sangat baik, karena bersedia menampung anak orang lain yang baru saja kehilangan orangtuanya."
"Yeobo ...."
"Bukankah menambah image yang bagus untuk dirimu itu bisa berpengaruh besar pada perusahaanmu? Coba bayangkan kalau banyak yang tau ternyata kamu berselingkuh, bukankah image-mu akan menjadi kurang baik? Musuhmu di luar sana banyak, loh, yang berlomba-lomba untuk menjatuhkanmu."
"Yeobo, please ...."
"Kalau kamu tidak setuju, ya sudah, bawa dia ke panti asuhan saja. Kamu ingat, kan, kalau Eomma sempat menentang keinginanmu yang ingin membawa anak itu ke sini? Dan kamu tau, kan, siapa yang berperan sangat penting untuk membujuk Eomma agar keinginan konyolmu itu terpenuhi? Ingatlah, aku bisa membalik keadaan, Yeobo."
Taeyeon langsung bangkit dari kursi setelah membersihkan sudut bibirnya. Sebelum benar-benar meninggalkan ruang makan, ia menatap Sungkyung yang tatapannya kosong ke arah piring. Taeyeon memberikan senyuman manis kepada gadis itu.
"Sungkyung-ah, sebaiknya kamu juga bersiap-siap untuk mengemas semua barangmu kembali. Tidak ada yang tau kan kalau Appa-mu itu akan menyanggupi permintaanku atau tidak. Benar?"
Sungkyung sama sekali tidak menanggapi ucapan Taeyeon. Bahkan ia tak berani meski hanya menatap kedua netra ibu tiri yang ada di hadapannya ini. Selepas berbicara panjang lebar, akhirnya Taeyeon benar-benar keluar dari ruang makan. Meninggalkan atmosfer menegangkan antara Donghae, Jeno, dan Sungkyung.
"Taeyeonie, jamkkanman. Tolong dengarkan aku!"
Donghae yang akan bangkit dari kursi lantas tertahan ketika Jeno menginterupsi. "Sudahlah, Appa. Eomma sudah terlalu baik menerima anak tidak tau diri itu untuk tinggal di sini. Hanya menuruti ucapan Eomma memang apa susahnya?"
"Yak, Lee Jeno! Jaga ucapanmu!"
"Wae?" Jeno spontan berdiri dan menggebrak meja dengan sangat keras. Hal tersebut membuat suasana ruang makan semakin terasa menegangkan. Sungkyung sempat terkejut, tetapi ia lagi-lagi hanya diam. Gadis itu takut jika ia berbicara sedikit saja akan semakin memperparah keadaan saat ini.
"Kamu sudah berani membantah dan membentak Appa?"
"Memangnya kenapa? Bukankah Appa sendiri juga sudah berani berselingkuh di belakang Eomma?"
"Lee Jeno! Apa kamu tidak mengerti sopan santun?"
Jeno berdecih pelan mendengar ucapan Donghae yang baginya seperti omong kosong. Ia sangat muak dengan sang ayah yang hingga saat ini tampak tak merasa bersalah dengan kelakuan bejatnya.
"Siapapun yang menyakiti fisik dan perasaan Eomma, aku tidak akan membiarkannya. Termasuk jika Appa yang melakukannya. Anak ini sudah lebih dari beruntung karena bisa tinggal di sini. Harusnya dia tahu diri, dong!"
Tanpa aba-aba, Jeno berjalan meninggalkan ruang makan dengan langkah yang dihentakkan keras. Kini yang tersisa di ruang tersebut hanya Donghae dan Sungkyung.
Pria berusia kepala empat itu mengurut pelan pangkal hidungnya, sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Lalu, kepala Donghae tertoleh ke arah Sungkyung yang berada di sampingnya. Gadis itu tampak berusaha untuk menikmati makanan di hadapannya yang masih belum habis.
"Sungkyung-ah ...."
"Mianhae."
Donghae mengerutkan kening ketika Sungkyung tiba-tiba meminta maaf. Ia bingung mengapa Sungkyung harus melakukan hal itu.
"Aku minta maaf untuk kejadian tadi. Mereka marah pada Ahjussi gara-gara aku. Lee Jeno salah kalau mengira aku tidak sadar diri, karena sebenarnya sejak awal aku memang sudah sadar diri."
"Sungkyung-ah, jangan begini. Ini bukan salahmu."
Sungkyung yang awalnya fokus dengan makanan di hadapannya, kini beralih menoleh ke arah Donghae. "Aku tidak masalah jika Ahjussi dan semua anggota keluarga di sini mengatakan pada publik kalau aku hanya anak angkat yang beruntung."
"Yak, jangan seperti ini! Appa akan membujuk mereka. Tenang saja."
"Percuma, tidak ada gunanya. Tapi kalau ujung-ujungnya nanti aku akan tinggal di panti asuhan ... aku juga tidak masalah. Yang penting aku bisa bertahan hidup untuk sementara dan mencari tau siapa yang telah membunuh Eomma dan Jaemin Oppa."
Sungkyung langsung menyelesaikan makannya dengan cepat dan segera beranjak dari kursi. Namun, kegiatannya terhenti ketika Donghae menahan lengan Sungkyung.
"Andwae, kamu tidak boleh tinggal di panti asuhan. Kamu masih punya Appa. Aku Appa kandungmu."
Donghae menghela napas dengan pelan sebelum melanjutkan ucapannya. "Jangan bicara seperti itu lagi, karena ... itu sangat menyinggung perasaan Appa. Kamu berbicara seolah Appa ini sudah tiada dan tak ada yang bertanggung jawab mengurusmu."
🍂🍂🍂
To be continued
~~~
A/n:
• Ani = tidak
• Mwo = apa
• Jamkkanman = tunggu sebentar
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top