EPISODE 3 : Stepsister

행복한 독서
Selamat Membaca

🍂🍂🍂

Now It's all gone and I
Found a reason to be myself

From Home - NCT U

~~~

"Kalian baru selesai makan, ya?" tanya Donghae sembari menatap ke arah meja makan. Tangan pria berusia kepala empat itu masih setia merangkul anak gadisnya yang berada di samping.

Jeno hanya diam memperhatikan sang ayah. Mendadak saja rasa benci menguar begitu saja kala menatap gadis yang berada di samping Donghae. Tanpa perlu diperkenalkan, ia sudah tahu bahwa gadis itu adalah adik tirinya.

"Ne, Yeobo. Aku baru saja selesai, tapi Jeno masih menyelesaikan makannya. Kamu sudah makan, kan?" balas Taeyeon yang berusaha untuk tetap mempertahankan senyuman. Sang suami pun mengangguk sebagai balasan.

Tadi Donghae mengatakan jika ia akan makan siang berdua dengan anak gadisnya di restoran, setelah selesai mengemas barang-barang sang anak untuk dibawa ke rumah ini. Itulah mengapa Taeyeon langsung mengajak Jeno makan siang berdua tadi.

"Ah, iya. Jeno mungkin baru pertama kali, ya, bertemu adik tirimu ini. Eomma-mu sudah pernah bertemu dia." Ucapan dari Donghae sontak membuat Jeno mengangkat sebelah alis. Ia baru tau jika Taeyeon ternyata pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya.

"Jadi, ayo kalian berkenalan dulu." Donghae pun mendorong Sungkyung yang masih terdiam di sampingnya dan memberikan aba-aba supaya berkenalan dengan Jeno. Namun, kenyataannya gadis itu masih saja terdiam. Ia sangat canggung dan bingung harus berkenalan dari mana.

Sedangkan Jeno, dia merasa kesal dengan titah sang ayah. Tentu saja lelaki itu hanya diam dan sama sekali tak berniat menatap gadis yang menjadi adik tirinya ini. Melihat situasi tersebut, Donghae pun menghela napas dengan lelah.

"Ah, sepertinya kalian tidak mau berkenalan duluan, ya? Masih canggung kah?"

Hening, sama sekali tak ada yang menjawab pertanyaan Donghae. Atmosfer di antara mereka mulai semakin tidak mengenakkan. Alhasil, pria berkepala empat itu berinisiatif untuk memperkenalkan mereka melalui dirinya saja.

"Jeno-ya, dia adik tirimu, Sungkyung. Dan Sungkyung, dia kakak tirimu, Jeno. Semoga kamu bisa rukun dengan kami dan betah tinggal di rumah ini ya, Sungkyung-ah," ujar Donghae dengan senyuman yang tak lepas dari rautnya.

Sungkyung hanya mengangguk sebagai jawaban. Pikirannya kini sangat kacau, ia hanya ingin beristirahat sejenak untuk menenangkan diri. Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian mengerikan itu, tetapi Sungkyung tak mungkin mudah melupakannya dengan cepat.

"Ya sudah. Kamu pasti lelah. Ayo Appa antar ke kamarmu."

Jeno yang mendengar Donghae menyebut dirinya appa pada Sungkyung membuat kepalanya terasa mendidih dan akan meledak pada saat itu juga. Baginya, Donghae benar-benar tak tahu malu dengan kelakuannya yang berselingkuh di belakang Taeyeon, dan dengan tak tahu dirinya justru mengajak anak hasil perselingkuhannya untuk tinggal bersama di rumah ini?

Pemuda berusia tujuh belas tahun itu terus menatap kepergian sang ayah dan Sungkyung yang berjalan menjauhi ruang makan. Pandangannya seolah tak ingin lepas.

"Jeno-ya, sudah. Lanjutkan saja makanmu." Jeno tersentak ketika tangan Taeyeon menyentuh bahunya. Ia lantas mengangguk pelan dan melanjutkan makan dengan selera yang mulai menghilang.

🍂🍂🍂

Darah yang mengalir dan teriakan histeris.

Mana mungkin Sungkyung melupakan kejadian itu begitu saja? Malam yang seharusnya menyenangkan bagi Sungkyung setelah mendapatkan janji traktiran rabboki dari sang kakak, rupanya beralih menjadi malam mencekam yang selalu menghantui pikirannya. Malam yang menjadi teror tersendiri bagi Sungkyung.

Meski Sungkyung tetap terlihat tenang di mata orang lain, tetapi jauh di lubuk hatinya ia sangat gelisah. Bahkan Sungkyung sering susah tidur karena takut tiba-tiba diserang oleh orang jahat itu. Ya, dia memang ingin mengetahui siapa yang dengan teganya telah membunuh Yoona dan Jaemin, tetapi bukan berarti bertemu langsung dengan orang tersebut dan di saat itu juga ajalnya dijemput.

Kini semuanya berlalu begitu cepat dan tahu-tahu sekarang Sungkyung tidur di atas sebuah kasur berukuran king. Suasana kamar ini sangat berbeda dengan kamar di rumahnya. Dinding berwarna cream serta berbagai furniture yang bernuansa warna pastel. Kamar ini pun dilengkapi dengan penyejuk ruangan, berbeda dengan kamarnya dulu yang hanya menggunakan kipas angin. Ini adalah kamar idamannya sejak dulu.

Namun, Sungkyung tidak terlalu antusias ketika Donghae menunjukkan kamar barunya. Mood-nya menguap begitu saja. Ia merasa malas untuk berinteraksi dengan siapapun. Bahkan saat mengobrol dengan Donghae tadi pun suasananya tampak canggung karena Sungkyung yang berkali-kali menunjukkan ekspresi tidak nyaman. Perasaan gadis itu masih sangat kacau untuk beradaptasi pada suasana dan lingkungan baru dengan waktu secepat ini.

Sungkyung merasa tak butuh ini semua. Ia hanya ingin terus bersama Jaemin dan Yoona, itu saja. Saat sang kakak dan ibu telah dimakamkan, Sungkyung tak dapat melihat wajah mereka untuk terakhir kalinya karena masih pingsan akibat syok berat. Untuk apa Sungkyung mendapatkan rumah dan kamar idamannya jika ia kehilangan orang tersayang?

"Sungkyung-ah!" Bunyi ketukan pintu diiringi suara berat milik Donghae menyadarkan Sungkyung dari lamunan. Dengan segera ia turun dari kasur dan membuka kenop pintu kamar kayunya yang berwarna cokelat.

"Kamu sudah berkemas?" tanya Donghae setelah Sungkyung membuka pintu. Ia melihat-lihat suasana kamar anak gadisnya.

"Sudah." Sungkyung menundukkan kepala seusai menjawab pertanyaan Donghae. Entah mengapa ia merasa segan pada pria di hadapannya ini, padahal pria tersebut adalah ayah kandungnya. Apakah mungkin karena mereka tidak pernah bertemu dalam jangka waktu yang sangat lama?

Donghae tersenyum tipis melihat reaksi sang anak yang masih canggung padanya. Namun, pria itu sama sekali tak menyalahkan Sungkyung karena apa yang dilakukan sang anak cukup wajar. Sebab baru kali ini mereka bertemu secara langsung.

"Appa mau mengajak kamu jalan-jalan, sekalian membeli beberapa kebutuhan buat kamu. Siap-siap, ya. Appa tunggu di bawah."

Sungkyung langsung mengangguk tanpa pikir panjang, sama sekali tak membantah. Donghae pun mengelus lembut rambut panjang Sungkyung yang terurai. Pria berusia kepala empat itu ingin menebus rasa bersalahnya selama ini pada Sungkyung karena tak pernah merawatnya dengan baik. Jangankan merawat, bahkan untuk melihat Sungkyung secara langsung saja selama ini bisa terhitung jari. Itu pun saat Sungkyung masih sangat kecil.

"Appa senang kamu menerima tawaran Appa untuk tinggal di sini. Appa janji akan menyenangkan kamu, memenuhi semua kebutuhanmu. Semoga kamu nyaman tinggal di sini. Maafkan Appa karena selama ini tidak pernah menemuimu secara langsung."

Sungkyung spontan mengangkat kepala dan dapat ia lihat, pria yang merupakan ayah kandungnya itu mulai menurunkan raut. Netra pria tersebut tampak memerah dan berkaca-kaca. Mendadak saja Sungkyung bingung ingin berkata apa.

"Ya sudah, kamu masuk sana dan siap-siap. Appa tunggu di bawah, di ruang tamu. Arraseo?"

"Ne," jawab Sungkyung sembari menganggukkan kepala. Setelah Donghae pergi dari kamarnya, gadis itu berniat kembali masuk ke kamar dan menutup pintu. Namun, kegiatan Sungkyung terhenti ketika seorang pemuda berjalan melewati depan kamarnya. Pemuda itu memberikan tatapan sinis, setelahnya memalingkan muka dan berjalan menuju kamar yang berada tepat di sebelah kamar Sungkyung.

Gadis itu menghela napas pelan. Sepertinya dia tidak akan dibiarkan begitu saja tinggal dengan nyaman di rumah ini. []

🍂🍂🍂

To be continued

~~~

A/n:
• Yeobo = panggilan sayang kepada suami/istri

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top