EPISODE 10 : Deja Vu

행복한 독서
Selamat Membaca

🍂🍂🍂

A space that unfolds the moment you open your eyes
It seems familiar, something new

NCT Dream - Déjà Vu

~~~

"Jisung-ah, kenapa kamu terlihat sangat gugup waktu di kantin tadi? Ah, lebih tepatnya waktu bertemu Jeno sunbaenim dan teman-temannya."

Jisung yang tengah menulis catatan di buku tulis sontak menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh sejenak pada Sungkyung, lalu beralih melanjutkan kegiatan mencatatnya. Raut pemuda bermarga Park itu sama sekali tak tenang ketika teman sebangkunya menanyakan hal tersebut. Ia juga takut jika ada teman-teman di sekitar yang mendengar pertanyaan Sungkyung.

Sungkyung tentu saja heran dengan respon Jisung. Ia merasa ada yang tidak beres pada lelaki itu.

"Baiklah kalau kamu tidak memberi tahu, aku tidak masalah. Lagipula aku hanya penasaran."

Jisung melirik lagi gadis yang duduk di sampingnya. Sungkyung kini mulai fokus mencatat materi tanpa menoleh lagi pada Jisung. Pemuda itu menggigit bibir dengan pelan. Awalnya ia ragu, tetapi Jisung mencoba untuk memberanikan diri. Ia mengambil secarik kertas, lalu tinta hitam dari pena yang dipegang Jisung bergerak pada kertas putih tersebut. Dengan perlahan, lelaki itu menggeser secarik kertas yang telah ia tulis ke samping.

Spontan saja Sungkyung menoleh. Gadis itu melirik sejenak pada Jisung yang tampak gugup sembari menggaruk tengkuk. Tanpa basa-basi, Sungkyung mengambil kertas tersebut dan membaca isinya.

Sungkyung-ah, pulang sekolah nanti ada waktu? Kalau kamu ingin tahu, aku akan memberitahunya nanti. Aku tidak bisa membicarakannya di sini.

Sungkyung kembali menatap Jisung yang rupanya kini melirik sedikit ke arah gadis itu. Dengan senyuman tipis, Sungkyung mengangguk pelan.

Beberapa jam telah berlalu. Tanpa terasa, bel pulang sekolah mulai berbunyi. Langit yang mulanya cerah kini berangsur menggelap. Gradasi jingga dan merah pada cakrawala tampak begitu indah dipandang.

Sesuai janji, Sungkyung tidak langsung pulang, melainkan ikut bersama Jisung yang berjalan di sampingnya. Gadis itu sempat menghubungi Donghae dan meminta tolong padanya untuk memberi tahu Park Ahjussi agar menjemput Sungkyung sekitar 15 menit lebih lama dari jam pulanh sekolah. Meski sempat cerewet dan ditanyai banyak hal, Donghae pun akhirnya mengizinkan Sungkyung pulang agak lama dengan syarat harus benar-benar 15 menit setelah jam pulang sekolah.

Sepanjang perjalanan, beberapa siswa yang ada di sekitarnya mulai memberikan pandangan aneh pada mereka. Jisung sejak tadi sedikit menundukkan kepala. Perkiraan Sungkyung sepertinya tidak meleset. Pemuda bermarga Park ini tampak tidak disukai oleh banyak siswa di sini.

Dan sepertinya, Sungkyung akan menjadi orang selanjutnya mengingat bagaimana Jeno tanpa perasaan menjatuhkan dirinya di depan umum.

Berbeda dengan Jisung, Sungkyung justru mengangkat kepala. Jujur saja, ia sangat muak karena sejak dulu dirinya menjadi target perundungan. Jika Sungkyung juga diperlakukan seperti itu lagi, mungkin ia tak akan diam. Namun, untuk saat ini Sungkyung beradaptasi dahulu pada lingkungan sekolah barunya.

Saat tengah berjalan, netra Sungkyung tak sengaja menatap Jeno dan juga dua temannya melangkah ke arah yang berlawanan darinya dan Jisung. Spontan saja Sungkyung mengalihkan pandangan. Ia sangat kesal mengingat kejadian di kantin tadi. Memang gadis itu beberapa hari ini hanya diam saat Jeno berlaku seenaknya pada Sungkyung saat di rumah. Namun, bukan berarti ia tak kesal dengan perilaku sang kakak tiri.

Saat mereka berpapasan, Sungkyung terkejut saat Jisung yang berada di sampingnya ditarik kasar. Rasa kesal yang ia pendam sejak tadi mulai meningkat lagi. Namun, lagi-lagi Sungkyung berusaha menahannya.

"Yo, Park Jisung! Mau lari ke mana lagi, hah? Ayo sini, kita belum bermain bersama sejak tadi." Itu adalah suara Lee Haechan. Senior yang sempat berdebat dengan Sungkyung saat di kantin.

"Haha, Haechan-ah. Sepertinya kamu sangat rindu dengan Jisung, ya?" Pemuda bernama Renjun mulai ikut berkomentar sembari sedikit melirik Sungkyung. Di sisi lain, Jeno hanya diam. Entah mengapa setiap kali ia melihat sang adik tiri, mood-nya benar-benar hilang.

"Nah, kamu pintar sekali. Tumben ya? Haha." Renjun spontan menoyor kepala Haechan saat lelaki itu meledeknya. Namun, Jisung yang tangannya digenggam kuat oleh Haechan terdiam dengan perasaan was-was.

"Eum, sunbaenim. Mianhae-" Sungkyung yang ingin protes langsung disela begitu saja oleh Haechan.

"Wae? Kamu pulang pun ingin dengan Jisung juga? Aish, jinjja."

"Tapi, sunbaenim-"

"Sungkyung-ah ...." Gadis bermarga Na itu menoleh pada Jisung yang rautnya kini tampak memelas.

"Mianhae, aku ... aku tidak bisa menemanimu."

Jebal.

Sungkyung dapat melihat gerak bibir dari Jisung. Lelaki itu sangat memohon pada Sungkyung untuk langsung pulang saja. Gadis itu ingin protes lagi, tetapi tertahan ketika mendengar teguran Jeno.

"Pulang!"

🍂🍂🍂

Jeno sama sekali tidak menduga dengan sikap Sungkyung saat di kantin tadi. Padahal saat di rumah, gadis itu tampak diam saja dengan semua perlakuan buruk Jeno dan ibunya. Sama sekali tidak melawan.

Jeno ingat saat ia sengaja menumpahkan jus jeruk di lantai dan dirinya yang langsung memanggil Sungkyung, gadis itu tanpa basa-basi menuruti perintah Jeno untuk membersihkan lantai. Meskipun ia dapat melihat wajah Sungkyung yang tampak menahan kesal, tetapi gadis itu sama sekali tak membantah Jeno.

Namun, saat berada di sekolah, mengapa Sungkyung menjadi seberani itu?

Jeno baru saja sampai rumah. Ia melepas helm setelah memarkirkan sepeda motornya ke dalam garasi. Taeyeon hari ini tak ada di rumah karena ada acara sosialitanya. Donghae sendiri tentu saja masih belum pulang dari kantor.

Jeno berjalan masuk ke rumah dan menaiki tangga, melangkah menuju ke kamarnya. Namun, baru saja akan membuka pintu, ia melihat pintu di samping kamarnya terbuka. Tampak Sungkyung yang keluar dengan pakaian rumah. Gadis itu sempat tak sengaja kontak mata dengan Jeno, tetapi langsung mengalihkan pandangan secepat mungkin. Ia hanya ingin turun ke dapur dan mengambil minum. Oleh karena itu, Sungkyung melangkah menjauhi Jeno dengan cepat.

Sayangnya tangan Sungkyung tertahan. Gadis itu menoleh dan ia mendapati Jeno yang menatapnya tajam. Jantung Sungkyung berdebar dengan cepat. Ia ingin mengalihkan pandangan, tetapi Jeno dengan cepat menahan dagu Sungkyung supaya terus menatapnya.

Sial, sial, sial. Tolong jangan sekarang.

Ia mendadak merasa takut setengah mati. Bahkan matanya mulai berkaca-kaca. Bayangan kejadian malam mencekam itu membayangi pikiran Sungkyung lagi.

"Sunbae-"

"Ternyata kamu ini benar-benar tidak tahu diri, ya? Berani melawan sekarang? Dan kamu berteman dengan Jisung si pengecut itu? Tch, apa yang kamu harapkan dari dia? Kamu membuat mood-ku hancur total saat di sekolah!"

Sungkyung menggelengkan kepala dengan pelan. Netra gadis itu terarah ke bawah. Penglihatannya mulai memburam sekarang karena cairan yang terus menumpuk di pelupuk matanya. Pikiran Sungkyung mendadak saja kosong. Ia bahkan tampak tak memedulikan ocehan yang baru saja Jeno lontarkan. Sungkyung hanya memikirkan bagaimana cara lepas dari Jeno.

"Kalau ada yang berbicara, lihat orangnya! Hey, lihat sini! Mana junior yang sok berani itu, hah?" Jeno semakin menarik dagu sang adik tiri ke atas dengan kasar.

"Sunbaenim, jebal ...."

"Lihat!"

Sungkyung sudah tidak tahan lagi. Gadis itu memejamkan kedua mata dengan erat. Cairan bening yang ia tahan sejak tadi langsung mengaliri kedua pipinya. Jeno sontak tertegun ketika mendengar isakan sang adik tiri, bahkan tangan kecil yang ia genggam kuat terasa bergetar. Sungkyung terlihat benar-benar ketakutan.

Seingat Jeno, Sungkyung tidak pernah merasa setakut ini. Bahkan gadis itu terkesan tak peduli pada apapun karena selalu diam.

Daripada Jeno mengambil resiko besar yang mengakibatkan sesuatu tak diinginkan terjadi pada Sungkyung, dan berakhir dirinya terkena amarah sang ayah, lelaki itu melepaskan genggamannya pada tangan dan dagu Sungkyung dengan perlahan.

"Tch, ternyata kamu-"

Ucapan Jeno terhenti begitu saja saat melihat Sungkyung langsung berlari cepat ke arah kamarnya dan menutup rapat pintu kayu tersebut hingga menciptakan debuman yang cukup keras. Ia jadi bingung sendiri dengan tingkah Sungkyung. Namun, Jeno berusaha untuk tak acuh dan berjalan masuk ke kamarnya sendiri. Meski begitu, ia mulai merasa penasaran.

Ini pertama kalinya Sungkyung terlihat benar-benar ketakutan. Apakah tadi Jeno tampak sangat menyeramkan? []

🍂🍂🍂

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top