Bab 8
"Orang yang tersenyum itu belum tentu bahagia, bisa saja karna dia selalu menyembunyiin hatinya yang terluka"
Hay Ladies Hay Boy
💦💦💦
Bagi sebagian orang hari senin adalah hari yang sangat menyebalkan. Karna hari senin sangat jauh dengan hari libur ataupun hari minggu. Andai hari senin ke minggu itu secepat hari minggu ke senin. Tapi itu hanya andai. Dan ini juga berlaku untuk Lidya. Dia sangat benci dengan hari senin, selain itu awal masuk sekolah yang membosankan di tambah jalan raya ibu kota yang sangat padat.
Hari senin ini berbeda dengan hari senin sebelumnya. Karna selama Lidya sakit, Miko lah yang mengantar jemput Lidya. Mungkin karna rumah mereka yang saling berdekatan, maka Tia membujuk Lidya untuk berangkat bersama Miko. Dan sekarang Lidya hanya bisa melihat mobil-mobil dan motor terjebak kemacetan bersama mereka.
Tak ada suara di antara mereka. Karna mereka lebih nyaman melihat beberapa orang yang tengah bersabar keluar dari kemacetan.
"Mulai besok kita berangkat naik motor aja," usul Lidya.
Reflek Miko menaikan alis sebelah kanannya. "Lo yakin? Kaki lo itu masih di perban dan lo juga masih pake tongkat. Ga usah gaya-gayaan mau naik motor segala," sindir Miko.
"Ga usah di perjelas bisa ga? Lagian kalo naik motor itu lebih cepat," tutur Lidya. Sebenernya ini bukan jalan yang biasa mereka lewati untuk pergi ke sekolah. Karna jalan yang biasa mereka lewati sedang dalam perbaikan dan entah sampai kapan perbaikan itu terselesaikan.
"Lo juga harus mikirin kesehatan lo. Jadi selama gua berangkat sama lo, gua akan selalu bawa mobil," tutur Miko. Sontak membuat Lidya memajukan mulutnya. Sedangkan Miko hanya tersenyum miring.
Setengah jam berlalu. Akhirnya mereka bisa keluar dari kepacetan ibu kota. Miko meluncurkan mobilnya ke arah parkiran yang biasa ia tempati.
Sebagian murid perempuan menyempatkan berdiri di dekar parkiran. Mereka hanya ingin melihat Miko yang keluar dari mobilnya. Setidaknya mereka sudah mendapatkan sarapan mata pagi ini.
Miko keluar dari sisi kanan mobil miliknya. Lalu ia berlari kesisi kiri untuk membukakan pintu mobilnya.
Siswi perempuan yang melihat itu hanya diam. Lidya turun dari mobil Miko menggunakan dua tongkat untuk membantunya berjalan. 'Ada apa dengan Lidya?' benak mereka.
Lalu Miko menuntun Lidya menuju ke kelasnya.
💝💝💝
Linzy, Luna, Laura dan Lisa di buat kaget dengan keadaan Lidya yang menggunakan dua tongkat. Mata mereka mulai menuju kaki yang telah diperban warna coklat. Sontak mereka pergi menghampiri Lidya.
"Lo kenapa Lidya?"
"Emm, gua pergi ke kelas dulu ya, lagi pula udah ada temen-temen lo, kan," ucap Miko lalu ia pergi meninggalkan Lidya bersama temen-temennya.
"Lo belum jawab pertanyaan kita. Lo kenapa?" tanya Luna dengan tegas.
"Ceritanya panjang," ucap Lidya dengan singkat lalu ia pergi ke tempat duduknya.
Lalu mereka hanya saling memandang. Sedangkan Lidya pergi menuju tempat yang biasa ia duduki.
"Terus, kapan lo mau cerita?" tanya Laura yang tidak sabar.
"Nanti," ucap Lidya dengan singkat. Tak lama bu Indah memasuki kelas untuk memulai pelajaran.
💝💝💝
"Gitu ceritanya," ucap Lidya sambil menyuapi mulutnya dengan siomaynya kang Ujang. "Jadi, sekarang lo sama Miko itu udah pacaran?" tanya Linzy untuk memastikan. Sedangkan Lidya hanya mengangguk.
"Bukannya lo sama Miko itu musuh bebuyutan?" Lidya hanya mengangguk. "Terus kenapa lo pilih Miko?"
"Gini ya, taruhan kita yang penting itu dari FM kan. Terus apa salah kalo gua milih musuh bebuyutan gua?" tutur Lidya sedangkan yang lain hanya bisa menatap Lidya dengan tatapan heran.
"Dan kemaren lo bener-bener nginep di villanya Miko?" dan Lidya hanya mengguk.
"Sumpah! Sebenarnya lo kesambet setan jenis apa sih?" teriak Laura, sedangkan Lidya hanya menaikan alis kanannya.
"Ga usah teriak bisa ga sih?" sindir Lidya. Sedangkan yang lain hanya bisa menahan tawanya.
"Lidya kaki lo kenapa?" tanya Marvel dengan tiba-tiba.
"Gapa-apa ko, cuman keseleo doing," sambil menanpilkan senyumnya. Sedangkan Luna, Lisa, Linzy dan Laura hanya berdehem.
"Kita pergi dulu ya Lid, soalnya Linzy tembus tuh, jadi kita mau nemenin dia ke toilet," mendengar ucapan Luna, Linzy menatap Luna dengan tatapan bingung.
"Gua ga lagi ha__ " dengan sigap Laura menutup mulut Linzy sehingga ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Lalu mereka melambaikan tangannya dan meninggalkan Marvel dan Lidya di tengah keramaian kantin.
"Lo kemaren ke mana?" tanya Marvel. Lidya mulai berfikir untuk mencari alasan yang membuat Marvel yakin.
"Gua, gua ke rumah Linzy" ucapnya.
"Yakin? Tapi kemaren kata Linzy lo pergi sama Miko. Apa bener?" mendengar ucapan Marvel, Lidya hanya diam. Ia tak tau alasan apa yang akan dia berikan, walaupun ia memberika seribu alasan palsu, Marvel akan tau sebenarnya.
"Iya benar, kemaren gua pergi sama Miko ke villanya" Marvel masih diam dengan tenang tak ada raut wajah marah dan tidak senang. "Terus?"
"Tapi gua ga ngapa-ngapain ko, dia cuman ngajak gua ke pasar malem dan makan jagung doang," tuturnya.
"Terus ini kenapa? Ga mungkin kan, gara-gara ke pasar malem dan makan jagung kaki lo bisa kaya gini?" tanya Marvel masih dengan muka datar.
"Ini tuh keselahan gua, gua ga hati-hati, terus gua kepleset di kamar mandi deh," alibi Lidya.
"Beneran?" dengan secepat kilat Lidya langsung mengangguk.
"Emm, gua ke kelas dulu ya."
"Gua anter," lalu mereka pun meninggalkan kantin.
Dari sisi yang berbeda, Miko sedang memperhatikan Marvel dan Lidya. Dia tidak tau siapa Marvel dan punya hubungan apa mereka, sehingga Lidya sangat nurut dengan Marvel. Tanpa sadar tangannya mulai mengepal saat Marvel dan Lidya berjalan keluar kantin.
Hollaaa... Ada yang nunggu cerita ini. Kayanya ga ada deh 😅😅😢😢😢
Tapi ga apa-apa aku udah berusaha sebisa ku.
Hargai cerita ini ya. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini.
Aku sayang kaliaann 😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top