Bab 17
Budayakan votte, sebelum membaca.
Mexim mulai memandangi seseorang yang berada di hadapannya. Ia sangat kagum dengannya, seberapa banyak makian dan kekesalan Lidya padanya, ia tetap mencari dan menjaga cewe tersebut dengan semua tenaga yang ia miliki.
Miko melihat sekilas ke arah Mexim, lalu mengalihkan pandangannya. "Ngapain lo liatin gua kaya gitu? Jangan bilang lo suka lagi sama gua?" tanya Miko. Sontak membuat Mexim mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Idih, jijay. Eke masih waras ya bo." ucap Mexim dengan suara yang dibuat ala banci Kalimalang.
"Eh, monyet, lo kesurupan arwah banci mana?" tanya Miko sambil menahan untuk mengumpat seribu bahasa kasar.
"Sialan lo!" umpat Mexim disertai senyuman.
"Mik, apa alasan lo untuk mecari dan selalu menjaga Lidya?" tanya Mexim.
"Kenapa emangnya?"
"Ya gua pengen tau aja. Gua kagum ama lo, lo suka mempermainkan cewe-cewe, tapi kenapa ada satu cewe yang benar-benar lo jaga?"
"Karna gua sudah terlanjur janji," ucap Miko dengan senyum yang mengembang.
“Janji?”
"Iya, janji. Dulu gua cukup dekat dengan nyokap Lidya, dia adalah orang yang sangat baik dan penuh kasih sayang, suatu hari nyokap Lidya mengajak gua ngobrol berdua dan meminta gua untuk selalu menjaga Lidya dengan semua kemampuan gua, dan gua menyanggupi itu. Lidya adalah orang yang baik, ceria, murah senyum tapi itu sebelum nyokapnya meninggal. Dan Lidya adalah cinta pertama gua," tutur Miko.
Mexim terdiam mendengar kata-kata Miko. Hatinya perih, ia sudah tau dari setiap tingkah Miko pada Lidya, tapi kejujuran Miko sangat tajam menusuk hatinya. 'Cinta lo lebih besar dari cinta gua, gua akan selalu mendukung lo Miko, karna lo yan lebih berhak untuk Lidya, dan semoga lo bisa mengembalikan senyumnya lagi' batin Mexim.
Sedangkan di tempat lain, Lidya sedang duduk menatap pantulan dirinya. Hanya ada senyum paksaan yang ia tampilkan. 'Kenapa gua belum bisa menerima kenyataan ini?' batin Lidya. Ia mulai memutar-mutarkan benda pipih berwarna pink. Sudah empat puluh dua jam ia tidak mengaktifkan hendphone tersebut. Alasan ia datang ke sini adalah ia ingin menyendiri.
Lidya mulai memejamkan matanya dan menyenderkan tubuhnya. Hanya ada satu sosok yang tersenyum padanya sambil mengulurkan tangannya.
"Gua akan membantu lo keluar dari masalah lo, ijinkan gua selalu hadir di sisi lo."
"Miko?" pekiknya. "Kenapa lo mau ngelakukan itu?"
"Karna gua sayang sama lo, dan lo pantas untuk di sayang," ucap Miko dengan senyuman.
"Terima kasih, lo sudah berjuang untuk gua," ucap Lidya di sertai pelukan hangat untuk Miko.
"Ayo pulang, dan selesaikan masalah ini bersama-sama," ucap Miko diiringi senyuman.
Lalu kabut putih menutupi jarak pandangnya. Lalu membawanya kembali menuju cerminan dirinya. "Ah, cuman mimpi," gumamnya.
"Tapi, kenapa gua mimpi Miko?" tanyanya. "Ah, sudahlah," lalu Lidya berjalan gontai menuju kamar mandi.
Sudah lima belas menit Lidya menikmati air yang mengalir dari shower. Perasaan hangat mengalir sempurna ke tubuhnya. Tiba-tiba suara bel berbunyi dan mengusik kenyamananya. Lidya hanya diam seakan-akan kupingnya tertutup oleh setan budeg yang ada di film horor.
Bel itu terus berbunyi dan membuat Lidya sangat kesal. "Awas aja kalo itu Marvel," gumamnya.
Dengan cepat Lidya mengambil handuk kimono yang ia punya dan bergegas Membuka pintu miliknya. Dengan kesal ia langsung menarik pintu miliknya. Lalu sebuah setruman menusuk pinggangnya dan membuat kesadaran gadis itu hilang. Gelap itu yang bisa Lidya lihat.
💝💝💝
Miko berlari menaiki anak tangga, sedangkan Mexim hanya mengikutinya dari belakang. Setelah sampai di depan pintu Miko langsung memencat bel. Bel pertama tak ada jawaban dari Lidya, bel ke enam juga tak ada respon dari pemilik rumah. Dengan sangat kesal Miko langsung membuka rumah tersebut dan langsung mencari Lidya ke kamarnya.
"Lidya."
"Lidya," ucap Miko, suaranya mulai menggema keseluruh ruangan. Miko terdiam, saat melihat benda pipih milik Lidya.
"Mobilnya masih ada di bawah," ucap Mexim.
Tiba-tiba hendpone milik Miko bergetar dengan cepat Miko langsung mengangkat hendpon tersebut.
"Hallo."
"Ga usah nyari Lidya lagi, karna Lidya sudah di tangan kita," ucap seseorang dari sebrang telpon.
"Kalian siapa?"
"Anak bau kencur kaya kalian itu ga usah tau siapa kita, gua cuman mau kasih tau, Lidya akan mati hari ini!"
Tangan Miko mulai bergetar sangat hebat, "Lidya kalian bawa ke mana sekarang!"
"Di hutan Cifor," tiba-tiba telfon itu terputus, dan membuat Miko naik pitam.
Dengan cepat Miko berlari menuju mobilnya. Fikirannya sangat kalut. Sedangkan Mexim hanya mengikuti Miko.
"Mik, Lidya kenapa?" tanya Mexim.
"Lidya di bawa ke hutan Cifor."
"Hutan Cifor?" dengan cepat Mexim mengambil hendphonnya dan menyalakan google meps.
"Pasti lo ga taukan hutan Cifor itu di mana, jadi sekarang kita ikutin ini," ucap Mexim sambil menujukan hendponya.
💝💝💝
Hendpone Miko terus berbunyi tapi sang pemilik tidak ada niat untuk mengangkatnya, sedangkan Mexim hanya diam sambil menatap layar di hendphonnya. Mexim semakin kesal karna hendpone Miko terus berbunyi dan itu sangat mengganggu konsentrasi mereka. Lalu Mexim mengambil hendpon milik Miko.
"Hallo kenapa?"
"Miko mana?" tanya seseorang dari sebrang telpon.
"Miko lagi nyetir, emang kenapa?"
"Lo udah tau, Lidya di bawa bokap gua ke hutan Cifor?" tanya Vanda.
"Ternyata Om Reza yang bawa Lidya ke sana!" pekik Mexim, tangannya mulai mengepal sangat keras. Ia tak habis pikir dengan Om Reza, kenapa dia selalu merusak kebahagian orang lain.
"Iya, sekarang gua sama Rio lagi menuju ke sana," ucap Vanda, lalu ia langsung menutup telponnya.
💝💝💝
Miko berlari dengan cepat menuju ke tengah hutan, fikirannya hanya bisa terfokus kepada Lidya. Suasana semakin mencekam karna jam sudah menunjukan pukul dua pagi. Hanya berbekal senter batrai di tangannya, mereka harus menembus gelapnya hutan Cifor.
"Lidya!"
"Lidya!"
Tiba-tiba hendpone milik Miko berdering dan menampilkan nomer yang telah menculik Lidya. "Jika kalian ingin bertemu Lidya terakhir kalinya, kalian harus berjalan lurus dari tempat kalian berdiri," ucap seseorang dari sebrang telpon. Lalu telpon tersebut mati.
"Apa kata dia?" tanya Mexim.
"Kita harus lurus," ucap Miko. Lalu mereka berdua berjalan lurus.
Yang pertama kali mereka lihat adalah Lidya yang sedang tidak sadarkan diri. Miko menghampiri Lidya dengan mulut yang bergetar, hatinya pun terasa perih melihat Lidya yang hanya memakai handuk kimono.
Tiba-tiba tawa meremehkan menghiasi suasana di hutan Cifor. Dengan mata merah, Miko dan Mexim memandangi beberapa orang bertubuh besar.
"Bocah ingusan, cewe yang kalian cintai itu sudah mati! Mendingan kalian pulang saja," ucap salah satu cowo yang bertubuh besar. Rahang mereka mulai mengeras dan dengan kalap mereka menghajar satu per satu cowo bertubuh kekar tersebut. Dan pertarungan tak bisa dihindari. Miko dan Mexim cukup kewalahan karna jumlah mereka yang cukup banyak. Tiba-tiba dari arah belakang Rio dan Vanda membantu mereka.
"Sorry gua telat," ucap Vanda disela-sela pertarungan. Sedangkan Miko hanya mengangguk.
Satu persatu cowo berbadan kekar itu terjatuh dan memudahkan Vanda Miko, Rio dan Mexim mengalahkan bodyguard Ayah Vanda.
Setelah semua bodyguard terjatuh, Miko langsung membawa Lidya pergi. Baru dua langkah Miko berjalan, suara tembakan terdengar, dengan cepat Vanda melindungi tubuh Miko yang sedang membawa Lidya.
"Vanda!" teriak Rio.
Rasa sakit mulai menjalar keseluruh tubuh Vanda. Perlahan Vanda menjatuhkan dirinya karna rasa sakit mengalahkan kekuatannya, dengan cepat Mexim dan Rio menangkap tubuh Vanda yang hampir menyentuh tanah.
Di belakang mereka, Reza Ayah dari Vanda bergetar sangat hebat, ia sendiri tak tau apa yang telah ia lakukan. Tembakannya telah mengenai anak semata wayangnya. Matanya tak sanggup melihat darah mengalir dari tubuh anaknya.
"Vanda, maafkan Ayah," ucap Reza dengan lirih.
Sedangkan Miko hanya diam, ia sendiri tak tau harus berbuat apa.
"Lo cepat selamatkan Lidya, dan kita akan selamatkan Vanda!" ucap Rio. Mendengar perkataan tersebut, Miko berjalan cepat menuju mobilnya dan langsung membawa Lidya ke rumah sakit.
"Lidya, bertahan Lidya," ucap Miko.
Di selesaikan tanggal 11 Oktober 2018. Bekasi jam 23.16.
Salam kenal dari author. Semoga kalian menikmatinya.
Vanda
Rio
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top