Bab 16

Gua akan selalu ada buat lo bukan hanya di saat bahagia doang, tapi saat lo terpuruk sekalipun gua akan selalu di sisi lo.

Hay Ladies Hay Boy.

💦💦💦

Budayakan votte sebelum membaca.

Lidya berjalan menuju ruang garasi milik keluarganya. Ia mencoba memperhatikan mobil yang sudah lama ia tak gunakan. Masih seperti yang dulu, walaupun telah terjadi kecelakaan, tapi mobil ini bisa kembali seperti semula. Lidya langsung membuka pintu mobil dan mulai menyalakan mobil berwarna biru tersebut. Lidya mencoba menggeserkan tubuhnya untuk menyamankan posisinya, lalu ia menginjak pedal gas dan mulai mengemudikan mobil tersebut dengan kecepatan 80 kilometer per jam. Dengan cepat Lidya mengemudikan mobil ke jalan yang dulu pernah ia lewati.

"Yuhuuuu! Akhirnya gua bisa bawa mobil ini lagi," ucap Lidya dengan tawa yang mengembang. Karna suasana yang sepi ia mulai memutar lagu kesukaannya sehingga memenuhi sudut mobil.

"Oh iya, besokkan gua sekolah?" gumamnya, "Bodo amet, gua mau bolos untuk beberapa hari ke depan."

💝💝💝

Sudah beberapa kali Laura menghubungi Lidya, tapi belum ada jawaban dari sebrang telpon.

"Hp dia udah ga aktif," ucap Laura.

"Aduh, ini anak ke mana sih, bikin orang khawatir aja," ucap Luna.
Bukan hanya dia yang khawatir, tapi Linzy, Laura dan Lisa juga merasakan hal yang sama. Pasalnya kemarin Lidya selalu menangis dan lebih banyak diam, tetapi sekarang ia tidak bisa dihubungi, mereka takut terjadi hal yang buruk pada sahabatnya itu.

"Miko," pekik Lisa, sontak membuat mereka semua menghadapnya.

"Kenapa dengan Miko?"

"Pasti dia tau di mana Lidya sekarang," Dengan cepat mereka semua berlari menuju kantin yang berada di lantai satu.

"Miko, Lidya di mana?" tanya Luna. Miko yang sedang duduk bersama teman-temannya hanya bisa mengerutkan dahinya.

"Lo ga salah, nanya Lidya ke gua?"

"Lidyakan selalu berangkat dan pulang sama lo," ucap Lisa.

"Itu seminggu yang lalu, coba lo tanya aja sama Marvel, diakan lebih tau di mana Lidya."

"Marvel sekarang di mana?" tanya Luna.

"Mana gua tau, emang gua bayangannya, yang tau dia ada di mana."

"Emang Lidya kenapa? Sampe lo semua sekhawatir itu?" tanya Mario.

"Sudah dua hari Lidya ga masuk kelas, gua kira dia bareng lo, ternyata lo sendiri ga tau dia di mana," tutur Luna.

"Lo serius?" tanya Miko.

"Untuk apa gua bohong," ucap Luna. Dengan cepat Miko mengambil hendponnya yang berada di atas meja, dan mulai mengetikkan sebuah nama.

"Lo nelpon siapa? Lidya? Nomer dia ga aktif," ucap Laura.

"Hallo, Lidya sama lo?" tanya Miko pada sebrang suara.

"Lidya lagi ga sama gua, emang kenapa?" tanya suara dari sebrang telpon.

"Lo di mana?"

"Gua lagi di perusahaan bokap, emang kenapa?" dengan cepat Miko langsung mematikan hendponnya. Mario, Mahesa, Mexim dan Marcel hanya diam melihat reaksi Miko.

"Gua pergi."

"Pergi? Kemana?" tanya Mahesa dengan raut wajah yang bingung, sedangkan yang lain hanya mengangguk.

"Gua mau cari Lidya."

"Emang lo mau cari dia ke mana? Lo mau muter-muter Jakarta untuk nyari dia? Itu juga kalo ketemu, kalo ga?" tanya Marcel. Seketika Miko menjatuhkan bokongnya ke kursi yang tadi ia duduki. Benar juga yang dikatakan Marcel. Otaknya mulai berfikir dengan cepat.

"Gua inget sesuatu," ucap Laura. Sontak pandangan mereka tertuju padanya.

"Beberapa hari yang lalu ada orang yang ngajakin Lidya balapan di Senayan," tutur Laura.

"Senayan?"

"Balapan di Senayan? Maksud lo balapan liar? Balapan itu di adakan hari sabtu nanti, dan sekarang masih hari selasa Laura," ucap Marcel.

"Ko lo tau?" tanya Mahesa.

"Gua juga diajakin ama temen gua," ucap Marcel.

"Terus Lidya sekarang di mana?" rengek Lisa.

"Mendingan kita mencar aja?" usul Mexim. "Kalo kita mencar pasti kemungkinan untuk kita bertemu Lidya semakin besar," tuturnya.

"Gua setuju, mendingan kita mencar," tutur Luna.

"Terus kita mulai kapan?" tanya Marvel.

"Sekarang," ucap Miko dengan tegas. Lalu mereka langsung kembali ke kelas untuk mengambil tas mereka.

💝💝💝

Mexim, Lisa, Mario, dan Linzy berjalan cepat ke arah tembok yang berada didekat pohon beringin. Sedangkan Mahesa, Miko, Luna dan Marcel berlari ke arah parkiran yang berada di dekat gerbang sekolah Global Nusantara. Laura mulai berlari dengan cepat menuju pos satpam yang berada di dekat gerbang.

"Pak satpam, Bapak di panggil Pak Suyitno tuh,  katanya ada panggilan darurat," ucap Laura dengan saura yang tergopoh-gopoh.

"Darurat? Urusan apa emangnya?"
"Bapak nanya saya? Jawaban saya adalah saya tidak tau, mendingan Bapak ke sana deh, dari pada Bapak kena semprot dari Pak Suyitno," tutur Lauran. Dengan cepat satpam itu berlari menuju ruang Pak Suyitno, sedangkan Laura hanya tertawa melihat satpam itu.

Setelah satpam itu tak terlihat lagi, Laura langsung membuka pintu gerbang dengan sangat lebar, dari arah parkiran empat mobil keluar dengan sanagat cepat.

"Ayo masuk," ucap Luna. Lalu mereka semua pergi meninggalkan sekolah untuk mencari Lidya.


💝💝💝

Sudah hampir lima jam mereka semua mencari Lidya, tapi tak ada satupun yang menemukannya. Miko semakin kesal dengan keadaan ini.

"Apa ini semua ada hubungannya dengan Vanda?" tanya Miko. Mexim terdiam, ia memang sempat menemui Vanda tapi jawaban Vanda masih sama seperti yang Rio pernah katakan, bahwa dia hanya ingin minta maaf pada Miko dan Lidya.

"Kanyanya ini semua ga ada hubungannya dengan Vanda."

"Tau dari mana? Jangan bilang karna dia saudara lo, lo mau belain dia?"

"Kemarin gua ke apartemennya Vanda, dan gua menanyakan apa tujuan dia datang ke Indonesia. Dia hanya bilang dia mau minta maaf ke lo dan Lidya, Vanda hanya ingin ngelindungin kalian dari bokapnya yang masih ingin menjatuhkan keluarga Lidya dan lo," ucap Mexim.

"Ngelindungin?"

"Iya, ngelindungin. Sekarang nyokap Vanda udah meninggal, jadi tidak ada yang Vanda takutkan lagi. Sekarang ia hanya ingin melindungin orang-orang yang pernah ia sakiti dan ia cintai," Miko terdiam, ia sendiri bingung harus mencari Lidya ke mana.

"Cintai?" tanya Miko dengan dahi yang mengerut. Mexim hanya mengangguk untuk membenarkan.

'Apa Lidya adalah salah satu orang yang Vanda cintainya?' batin Miko.

"Lo inget ga? Tadi Laura sempat ngomong, kalau Lidya mau balapan di Senayan," tanya Mexim.

"Iya, inget, emang kenapa?"

"Lo tau, di mana tempat biasa Lidya latihan sebelum ia ikut balapan?"
"Ga tentu, tapi ada satu tempat yang dia sukai,"

"Di mana?"

"Bogor, di Serkuit Sentul."
"Yaudah, kita ke situ aja, kali aja dia ada di situ," ucap Mexim.

"Kenapa gua ga kepikaran ke situ," ucap Miko. Lalu mereka mulai mengencangkan sabuk pengaman dan mulai membawa mobil tersebut ke arah Bogor.


Author:

Hallo para pembaca setia Hay Ladies Hay Boy, di sini aku lagi ngerevisi cerita ini dari bab 1 sampai akhir, ini sesuai seperti di leptopku dan semoga typo nya sudah tidak ada lagi ya..

Selalu tunggu terus cerita ini, dan semoga kalian semua selalu menyukainya yaaa, 

Salam kenal yaaa ❤❤❤🐼

Updet setiap sabtu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top