Bab 15

Kata siapa putus cinta itu sakit, yang sakit itu sudah putus tapi masih cinta.

Hay Ladies Hay Boy


“Ayah, aku mau membantu Ayah untuk mengurus perusahaan ini," ucap Marvel. Sedari kemaren Marvel telah memikirkan keputusannya matang-matang, mungkin lewat jalan ini ia bisa membantu sang Ayah untuk menyingkirkan musuh bisnisnya. Terutama orang yang sedari dulu ingin menghancurkan bisnisnya melalui keluarganya.

"Kamu yakin?" Deo menatap anak laki-lakinya dengan senyuman. Ia tak percaya bahwa Marvel mau membantunya untuk mengurus perusahaan ini.

"Aku yakin Ayah," ucap Marvel disertai anggukan. Deo mulai mendekati Marvel dan mengelus pundaknya.

"Makasih ya, kamu udah mau bantu Ayah, Ayah bangga sama kamu," tuturnya. Sedangkan Marvel hanya tersenyum.

"Kamu ga usah tinggal di apartemen lagi ya, lebih baik kamu tinggal di rumah bareng Ayah, mamah dan Lidya. Kamu mau kan?" tanya Deo.

"Makasih Ayah, kayanya aku belum bisa tinggal serumah bareng kalian, terutama di rumah masih ada Tante Tia," ucap Marvel dengan senyum yang dipaksakan.

"Tante Tia itu sudah jadi mamah kamu juga Marvel, jadi berhenti panggil dia dengan sebutan Tante," ucap Deo.

"Ayah tau kan, aku belum bisa menerima Tante Tia sebagai pengganti Bunda, sama seperti Lidya yang belum juga bisa menerimanya, jadi Ayah jangan memaksa ku untuk bisa menerimanya," ucap Marvel. Deo hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, pertanyaan di dalam benaknya masih sama, kenapa mereka belum bisa menerima Tia.

"Tapi Marvel, sampai kapan kamu bersikap seperti ini?" tanya Deo.

"Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Lagi pula, secepat itu Ayah bisa melupakan Bunda," ucap Marvel.

"Ayah tidak pernah melupakan Bunda, Ayah sangat sayang sama Bundamu, Bunda adalah wanita hebat dan sampai kapanpun akan selalu di hati Ayah," Marvel hanya tersenyum miring sambil mengerutkan dahinya.

"Oh ya? Terus tante Tia bagaimana?"

"Ayah hanya mengikuti amanah bundamu, dulu sebelum dia meninggal, dia mengirimkan sebuah surat ke kantor Ayah, Ayah kira itu hanya gurauan, tapi ternyata itu adalah permintaan bunda mu yang terakhir, Ayah juga tak menyangka Dea meninggalkan kita secepat ini," ucap Deo. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat surat yang pernah dituliskan Dea untuknya.

"Dulu Tia adalah sahabat Bundamu dan Bundanya Miko, tapi hidupnya tak seberuntung mereka, Tia memiliki suami yang suka bermain wanita dan karna hobinya lah perusahaan milik mereka hancur, tak lama mereka bercerai dan meninggalkan satu anak, hidup mereka mulai berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lain, karna Tia sendiri belum memiliki pekerjaan. Karna kebaikan Bundamu, dia meminta Tia bekerja di kantor Ayah menjadi sekertaris Ayah," tuturnya.

"Dan alasan Ayah tidak mengantarkan Bundamu ke peristirahatan yang terakhir adalah Ayah tak sanggup melihat Bundamu pergi untuk selamanya, Ayah sangat menyesal karna Ayah tidak bisa melindungi Bundamu dari orang-orang yang tak bertanggung jawab, Ayah lemah karna tidak bisa menjaga keluarga kita dari orang-orang yang ingin menghacurkan Ayah, terkadang Ayah berfikir kenapa bukan Ayah saja yang pergi, setidaknya mereka puas karna orang yang mereka cari sudah meninggal. Kamu harus tau sampai sekarang mereka akan tetap mencoba merusak hidup kita, karna mereka tak mau melihat kita bahagia. Jadi jaga selalu kembaranmu karna firasat Ayah mengatakan, dia yang akan menjadi target selanjutnya," tutur Deo dengan tatapan kosong. Marvel terdiam, fikirannya menuju Lidya saudarinya. 'Apa yang dimaksud oleh Ayah itu keluarga Vanda?' batin Marvel. Tangan Marvel mulai mengepal sangat kuat, lalu ia pergi dari ruangan Deo.

💝💝💝

Marvel mulai melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar yang berada di lantai dua. Lalu ia mulai membuka pintu berwarna putih tulang dan mulai berjalan dengan pelan. Matanya mulai tertuju pada gadis yang sedang tertidur di atas kasur. Marvel mulai duduk di pinggir kasur. Dengan lembut Marvel membelai rambut coklat yang sedikit bergelombang.

'Lid, gua akan selalu menjaga lo, gua ga mau kehilangan lo, karna lo adalah bagian dari diri gua dan sekarang lo lebih penting dari degalanya' batin Marvel.

Dengan pelan Marvel menaikan kakinya ke atas kasur dan mulai menghadap Lidya, lalu ia memejamkan matanya, agar dirinya bisa masuk kedalam mimpi yang indah.

💝💝💝

Berkali-kali Miko menatap layar hendponnya, tak ada notif dari siapapun. Sedangkan Mexim hanya diam sambil membaca buku berjudul 'Senja'.

Dengan kesal Miko mengetik sebuah nama dan mulai menelfon orang tersebut. "Hallo, lo di mana? Gua udah lumutan di sini!" ucap Miko dengan nada kesal. Sedangkan yang disebrang telpon, hanya tertawa mendengar kata-kata Miko. Tak lama Miko langsung menutup panggilannya.

"Kita mau ngapain di sini?" tanya Mexim, pasalnya ia sendiri tak tau apa yang menyebabkan Miko menyuruhnya untuk menemui seseorang.

"Nanti juga lo tau," ucap Miko dengan singkat, lalu Mexim melanjutkan ke aktivitasnya yang tertunda yaitu membaca buku.

Tak lama, seseorang yang mereka tunggu masuk ke dalam cafe, dan langsung duduk di hadapan Miko dan Mexim.

"Lo telat satu jam tiga puluh menit dari perjanjian awal kita," ucap Miko.
"Lo tau kan ini Indonesia, jadi wajarlah kalo telat" tutur Rio.

"Terserah lo," Rio hanya menahan tawa saat melihat ekspresi dari Miko.
"Lo ngapain ngajak gua ketemuan disini?" tanya Rio.

"Vanda di mana sekarang?" tanya Miko tanpa basa-basi.

"Kenapa lo ga tanya aja sama Vanda langsung?" tutur Rio.

"Kalo gua tau dia di mana, gua ga akan nyuruh lo ke sini," ucap Miko.

"Gua ga tau," ucap Rio dengan singkat.

“Oh iya?”

"Yaudah kalo ga percaya, lagi pula kalo lo percaya sama gua artinya lo musyrik," tutur Rio diiringi tawa.

"Eh, kunyit asem, gua lagi serius ini."

"Gua juga lagi ciyus ini," ucap Rio.
Sedangkan Miko mulai membuang nafasnya dalam-dalam.

"Lo pasti taukan apa maksud dari ke datangan Vanda ke Indonesia?" tanya Miko.

"Gua ga tau tentang itu, lagian gua ga mau masuk ke urusan Lidya dan Vanda lagi, sudah cukup gua melihat Lidya sesengsara di depan mata gua," tutur Rio.

"Lo pasti bohong, lo kan sahabatnya Vanda, pasti lo tau maksud ke datangan dia ke Indonesia," ucap Miko.

"Gua memang sahabatnya, tapi gua ga suka kalo dia membuat orang lain menderita," ucap Rio. "Terakhir gua liat dia di cafe yang berada di bundaran HI, tadi gua juga sempat tanya alasan dia kembali ke Indonesia dan dia hanya menjawab, dia hanya mau minta maaf, " lanjutnya.

"Vanda yang lo maksud adalah Rivanda Delwyn bukan?" tanya Mexim. Sontak membuat Rio dan Miko mulai menatap Mexim dengan sangat serius.

"Ko, lo tau nyet?" tanya Miko.

"Ohh."

"Maksudnya?" tanya Miko.

"Kalo emang dia yang lo maksud, gua kenal," ucap Mexim masih dengan posisi membaca buku miliknya.
"Lo kenal dari mana?" tanya Rio.

"Dia saudara gua, lebih tepatnya anaknya adik bokap gua, dan gua tau apartement yang dia tempati sekarang," ucap Mexim. "Tapi yang belum gua maksud adalah apa hubungan Lidya dan Vanda?" tanya Mexim.

"Keluarganya Vanda telah merenggut semua kebahagiannya Lidya dan merekalah yang membuat nyokap Lidya kecelakaan," ucap Miko dengan tangan yang mulai mengepal. Sedangkan Mexim mencoba mengingat-ingat sepertinya ia pernah mendengar hal itu.

"Yang gua kenal Vanda orangnya baik, tapi dia tertutup apalagi tentang nyokapnya. Yang gua tau itu semua adalah rencana bokapnya Vanda, dia yang mengancam Vanda untuk melukai teman cewenya dan mendorongnya ke jurang, tapi gua ga kenal siapa, sedangkan bokapnya mencoba membunuh istri dari saingannya tersebut. Dulu bokap gua pernah beramtem karna hal itu," tuturnya.

"Terus, apa rencana lo selanjutnya?" tanya Rio.

"Gua ga tau, dan yang pasti gua akan selalu menjaga Lidya apapun resikonya," ucap Miko dengan cepat.

Gimana sama ceritanya? Menarik? Semoga kalian suka ya...

Oh iya yang punya Instagram silahkan follow: @Ai.zubaidah31.

Disitu kalian bisa saling tanya-tanya dan bertukar pikiran.

Salam kenal ya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top