Bab 13


Flashbeck

"Ini buat lo," ucap cowo tersebut, dengan suara yang ramah. Lidya mengerutkan dahinya. "Buat gua? Gua kan ga lagi ulang tahun."

Lalu cowo itu tersenyum. "Ga perlu tunggu lo ulang tahun untuk memberikan lo sebuah hadiah."

Senyum Lidya mulai mengembang. "Makasih Vanda," Vanda hanya mengangguk.

Vanda adalah cowo yang cukup terkenal pada saat SMP. Bukan hanya karna ketampanan cowo itu saja, tapi juga kecerdasaannya mampu mengalahkan Lidya dan Miko.

Vanda mulai duduk di samping Lidya sambil menatap gadis itu. "Lidya," ucap Vanda.

"Apa?"

"lo mau jadi pacar gua?" tanya Vanda. Lidya terdiam sambil menatap Vanda.
"Bukannya lo suka sama Fani? Tapi kenapa lo tiba-tiba nembak gua?"

"Gua sama Fani hanya berteman dan itu ga akan lebih, gua cuman sayang sama lo dan gua juga selalu cemburu kalo lo sedang bersama Miko," tuturnya.

"Gua sama Miko itu musuh bebuyutan, jadi lo ga perlu cemburu sama dia."

"Lo pernah denger pepatah yang mengatakan musuh bisa jadi cinta?" tanya Vanda.

Lidya hanya menggelengkan kepalanya. “Pepatah macam apa itu.”
Vanda tersenyum. "Gua ga mau itu terjadi sama lo, makanya sebelum lo mencintai Miko, gua mau nyatain perasaan gua ke lo," Lidya tampak heran, apa benar Vanda menyukainya, tapi gosip yang beredar dia sudah pacaran dengan Fani. Ia tak mau di cap sebagai perebut cowo orang.

"Tapi gosip itu?"

"Itu hanya gosip, jangan percaya. Gua beneran suka sama lo, lo maukan jadi pacar gua?" ucap Vanda dengan sangat lembut. Lidya masih diam sambil memikirkan resiko yang akan terjadi kedepannya. Lalu ia mulai mengangguk.

"Lo beneran mau jadi pacar gua?" Lidya mulai mengguk dengan cepat. "Makasih ya," ucap Vanda lalu ia memeluk Lidya sangat kuat.
"Vanda lepasin, nanti ada yang liat," keluh Lidya. Vanda mulai melepaskan pelukannya dan teriak sekencang-kencangnya. Sedangkan Lidya hanya tertawa dibuatnya.

Tak terasa enam bulan telah berlalu. Lidya memang masih berpacaran dengan Vanda, tapi sikap Vanda semakin berubah kepadanya. Vanda semakin dingin dan tidak peduli kepadanya. Di sekolah Lidya selalu berusaha menyapa Vanda, tapi Vanda selalu diam, seakan-akan Vanda tak pernah mendengar sapaan Lidya dan sebenarnya Lidya sendiri tak tau apa yang membuat Vanda berubah kepadanya.

"Lidya!" teriak Miko dari arah belakang dan sontak membuat Lidya berhenti.

"Apa?"

"Gua mau ngomong sesuatu, tapi jangan di sini."

"Kenapa? Gua ga punya banyak waktu buat lo," tutur Lidya. Miko hanya diam dan mulai menarik Lidya ke lorong yang berada di dekat gudang belakang. "Miko apaan sih!"

"Gua mau ngomong tentang Vanda," ucap Miko. Sedangkan Lidya hanya menaikan alis kirinya. "Gua tau kenapa akhir-akhir ini Vanda udah ga peduli sama lo," ucap Miko.

"Maksudnya?"

"Gua tau apa yang menyebabkan dia berubah sama lo, dia hanya jadiin lo bahan taruhan Vanda dan teman-temannya, jika dia bisa jadi pacar lo selama enam bulan, dia akan mendapat semua yang dia mau."

Lidya terdiam dan bertanya pada hati kecilnya. 'Apa benar Vanda hanya menjadikannya bahan taruhan? Tapi Miko tau dari mana?' batinnya. "Lo pasti bohongkan!" bentak Lidya.

"Buat apa gua bohong sama lo, ga ada untungnya tau ga! Gua ngomong ini ke lo supaya lo sadar kalo Vanda cuman mainin lo, dia ga serius untuk jadi pacar lo!" tutur Miko dengan suara yang meninggi.

"Apa buktinya kalo Vanda cuman mainin gua?"

"Buktinya lo sudah merasakan sendiri kalo Vanda udah mulai menjauhi lo, tapi kalo yang lo minta itu bukti benda, jujur aja gua ga punya," rasa sakit di hati Lidya semakin dalam, selama ia berpacaran dengan Vanda hanya rasa sakit yang ia dapat. Ia ingin bisa berpacaran seperti orang lain, tapi Vanda terlalu sibuk dengan teman-temannya.

Cairan bening mulai mengalir dari sudut matanya. Lalu Lidya pergi dari hadapan Miko, karna ia tak sanggup mendengar kelanjutan dari kata-kata Miko.

💝💝💝

Lidya berjalan dengan langkah kaki yang gontai, ia memang berada di dalam rumah, tapi fikirannya tidak ikut bersamanya. Lidya sedang berusaha melupakan kata-kata Miko dan meyakinkan dirinya bahwa yang di katakan oleh Miko itu salah. Ia mulai menyalakan hendphone yang berada di tangannya, tak ada notif dari Vanda.

Tak lama hendpone berwarna pink miliknya mulai bergetar, dengan malas ia mulai mengangkatnya.

"Hallo."

Lidya terdiam seribu bahasa. Air matanya mulai mengalir dengan deras. 'Cobaan apa lagi ini Tuhan' batinnya.

Lidya langsung berlari menuju pintu keluar miliknya. Pikirannya mulai kalut, supir pribadinya juga tidak berada di rumahnya. Tanpa sadar ia mulai melangkah menuju rumah Miko.

"Miko, Miko, Miko!" ucap Lidya sambil mengetuk pintu rumah Miko dengan keras. Tangisan Lidya semakin tak terbendung karna Miko belum juga membuka pintu miliknya.
"Miko bukan pintunya Miko!" pinta Lidya.

Tak lama pintu rumah pun terbuka, menampilkan sosok cowo dengan raut wajah malas khas orang baru bangun tidur. Miko mulai mentapa gadis yang bersimpuh di hadapannya, wajah Miko menampilkan raut wajah tak percaya, karna ia melihat Lidya menangis. Sambil memegang tangan Miko, Lidya mulai mengucapkan maksud dan tujuannya. "Miko bantuin gua Miko, anterin gua ke rumah sakit sekarang!" pinta Lidya dengan suara sesenggukan.

"Ke rumah sakit? Ada apa emang?"
"Cepetan Miko anterin gua sekarang!"
Miko langsung melepaskan gengaman Lidya, ia mulai masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan Lidya hanya diam menatap kepergian Miko. Ia tak tau apa yang harus ia perbuat saat ini.

Tak lama sosok cowo itu kembali dengan jaket dan kunci motor di tangannya. Lidya mulai menghapus air matanya dan mulai mengikuti Miko, lalu mereka pun pergi meninggalkan halaman rumah Miko.

Setelah sanpai rumah sakit yang ia tuju. Lidya langsung berlari secepat yang ia bisa, dan ruangan yang ia tuju pertama kali adalah ICU. Sedangkan Miko hanya bisa mengikuti langkah kaki Lidya, ia sendiri masih bingung apa yang terjadi sebenarnya.

"Dok, gimana keadaannya Bunda saya?" tanya Lidya. Dokter Hendra, itulah yang tertulis di jas putih yang ia pakai.

"Maaf, kita terlambat. Bunda mu sudah tidak tertolong lagi," ucap dokter tersebut dengan suara lirih. Hati Lidya seperti di tusuk seribu belati, orang yang selalu menemaninya di saat terpuruk telah pergi. Lidya mulai memaksa masuk ke dalam ruangan yang di tempati bundanya. Hanya ada tangisan saat Lidya melihat Dea bundanya, yang telah terbujur kaku. Sedangkan Miko hanya bisa memeluk Lidya hanya untuk menenangkannya dan untuk meyakinkan bahwa dia tidak sendiri.

Mata Miko mulai memerah menahan tangis, ia tau apa yang Lidya rasakan saat ini, tapi saat ini hanya bisa memeluknya, ia sendiri tak mampu berkata apapun di hadapan Lidya. Miko tau bebannya saat ini sangat berat, tapi ia selalu memendamnya sendiri. 'Lo harus kuat, gua yakin lo bisa keluar dari masalah ini, gua yakin Lidya karna lo bukan orang yang lemah' batin Miko.

💝💝💝

Hari ini Lidya harus merelakan semua kenangan bersama bundanya terkubur dalam-dalam, ia tak sanggup untuk tetap menyimpannya, karna kenangan itu terlalu manis untuk ia simpan.

Lidya berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan air mata, ia tau bundanya akan sedih kalo ia tetap menangisinya. Sedangkan Miko hanya bisa diam di sampingnya.

Tak banyak yang melayat ke pemakaman Bundanya, karna memang Lidya tidak mempublikasikan kepergian bundanya. Hanya ada keluarga Miko, saudara dekat dan beberapa tetangganya saja. Ayah dari Lidya sendiripun tidak datang untuk pemakaman bundanya, karna ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Lidya pulang yuh, udah sore," ucap Miko dengan perlahan. Lidya masih terdiam, tatapan matanya kosong.
"Lidya lo __" kata-kata Miko terputus karna Lidya sudah tidak sadarkan diri, dan sontak membuat Miko menangkap tubuh Lidya dan membawanya pulang.

💝💝💝

“Bunda?" ucap Lidya lirih. Ia melihat sosok manusia memakai baju serba putih yang sedang duduk di kursi taman, sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Perlahan Lidya mendekati Dea dan memeluknya.

"Bunda baik-baik aja," Dea hanya tersenyum menatap putrinya.

"Bunda ga akan pergikan?" tanya Lidya.

"Sayang, Bunda baik-baik aja ko, kamu ga usah khawatirin Bunda, Bunda mau pesan sama kamu, kamu jangan nakal ya sayang, kamu harus jadi anak kebanggan Bunda dan kamu jangan pernah benci sama ayah, hargai keputusannya, karna itu demi kebaikan mu," tutur Dea.

"Tapi Bunda, Ayah itu ga sayang sama kita, dia cuman mentiingin pekerjaannya," ucap Lidya. Dea tersenyum dengan lembut sambil membelai rambut Lidya.

"Sayang Ayah kerja itu buat kita, terutama buat kamu dan kembaran mu sayang, jadi kamu jangan membencinya," tutur Dea. Lalu ia mulai bangkit dari duduknya dan perlahan berjalan mundur.

"Bunda mau kemana?"

"Bunda harus pergi sayang," Lindya tersentak.

"Pergi kemana Bunda, aku ikut."

"Kamu tidak bisa ikut Bunda sayang, tempat mu di sini. Kamu harus tetap menjalani hidup kamu," ucap Dea lalu ia pergi menjauh dari Lidya.

"Bunda!" teriak Lidya dengan tangisan.

Seketika ia kembali tersedot oleh suatu gravitasi yang membawanya kembali ke kamarnya.

"Bunda!" teriak Lidya, sontak membuat kaget seseorang yang berada di sampingnya.
"Lo ga papa Lidya?" tanya Miko dengan suara cemas.

"Gua kenapa?"

"Tadi lo pingsan di pemakaman, terus gua bawa lo ke sini," Lidya terdiam, ia teringat bundanya telah pergi dari sisinya dan sekarang ia sendiri.

"Miko temenin gua ya," ucap Lidya lirih. Sedangkan Miko hanya mengangguk. Ia tak tega meninggalkan Lidya sendiri, ia juga dufah meminta izin ke Anita bahwa ia akan menginap untuk menemani Lidya.

Sudah seminggu sejak kecelakaan yang menimpa bundanya, dan sekarang Lidya memutuskan untuk pergi ke sekolah. Sekarang Lidya lebih memelih membenamkan wajahnya. Ia tak ingin melakukan apapun. Sedangkan di sudut pintu, Liana dan Amel sedang memperhatikan Lidya dengan tatapan sedih. Mereka tak bisa berbuat apa-apa, mereka selalu mencoba menghibur Lidya tapi usahanya belum membuahkan hasil.

Amel dan Liana melangkah menuju kursi yang di duduki oleh Lidya, mereka hanya bisa mengusap rambut ikalnya. "Lidya, makan yuk, lo kan belum makan hari ini," ucap Liana. Sedangkan Lidya hanya menggeleng. Liana dan Amel sangat bingung, bagaimana mereka bisa menghibur Lidya.

💝💝💝

"Lidya tunggu," ucap seseorang dari arah belakang. Mendengar namanya di panggil, Lidya memutar balikkan badannya.

"Vanda," gumamnya.

"Hay Lidya, sorry gua baru jengukin lo, dan gua turut berduka cita ya, atas ke pergian nyokap lo, " ucap Vanda.
"Makasih ya," ucap Lidya dengan senyum yang di paksakan.

"Gua mau ngajak lo ke suatu tempat, lo mau kan?"

"Ke mana?" tanya Lidya dengan tatapan heran.

"Kesuatu tempat, dan pastinya lo suka," ucap Vanda deselingi dengan senyuman. "Tapi mata lo harus di tutup dulu."

"Lo ga mau ngapa-ngapain gua kan?" ucap Lidya.

"Ga ko, lo ikut gua ya," ucap Vanda sambil menutupi mata Lidya dengan kain berwarna hitam. Vanda mulai menuntun Lidya ke dalam mobilnya.

"Vanda kita mau ke mana sih?" Vanda hanya menapilkan senyum miring sambil menatap Lidya. "Ke suatu tempat," bisiknya.

💝💝💝


"Vanda kita ke mana? ko kaya ada daun-daunnya," keluh Lidya. Vanda hanya diam sambil menuntun Lidya. Lidya semakin heran dan perasaannya mulai tidak nyamaan saat di dekat Vanda.

"Kita sudah sampai," ucap Vanda sambil membukakan kain penutup mata yang di pakai Lidya. Lidya mulai membuka perlahan, pertama yang Lidya liat adalah jurang yang sangat dalam di depannya. Secepat kilat Vanda mulai membalikan badannya.
"Vanda lo ngapain bawa gua ke hutan?"

"Sorry Lid, gua ngelakuin ini demi bokap gua. Dia mau menghancurkan perusahaan bokap lo, dia menghancurkan satu per satu keluarga lo, termasuk nyokap lo dan gua ga bisa nolak, karna gua masih sayang sama nyokap gua. Jika gua ga ngelakuin ini, hidup gua dan nyokap tidak aman lagi," ucap Vanda dengan lirih. Lidya terdiam, ia masih belum mengerti sama kata-kata yang di keluatkan oleh Vanda.

"

Ma.. Maksud lo, lo yang nyebapin nyokap gua kecelakaan?" tanya Lidya. 

"Bukan gua, tapi orang suruhan bokap gua," ucap Vanda. Lidya sudah kehabisan kata-kata, ia tak menyangka keluarga Vanda sekejam itu pada dirinya.

"Terus lo mau ngelakuin apa ke gua?" ucap Lidya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Lidya mulai menutup matanya untuk menahan air mata turun, tapi ia mulai kehilangan keseimbangan karna sesuatu yang tela  mendorongnya. Sontak ia terguling ke dalam jurang yang cukup dalam. Lidya mencari akar agar ia bisa tertahan dan tak jatuh ke dasar jurang.

Sedangkan Vanda hanya diam, dengan butiran cairan yang sudah mengalir dari sudut matanya. 'Maaf Lidya, sekali lagi gua minta maaf' batin Vanda, lalu ia mulai melangkah pergi dari hutan tersebut.

💝💝💝

Miko berlari secepat yang ia bisa, rumah pertama yang ia datangi adalah rumah Vanda. Ia berusaha sekuat tenaga mencari keberadaan cowo tersebut, tangannya mulai geram karna dia telah mempermainkan Lidya.

Miko membuka pintu rumah Vanda dengan kasar. "Vanda keluar lo! Jangan jadi pengecut!" teriak Miko.

"Tolong jangan buat keributan di sini!" ucap salah satu satpam rumah Vanda.

"Vanda keluar lo! Lidya lo bawa ke mana?!" Miko sudah tidak bisa berfikir jernih, ia langsung memukul satpam yang  berada di hadapannya, sehingga lelaki itu tersungkur membentur lantai.

Vanda berjalan dengan langkah lemas sambil menuruni tangga, fikirnya sedang kalut. Karna ia telah menyesali perbutannya.

"Vanda, mana Lidya?"

Vanda hanya diam dengan kepala tertunduk. Sedangkan emosi Miko semakin naik, sebuah tonjokan mendarat di pipi Vanda sehingga Vanda meringis kesakitan.

Miko langsung menarik kerah baju Vanda. "Lidya kemana! Lo apain dia!" mulut Vanda mulai bergetar, dengan perasaan takut Vanda menjawab perkataan Miko.

"Lidya jatuh ke jurang."

Miko terdiam, tubuhnya mulai lemas. "Maksudnya?"

"Lidya jatuh ke jurang yang berada di hutan Mojosemi," ucap Vanda dengan suara lirih. Sedangkan mata Miko sudah mulai memerah, ini semua kecerobohannya dan mulai mengutuk kebodohannya.

"Gua pinjem mobil lo," ucap Miko sambil mengambil kunci motor yang berada di kantung celana satpam tersebut.

"Lo bisa bawa mobil?" tanya Vanda. Sedangkan Miko hanya diam, ia tak peduli dengan kata-kata Vanda, pikirannya hanya tertuju pada satu orang. 'Lidya bertahan, gua akan jemput lo' batin Miko.

💝💝💝

Miko mulai berlari ke dalam hutan, ia hanya menggunakan instingnya untuk mencari gadis itu. "Lidya!" teriak Miko.

"Lidya, lo di mana?" hanya ada suara beberapa serangga dan burung yang menghiasi hutan ini. "Lidya!"

"Lidya!"

Miko terdiam, ia mencoba menelpon polisi untuk membantunya, karna ia tak bisa mencari Lidya sendiri. Setelah selesai, Miko memperdalam pencariannya ke tengah hutan. "Lidya!"

"Mi .. ko," ucap seseorang dengan suara lirih. Miko mulai memutar badanya untuk mencari sumber suara tersebut.

"Lidya!"

"Mi ... ko gua di ... bawah," ucap Lidya dengan suara lirih.

Miko mulai memajukan langkahnya dan melihat ke bawah. Jurung ini vukup dalam. "Lidya!" teriak Miko untuk memastikan.

"Mi.. Ko," Mata Miko mulai membulat sempurna. Dan sontak langsung merosot ke dalam jurang untuk menolong Lidya.

"Miko tolongin gua," ucap Lidya dengan suara lirih. Miko terdiam saat melihat Lidya yang di penuhi darah di kepalanya. Lalu Miko melepaskan jaket yang ia kenakan dan mulai memeluk Lidya.

"Bertahan Lidya, gua ada di sini," ucap Miko sambil berbisik, tak lama kesadaran Lidya mula  menghilang.

Flashbeck off

Holla gimana ceritanya? Bagus ga? Semoga bagus ya..

Oh iya gua mau cerita sedikit nih nama Vanda itu diambil dari temen kelas gua yang pernah gua sukai dalam waktu tiga hari. Gila ga tuh dalam waktu tiga hari lo bisa suka sama dia.

Tapi rasa suka gua ga berarti karna dia ternyata udah punya cewe dan dia bilang dia udah pacaran selama 3 tahun 😥😭😭😭 sedih banget gua. Kalo dia udah punya pacar kenapa dia bikin panggilan sweet buat gua.

Cowo kaya dia itu harusnya di basmi seperti nyamuk. Makanya disini gua mau nyeritain Vanda itu siapa?dan dia seperti apa orang nya...

Makasih udah dengerin curcol Authornya.  😍😍😍

Salam kenal ya..  Dan selamat membaca
Tunggu kelanjutannya.

Sabtu 29 September 2018.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top