Sequel pt.2
Y/n terpaku menatap Jeno. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Jeno sudah pulang?
"Kenapa diem aja? Gak mau peluk gue gitu?" Tanya Jeno.
Y/n mendecak, "Tadi pake aku-kamu, sekarang pake lo-gue. Labil lo bangsat."
Jeno terkekeh kecil, "Suka-suka gue dong. Pingin banget pake aku-kamu?"
"Sialan."
Lagi-lagi Jeno terkekeh. Lalu menatap Y/n dengan lembut. Bibirnya pun melengkung manis.
Ia sendiri tidak tau harus bertingkah seperti apa dan bersikap bagaimana. Sudah 2 tahun lebih ia tidak bertemu Y/n. Dan ketika bertemu lagi, terasa sedikit kaku.
"Selama 2 setengah tahun ini lo kemana? Kenapa baru pulang sekarang?" Y/n buka suara sebab Jeno hanya diam saja.
Lihat, bahkan Jeno sekarang masih diam. Enggan menjawab pertanyaan yang Y/n lontarkan barusan.
"Apa lo sengaja pergi buat lupain gue? Apa lo mau hapus gue dari hidup lo? Apa lo sebenci itu sama gue?" Sambung Y/n.
"E-Enggak, gue gak benci sama lo."
"Terus kalau bukan benci, apa?! Lo pergi gitu aja. Gak pamitan langsung sama gue. Dimana letak sopan santun lo?!"
Y/n menjatuhkan air matanya. Tidak peduli waktu dan tempat. Sudah lama sekali ia tidak menangis. Sudah lama juga ia merindukan sosok Jeno.
Perlahan tapi pasti, Y/n mulai terisak. Menutup wajahnya menggunakan telapak tangan. Membuat Jeno mengerutkan keningnya sedih.
"Hari dimana gue kehilangan Jaemin, hari dimana gue nangisin kepergian Jaemin, hari dimana gue ngerasa rapuh dan ngedown parah, itulah hari dimana gue butuh lo. Hikss.. Harusnya lo tetep di samping gue. Harusnya lo hadir buat ngehibur gue. Harusnya lo...—Hikss.."
Y/n masih terus terisak, semakin buat Jeno ikut merasa sakit.
"Lo malah pergi, ninggalin gue sendirian disini. Itukah yang namanya sayang? Apa salah gue sampe harus kehilangan lo juga? Apa lo sengaja bikin gue nangis gini? Lo pingin liat gue hancur?" Setelahnya, Y/n menengadahkan kepala untuk melihat Jeno.
Jeno menggeleng, "Gue gak pernah kepikiran tentang itu. Gak pernah sekalipun gue berniat buat nyakitin lo."
"Terus kenapa lo pergi!?" Tanya Y/n dengan suara yang meninggi.
Tangan Jeno terulur, kemudian ia berkata, "Ayo ikut gue. Semuanya bakal gue jelasin."
Y/n diam sejenak sebelum menerima uluran tangan Jeno.
Senyum manis Jeno mengembang. Tangannya yang lain terangkat untuk menghapus air mata Y/n.
"Jangan nangis, nanti tambah jelek."
Y/n tidak menjawab. Terserah Jeno mau bilang apa, yang pasti ia ingin tau Jeno pergi kemana selama ini.
Setelah keluar dari area pantai, Y/n sama sekali tidak lihat mobil Taehyung.
"Loh? Kak Taehyung kemana?" Bingungnya.
"Pulang lah. Kan dia cuma nganterin lo doang." Jawab Jeno sambil tersenyum.
"Kok..."
"Nanti aja nanyanya, sekarang masuk mobil ya."
Jeno menuntun Y/n untuk menghampiri sebuah mobil hitam yang tampak mewah. Jauh lebih keren dibanding mobil Jeno yang sebelumnya.
"Ini mobil lo?"
"Iya. Mobil yang putih udah gue jual."
"Loh? Kenapa?"
"Karena mobil itulah yang bikin semua kekacauan ini terjadi. Gue gak mau mobil itu ada di sekitar gue."
Jeno membukakan pintu mobil untuk Y/n. Y/n masuk dan duduk dengan manis setelah memakai seatbelt.
"Kita mau kemana sih?" Tanya Y/n kepo ketika Jeno duduk di kursi kemudi seraya memakai seatbelt juga.
"Hotel."
Y/n membulatkan matanya kaget. Hotel?🌚🌚
"M-Mau ngapain ke hotel?"
"Kita mantep-mantep sebagai penyambutan kedatangan gue." Jawab Jeno, alisnya dinaik-turunkan dengan genit.
"JENO SETAN!"
-----
Di hotel NC (Neo Culture)
Jeno dan Y/n masuk ke sebuah kamar dengan nomor 69.
"Gue baru sampe kemarin. Tadinya gue mau dateng ke acara wisuda lo. Cuma gak jadi." Ujar Jeno.
Y/n yang sedang duduk di atas kasur, menatap bingung ke arah Jeno yang tengah melepas kemeja 🌚
"Kenapa?"
"Kalau gue dateng, nanti seisi kampus pada heboh. Gue kan cogan kelas sultan."
Y/n merotasikan matanya malas. Lalu kembali bertanya, "Terus lo tidur disini?"
"Iya."
"Kenapa gak di rumah gue?"
"Lah? Nanti gue gak bisa surprise-in lo dong?"
"Emangnya lo punya surprise buat gue?"
"Ini 'kan surprise nya, bambank."
"Hah? Maksudnya hotel ini?"
"Bukan. Gue surprise nya. Ah elah~"
"Lo ngerasa spesial, Jen?"
"Iyalah. Gue emang spesial. Lo tadi sampe nangis liat gue udah pulang."
"Itu 'kan...—Ish! Nyebelin banget si lo!"
Jeno tertawa. Ia juga melepas kaos putih yang ia pakai, menggantinya dengan baju hitam tanpa lengan.
Omong-omong, Jeno ganti baju di hadapan Y/n tanpa merasa malu atau canggung. Otomatis 'kan Y/n bisa lihat perut atletis milik Jeno 🌚
"Btw, lo sama siapa sekarang?" Tanya Jeno. Kali ini ia tengah melipat baju yang habis ia pakai tadi.
"Sama siapa? Maksud lo?"
"Ya.... Sama siapa."
"Apanya yang sama siapa? Lu kalau ngomong yang bener dong anj."
"Pacar, bego. Gitu aja gak ngerti."
"Oh pacar. Ngomong dong. Gue 'kan gatau."
"Heleh~ Kapan pinternya sii?"
"Gue udah pinter kali. Buktinya gue dapet nilai tertinggi di kampus."
"Gausah sombong. Masih pinteran gue."
Lagi-lagi Y/n merotasikan matanya dengan malas. Kini Jeno tengah sibuk merapikan kopernya.
"Em... Gue masih jomblo tuh. Kenapa?"
Jeno menoleh, lalu kembali melihat ke koper. Bibirnya tersenyum. Ia berdiri setelah mengambil celana jeans pendek. Mendekat ke Y/n dan menaikkan dagu Y/n ke atas hingga matanya dapat bertatapan dengan mata cantik milik Y/n.
"Kalau gitu gue masih bisa."
Tidak ada penjelasan, Jeno langsung pergi menuju kamar mandi.
"Hah? Masih bisa? Eh tunggu!" Y/n langsung berlari mengejar.
Tepat sebelum Jeno masuk ke dalam kamar mandi, Y/n menarik tangan Jeno sampai Jeno harus membalikkan badannya.
"Masih bisa? Maksud lo apa? Jelasin dulu, main pergi aja."
Jeno mengulas senyum nakal. Salah satu lengan disandarkan di tembok.
"Lo mau tau?"
(Contohnya. Abaikan mic-nya)
Mati-matian Y/n menahan diri untuk tidak berteriak.
Lu sejak kapan si jadi seksi gini? T_T Batinnya.
Detik berikutnya, Jeno malah mendekatkan kepalanya ke Y/n yang tentunya buat Y/n langsung menutup matanya rapat-rapat.
"Pikir sendiri ya, gue mau ganti celana. Gerah." Bisik Jeno yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Y/n yang pipinya sudah merah merona.
Penampilan Jeno yang terlihat seksi, juga desah napasnya ketika berbisik, itulah yang membuat pipi Y/n jadi memerah.
Ia membuka matanya, lalu menghela napas lihat pintu kamar mandi yang telah tertutup itu.
"Jen... Jen. Bapak lu nonton Jen." Kata Y/n, agak pelan suaranya.
Tiba-tiba Jeno menyahut, sedikit berteriak, "I heard it, baby!!"
"Ups. I'm sorry, daddy."
"Hah? Daddy? Hey! Jangan buat gue nafsu napa. Gue udah berusaha mati-matian ya buat gak ngapa-ngapain lo!!"
"Iya iya, maaf."
"Permintaan maaf ditolak! Abis ini lo gue hukum!"
"Mampus. Tapi hukumannya apa ya? Kok gue jadi dugun-dugun?🌚" Y/n yang mulai meshoom.
TBC
Fyi, sequelnya kira-kira dibagi jadi 4. Part 1, 2, 3, dan last sequel. Terus baru bonus chapter.
Next, sequel pt.3 ngejelasin tentang kenapa Jeno pergi dan kemana Jeno pergi.
Dan.... makasih banyak yaa vomennya 🙏 Lopyuuuu 😚😚❤️❤️💜💜💚💚💛💛💙💙🧡🧡🖤🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top