99 - Jenguk Yeri

Update lagi ah...





-----





Besoknya, seusai ngampus, Jeno benar-benar datang ke rumah sakit dimana Yeri masih di rawat.

Saat memasuki sebuah kamar, Jeno menemukan Yeri sedang duduk sendirian di atas ranjang sambil main hp.

Yeri menoleh begitu merasakan ada yang datang.

"Jeno?" Kagetnya.

Jeno mengulas senyum, "Hai Yer." Sapanya, kemudian masuk dan menutup pintu. Berjalan mendekat ke ranjang yang di tempati oleh Yeri.

"Ngapain kesini?"

"Ada hal yang mau gue omongin. Em.... Gimana kabar lo? Udah sembuh kah?"

Yeri diam sejenak sebelum mengangguk.

"Maaf gue baru sempet jenguk lo. Sibuk banget soalnya. Ngejar deadline." Ujar Jeno sambil duduk di pinggiran kasur.

Yeri agak mundur dengan kaki yang sedikit menekuk, membuat Jeno mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa? Kok kayak yang takut? Gue boleh 'kan duduk disini?" Tanya Jeno yang diangguki oleh Yeri.

"Y/n tau kalau lo dateng kesini?"

Jeno menggeleng, "Gue gak bilang. Kalau bilang, dia pasti gakan ngizinin."

Yeri mengangguk pelan. Matanya terus melirik ke arah pintu yang tertutup. Berulang kali Jeno memergoki Yeri yang melirik ke pintu.

"Kenapa ngeliatin ke pintu terus? Lo nyari siapa?" Akhirnya Jeno bertanya karena penasaran.

"Em... Lo dateng sendirian?"

"Iya."

"Bener-bener sendirian?"

"Iya."

"Gada yang nganter?"

Mata Jeno memicing, "Lo kenapa nanyain itu? Ada orang yang lo tunggu?" Tebaknya.

Yeri bungkam sejenak sebelum mengangguk.

"Siapa?"

"Jaemin."

"Ha?"

Tidak ada jawaban atau penjelasan dari Yeri. Ia hanya diam, lalu menundukkan kepalanya.

"Gue gak ngerti. Kenapa nunggu Jaemin?"

"Karena..... selama gue disini, cuma dia yang mau jengukin gue. Baru dia aja yang dateng buat nengok gue."

"Ha?"

Fakta yang sangat mengejutkan bagi Jeno. Jaemin datang kesini? Kapan?

|
|
|
Yeri terkejut, ketika sadar ia sudah berada di rumah sakit dan ada Jaemin di sampingnya.

"Jaemin?"

Jaemin mengulas senyum, "Gimana kepala lo? Masih sakit?"

"Pikir sendiri sama lo gimana rasanya dipukul pake botol kaca."

Jaemin diam. Menghela napas dan berkata, "Gue tau Y/n salah. Dia gak seharusnya ngelakuin hal gila kek gitu. Makanya.... gue minta maaf atas nama Y/n."

Yeri mendecak, "Bukan lo yang harusnya minta maaf, tapi Y/n sendiri."

"Y/n gakan mau minta maaf, itulah kenapa gue yang minta maaf. Tolong pahami kenapa Y/n bisa jadi brutal kayak gitu. Dia udah terlanjur emosi. Dari semenjak kejadian di apartemen lo itu, Y/n selalu nahan amarahnya. Makanya amarah dia jadi meledak waktu denger fakta yang sebenernya."

Ucapan Jaemin membuat Yeri bungkam. Dalam hati iya membenarkan pemikiran Jaemin. Namun gengsi dan ego lebih tinggi, jadi Yeri tidak berkata apapun.

"Mana nomor telepon orang tua lo? Biar gue hubungi mereka. Mereka harus tau keadaan lo. Walaupun nantinya gue yang bakal kena semprot." Lanjut Jaemin.

"Gada guna lo hubungi orang tua gue. Mereka gakan dateng."

"Kenapa?"

"Karena mereka lebih sayang sama bisnis dan kerjaan mereka dibanding gue. Sekalipun gue mati juga mereka gakan peduli."

"Kok ngomongnya gitu? Gada orang tua yang..—"

"Halah! Berisik lo! Kalau mereka sayang gue, mereka gakan sesibuk ini! Lo gakan paham karena lo gada di posisi gue."

Jaemin membuang napas pelan, "Terus siapa yang harus gue hubungi? Salah satu keluarga lo harus tau."

"Gada. Lo gak perlu hubungi siapapun. Di dunia ini gue emang hidup sendirian. Mending lo pergi! Urusin cewek kampung itu! Gak usah peduliin gue!" Setelahnya, Yeri memiringkan tubuhnya, membelakangi Jaemin menghadap jendela.

"Yaudah kalau itu mau lo. Gue pergi ya. Get well soon, Yeri." Kata Jaemin yang kemudian pergi dari sana.

Perlahan, air mata Yeri jatuh menetes. Karena faktanya, di dunia ini ia memang hidup sendirian.

Besoknya, Jaemin datang kesini sambil membawa buah-buahan.

"Lo ngapain sih dateng kesini lagi?! Pasti di suruh Y/n 'kan?! Buat mata-matain gue?! Dan mastiin kalau gue mati?! Iya 'kan?!" Kesal Yeri.

"Gak boleh soudzon. Y/n gak tau kok kalau gue dateng kesini."

"Ha?"

"Iya, gue dateng kesini tanpa sepengetahuan dia."

"Kenapa?"

"Karena... gue mau jenguk lo. Bukannya lo bilang gada yang peduli sama lo? Jadi gue pikir gada salahnya buat gue jengukin lo."

Yeri diam, sedangkan Jaemin mengulas senyum.

"Gimana? Kepalanya masih sakit?" Tanya Jaemin yang kini sudah duduk di kursi samping ranjang.

"Hem.. yah.. lumayan."

Jaemin mengangguk paham. Tangannya mengambil buah apel dari dalam keranjang buah yang ia bawa. Di dalam keranjang itu juga ada pisau, dan langsung Jaemin ambil juga.

Ia memotongkan apel itu, lalu di berikan ke Yeri.

"Nih makan."

Yeri mengambil saja potongan apel itu dari tangan Jaemin tanpa bilang apapun.

"Gue cuma sebentar mampir kesininya. Sekitar jam 11, gue harus balik. Ada matkul soalnya." Ujar Jaemin yang diangguki oleh Yeri.

2 hari kemudian, Jaemin baru datang lagi kesini.

"Kok baru dateng lagi? Gak dibolehin sama Y/n?" Tanya Yeri.

"Hm... Y/n sampe sekarang gak tau kalau gue jenguk lo. Kalau tau, dia bisa ngamuk. Kemarin-kemarin gue sibuk sama tugas kampus. Em... Gimana keadaan lo? Udah mendingan?"

"Udah, tapi kadang suka pusing. Kata dokter harus banyak makan buah."

Jaemin mengangguk paham, "Gue juga bawa buah. Lo makan lagi ya?"

Yeri mengangguk, dan Jaemin pun mengupaskan buah jeruk untuk Yeri.

"Besok kesini lagi enggak?" Tanya Yeri sambil memakan jeruk.

"Kalau sempet, gue bakal kesini. Kalau enggak, ya enggak."

Yeri mengangguk lagi meski agak kecewa.

"Jangan bilang siapa-siapa ya kalau gue jenguk lo."

"Kenapa?"

"Gue cuma gak mau bikin orang-orang salah paham. Terutama Y/n. Moodnya lagi jelek banget. Bisa 'kan?"

Lagi-lagi Yeri mengangguk. Ia juga tidak mau berurusan lagi dengan Y/n.
|
|
|

"Shit! Kok Jaemin gak bilang sih sama gue?!" Pekik Jeno kesal setelah mendengar cerita dari Yeri.

"Dia gak mau bikin orang-orang salah paham. Lo jangan bilang ini ya ke Y/n? Ke siapapun itu, lo jangan bilang kalau Jaemin sempet jenguk gue."

Jeno mengangguk, "Terus Jaemin gak dateng lagi kesini?"

"Enggak. Itu terakhir kalinya Jaemin kesini. Ya mungkin dia emang sibuk. Lagian dia kalau jenguk gue gak pernah lama."

Mendengar itu, Jeno jadi bungkam. Ia mengakui bahwa Jaemin pintar juga dalam hal menyembunyikan sesuatu.

"Jeno,"

"Ya?"

"Cinta lo bukan buat gue 'kan? Dan gue juga gak bisa dapetin lo. Tapi.... gue bisa gak jadiin Jaemin milik gue?"











TBC

Gimana gaes? Boleh enggak Jaeminnya buat Yeri???

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top