95 - Ruang Untuk Jeno-Y/n
Jennie menggandeng lengan Jaemin begitu keluar dari mobil. Ia menyapa teman-temannya dengan sedikit kesombongan.
"Ini pacar baru lo?" Tanya salah satu teman Jennie.
Jennie mengangguk, "Iya dong. Gimana? Ganteng 'kan?"
"Iya anjir. Nikung boleh enggak?"
"Sini baku hantam dulu sama gue."
Mendengar itu, teman lainnya tertawa.
Di sisi lain, perasaan Jaemin sudah terasa tak karuan sedari tadi. Seperti ada sesuatu yang memaksanya untuk segera pulang.
"Jennie, ayo ajak pacar lo. Acaranya mau mulai." Ajak teman Jennie yang lain.
Jennie mengangguk, lalu menoleh ke yang sedang ia gandeng, "Ayo sayang." Katanya.
-----
Di rumah sakit, Renjun menghubungi Jeno untuk memberi kabar bahwa Y/n masuk rumah sakit. Alasannya karena ia tidak bisa mengganggu Jaemin.
Tadi kata dokter, Y/n butuh banyak istirahat. Ia juga harus di rawat inap untuk beberapa hari ke depan akibat ulah Y/n sendiri yang jarang makan, membuat berat badannya turun drastis. Di tambah lagi keadaan otak Y/n yang benar-benar jangar.
"Astaga~" Renjun menghela nafas lihat Y/n yang masih terbaring di atas ranjang dalam keadaan tidak sadar.
Brak
Suara pintu yang dibuka secara rusuh itu membuat Renjun terlonjak kaget. Ia menoleh dan mendapati Jeno yang terengah.
Benar, Jeno tergesa datang kesini setelah mendapat kabar dari Renjun tentang Y/n. Makanya jangan heran jika napasnya tersengal dan tak beraturan.
Ia langsung menghampiri Y/n meski deru napas masih tak terkendali.
Pandangannya beralih ke Renjun, "Apa kata dokter?"
"Dia cuma kecapean sama kurangnya asupan makanan. Dan dia juga harus di rawat inap." Jawab Renjun.
Jeno membuang napas lega. Ia bersyukur Y/n tidak apa-apa. Walau begitu, ia tetap khawatir.
"Kenapa gak suruh dia makan?" Tanya Jeno.
"Gue juga gak tau, Jen. Gue kan bukan asistennya Y/n."
"Mana Jaemin?"
"Jaemin.... lagi pergi."
"Pergi?! Y/n lagi sakit gini dia malah pergi?!" Pekik Jeno tak percaya.
"Bukan gitu, Jen. Jaemin...-"
"Mana sini gue telepon!!! Gue hajar baru tau rasa!!" Kesal Jeno sambil mengeluarkan hp dari saku.
"Dengerin dulu!" Kata Renjun yang ikut kesal sambil merebut hp Jeno.
Sontak hal itu buat Jeno kaget. Matanya melotot menatap Renjun meski sebenarnya Jeno tidak bisa melotot saking sipitnya.
"Jaemin bukan pergi tanpa alasan. Dia lagi nemenin Jennie ke ultah temennya. Jaemin juga gak tau kalau Y/n itu lagi sakit. Y/n tiba-tiba pingsan gitu aja." Jelas Renjun.
"Terus?!"
"Ya terus.... gue belum kasih tau dia. Baru lo doang yang gue hubungin."
"Kenapa gak di kasih tau, bodoh?!"
"Biasa aja, bodoh!"
Jeno mendecak sebal, "Yaudah sekarang kasih tau Jaemin. Dia harus balik sekarang."
"Tapi dia 'kan lagi...-"
"Bodo amat!! Y/n lebih penting ya!!"
Renjun merotasikan matanya, "Yaudah, gue coba hubungin Jaemin. Buka password hp lo." Katanya seraya menyodorkan hp yang di genggamnya ke Jeno.
"Pake hp lo lah. Masa pake hp gue?"
"Gada kuota."
"Telepon seluler."
"Gada pulsa."
"Heh! Terus tadi lu nelepon gue pake apa hah? Kebatinan??"
"Pulsa gue abis, Jen."
"Dasar kere." Cetus Jeno yang kemudian mengambil alih hp nya. Di buka password hp nya itu, lalu diberikan lagi ke Renjun.
Renjun menerima hp Jeno untuk menelepon Jaemin. Sedangkan Jeno duduk di kursi samping ranjang. Diambilnya tangan Y/n untuk di genggam.
Kenapa sih nyiksa diri sendiri? T_T - Jeno
Jaemin tak kunjung menjawab telepon, membuat Renjun mendengus kesal. Tadinya ia ingin mengobrol dengan Jeno. Namun melihat Jeno yang tampak sangat mencemaskan Y/n, niat Renjun terkurung. Ia pergi saja dari kamar itu untuk memberi Jeno ruang.
Tak lama kemudian, Y/n terbangun. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali saat merasakan pandangan yang buram. Lalu menoleh ke samping.
"Y/n?" Kaget Jeno.
Y/n pun sama kagetnya dengan kehadiran Jeno. Terlebih ketika ia menyadari bahwa tangannya ada dalam genggaman lelaki itu. Langsung saja ia tarik tangannya sampai terlepas dari genggaman Jeno.
Jeno diam, ia paham kenapa Y/n bersikap seperti itu. Bibirnya terlipat lucu menatap Y/n, membuat Y/n mendelik malas dan mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Masih marah ya? Em... Gue panggilin Renjun aja deh." Kata Jeno sambil berdiri dari duduknya.
"Gue gak butuh orang lain!" Kesal Y/n yang tak mau menolehkan kepalanya.
Hal itu buat Jeno mengurungkan niatnya. Ia sudah berdiri, terdiam setelah mendengar apa yang Y/n katakan.
Lalu Y/n menoleh, menatap tajam Jeno dan mengulang ucapan yang sama, "Gue gak butuh orang lain."
Jeno masih diam. Tidak tau harus apa dan tidak mengerti maksud Y/n.
Y/n menggeram kecil sebelum bangun dan terduduk. Matanya terus menatap tajam Jeno. Tapi perlahan air matanya jatuh yang lama kelamaan jadi terisak.
Sekuat apapun ia mencoba membenci Jeno, sekeras apapun ia mencoba untuk marah pada Jeno, nyatanya Jeno kini telah menjadi kelemahannya.
"Kenapa gak bilang dari awal kalau lo di jebak? Kenapa gak jujur sama gue? Kenapa lo bohong?" Tanya Y/n ditengah isak tangisnya.
Jeno membuang napas halus. Tangannya terangkat untuk menghapus air mata Y/n. Namun Y/n dengan cepat menghempas kasar tangan Jeno.
"Gak usah pegang gue! Gue benci sama lo Lee Jeno!" Y/n mengusap air matanya dengan kasar. Perasaannya campur aduk antara kesal, marah, sedih, kecewa, dan gemas.
Sedangkan Jeno memilih untuk duduk di sisi ranjang. "Jadi lo udah tau semuanya?" Tanyanya basa-basi.
Basa-basi karena Jeno memang sudah tau dari Jaemin dan Lisa. Ia pun tau tentang kondisi Yeri.
Y/n menundukkan kepalanya dan terus terisak. Melihat Jeno malah semakin membuat hatinya sakit. Ia jadi teringat tentang kejadian itu.
"Kenapa gak bilang dari awal? Hikss.. Gue kira lo emang ngelakuin itu atas dasar keinginan lo sendiri dan mabuk bareng sama Yeri."
"Gue percaya kalau lo cuma jadiin gue mainan doang karena sikap lo yang kasar sama gue terus tiba-tiba bisa berubah jadi manis. Itu gak masuk akal. Makanya...—Hikss.." Sambung Y/n. Tangisnya tak juga reda. Dan ia tak mampu melanjutkan ucapannya.
"Gue gak pernah mikir sampe kesitu. Apalagi sampe jadiin lo mainan." Jeno diam sejenak sebelum melanjutkan, "Terus kenapa lo diem aja kalau lo udah tau semuanya?"
" Karena gue takut lo gak sayang lagi sama gue. Perubahan lo bikin nyali gue menciut."
Mendengar itu, Jeno tertawa kecil.
Kepala Y/n menengadah dan menatap Jeno dengan kesal, "Apa ketawa-ketawa?! Lo pikir ini lucu?! Gue lagi sedih malah diketawain!!"
"Uuuuu sayang sayang~ Sini peluk dulu." Kata Jeno sambil menarik Y/n ke dalam pelukannya. "Yang berubah itu sikap buruknya Jeno. Tapi perasaan Jeno buat Y/n gakan berubah kok. Jeno masih sayang sama Y/n." Ujarnya seraya mengusap lembut kepala Y/n.
TBC
Sini absen dulu yang kangen sama book ini^_^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top