87 - Menghindar

Malamnya jam 8, Jaemin pergi ke rumah Jeno untuk menemui Jeno. Karena di chat tidak di balas, di telepon pun tidak diangkat.

Tok Tok Tok

Jaemin mengetuk pintu kamar Jeno. Tak lama kemudian, pintu terbuka menampakkan Jeno dengan piyamanya.

Tapi, Jeno malah langsung menutup pintu dan menguncinya begitu saja saat lihat ada Jaemin di depannya.

"Loh? Jeno! Buka Jen!"

"Gamao! Lo ngapain sih kesini?! Pulang sana!"

"Lee Jeno!! Gue perlu ngomong sama lo!! Buka pintunya!!"

Drak Drak Drak

Jaemin menggedor pintu kamar Jeno.

"Jeno!! Gue perlu bicara!! Lee Jeno!!!"

Drak Drak Drak

"Jen!! Buka pintunya!! Jeno!!!"

Jaemin mendengus. Ia semakin penasaran dengan Jeno. Tidak biasanya Jeno bersikap seperti ini.

Bibi Kim datang menghampiri Jaemin.

"Maaf den, mending aden pulang aja. Percuma, den Jeno gakan mau bukain pintu." Kata bibi Kim.

"Sejak kapan Jeno jadi gini, bi?"

"Sejak non Y/n pergi dari rumah. Semenjak itu, den Jeno jadi jarang keluar kamar. Makan pun ogah-ogahan. Dia keluar cuma kalau mau pergi ke kampus. Selebihnya diem di kamar. Rumah ini makin sepi aja, den."

Jaemin menghela napas. "Yaudah bi, makasih ya. Nanti Jaemin kapan-kapan balik lagi kesini."

"Iya den, sama-sama." Jawab bibi Kim.

Jaemin menatap sebentar ke pintu kamar Jeno sebelum benar-benar pergi dari sana.






-----






Besoknya..

Jaemin sedang duduk bersama Lisa di bangku taman kampus. Selain menunggu Y/n selesai kelas, mereka juga mau membicarakan tentang Jeno yang akhir-akhir ini selalu menghindar ketika bertemu teman-temannya.

"Gue gak ngerti. Jeno itu kenapa sih? Dia berantem ya sama Y/n?" Tanya Lisa.

"Hm.. yah... gitu." Jawab Jaemin seadanya sambil terus memegangi kamera yang ia bawa.

Entahlah, belakangan ini kamera itu selalu dibawa Jaemin.

"Lah? Terus kenapa kita juga jadi ikutan kena? Sumpah ya, gue gak paham. Jeno itu belakangan ini susah di hubungin. Anehnya, setiap ketemu gue, dia selalu kabur. Kan gue berasa jadi setan njir." Tutur Lisa agak kesal.

"Terus, Hyunjin sama Renjun juga cerita. Mereka ketemu Jeno di supermarket, eh pas mau disamperin, si Jeno malah kabur. Udah jelas HyunRen jadi bingung. Perasaan mereka bukan rentenir." Sambung Lisa.

"Kemarin juga gue ke rumah Jeno." - Jaemin

"Terus?" - Lisa

"Terus Jeno nya gak mau keluar dari kamar. Dia malah nyuruh gue pergi." - Jaemin

"Nah 'kan aneh. Emang gila dah tu anak. Heran. Kudu di rukiyah kek nya, Jaem." - Lisa

Saat sedang asik mengobrol, Lisa tiba-tiba memekik.

"Loh? Itu Jeno!"

Sontak saja Jaemin mengalihkan pandangannya. Memang benar ada Jeno. Tapi sesuai dugaan, Jeno langsung berbalik badan dan berlari menjauh.

Jaemin  menyerahkan kameranya ke Lisa, lalu ikut berlari mengejar Jeno.

"Jeno!!" Panggil Jaemin.

Aksi kejar-kejaran itu menarik perhatian mahasiswa/i yang ada disana. Mereka bingung kenapa dua pangeran kampus berlarian begitu.

Jaemin terus mengejar. Hingga akhirnya, ia kehilangan jejak Jeno.

Bukannya mendapatkan Jeno, ia malah merasakan napas yang tersengal.

"Si Jeno larinya cepet banget njir kek atlet maraton. Capek gue." Gumam Jaemin disela-sela kesibukannya mengambil napas.

"Anjir napas gue gak netral-netral. Berasa mo mati." Gumamnya lagi. Ia berusaha mengambil napas banyak-banyak lalu di hembuskan.

Tiba-tiba ada yang menyenggol pinggang Jaemin, buat Jaemin agak oleng.

"Lagi apa disini?"

Itu Y/n. Dia yang menyenggol Jaemin. Memang kurang kerjaan itu anak.

"Capek gue." Kata Jaemin.

"Capek? Emangnya abis ngapain? Sampe keringetan gitu." Bingung Y/n. Tangannya terangkat untuk mengusap keringat Jaemin.

Lagi keringetan aja, Jaemin wangi. Bisa gitu ya? Dasar cogan.

"Abis ngejar tuyul."

"Hah?"

Y/n segera menggelengkan kepalanya. Jaemin memang kadang suka melantur saat diajak bicara.

"Kasian banget. Mau gue kasih napas buatan?"

Mendengar itu, Jaemin menoleh ke Y/n.

"Napas buatan? Boleh, sini." Katanya sambil menarik pinggang Y/n mendekat.

"Eeeee!! Maap, gak boleh mesum disini. Kasian sama yang jomblo." Ujar seorang mahasiswa.

"Yang jomblo? Siapa?" Bingung Jaemin.

"Noh yang lagi baca. Kasian, ntar pada pingin juga. Sana sana! Di tempat lain aja."

"Hiyahiyahiya masih pada jomblo." - Jaemin

"Kan lo juga jomblo, Jaem." - Y/n

"Lah iya juga. Njir. Gada yang mau sama gue gitu?" - Jaemin

"Gada. Lo terlalu Starbucks buat mereka yang marimas." - Y/n

Jaemin merotasikan matanya. Mengubah posisi tangan jadi merangkul pundak Y/n.

"Sakarepmu lah. Yok." Ajak Jaemin yang kemudian membawa Y/n pergi dari sana.

"Lah? Balik-balik udah bawa Y/n aja." Kata Lisa saat Jaemin dan Y/n datang menghampirinya.

"Iya tadi pas bubaran kelas, gue liat Jaemin. Terus gue samperin deh. Eh dianya ngos-ngosan. Ditanya abis ngapain malah jawabnya lagi ngejar tuyul." Y/n menjelaskan.

Lisa tertawa. Lalu melihat ke Jaemin yang memberinya kode untuk diam. Maksudnya jangan beritahu ke Y/n tentang ia yang mengejar Jeno. Lisa hanya mengangguk paham saja. Lagipula, ia sendiri tak mau membuat keadaan bertambah runyam.










TBC

NEH SPOILEEEERRRRR

"Kita ini sahabat. Lo bisa ceritain apapun ke kita. Kita bagai rumah buat lo, Jen. Ketika lo ngerasa sedih, pulanglah ke genggaman kita." - Jaemin

Jeno mengusap pipinya yang basah meski hal itu tak berguna karena air matanya terus jatuh.

Ia hanya ..... tidak tau harus mulai darimana.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top