76 - Jeno Yang Manis
Y/n lagi sibuk buat jus di dapur. Tiba-tiba ia jadi ingin minum jus.
Tinggal di rumah Jeno itu enak. Segala ada ; buah-buahan, sayur-sayuran, kue, ice cream, cokelat, pudding. Bahkan jika ingin membuat cake pun, tinggal buat saja. Bahan-bahan sudah tersedia.
Cuma.... yah kadang Y/n suka teringat pada mamanya. Biasanya, kalau Y/n mau apa-apa, pasti ada yang membuatkan. Tak perlu buat sendiri. Hmm....
Jaemin juga bisa masak. Mulai dari masak sayur, daging, sampai buat cake pun Jaemin bisa. Hanya saja, tidak mungkin ia menyuruh Jaemin kesini hanya untuk membuatkannya sesuatu. Selagi bisa sendiri, kenapa harus minta buatkan?
Saat Y/n sedang asik melamun sambil memblender buah, tiba-tiba ada lengan yang melingkar di pinggangnya dari belakang.
Y/n terlonjak kaget. Ia kira siapa, ternyata ketika menolehkan kepalanya, itu adalah Jeno. Dagunya di simpan di pundak Y/n.
"Jeno! Lo apaansi! Lepasin ah!" Kata Y/n agak kesal.
"Gamao." Jawab Jeno dengan senyum lucu yang khas.
"Dih? Lepasin, Jen! Risih njir. Ini gue lagi bikin jus. Napa dah mesum amat."
Jeno merotasikan matanya, lalu ....
Cup.
.... mencium pipi Y/n singkat sebelum melepas pelukannya.
Tentu saja Y/n kaget. Siapa yang tidak kaget ketika tiba-tiba dicium begitu?
Mata Y/n membulat. Kemudian mengusap pipinya yang habis dicium Jeno pakai lengan yang tertutupi kemeja yang sedang ia pakai.
"Nyium lagi gue tonjok!" Ancam Y/n sambil menunjukkan kepalan tangannya ke Jeno.
"Napa sih sewot amat. Dicium aja gamao."
"Ya gamau lah! Lo pikir aja sendiri! Nih rasain!" Y/n meninju-ninju kecil perut Jeno yang buat Jeno terkikik pelan.
Setelah itu, Y/n kembali lagi ke aktivitasnya. Ia mematikan blender, lalu menuangkan isinya ke dalam gelas.
"Bikin jus apa?" Tanya Jeno.
"Jambu. Napa? Mau?"
Jeno mengangguk-anggukan kepalanya yang terlihat sangat menggemaskan.
"Bikin aja sendereee." Ujar Y/n dengan nada yang menyebalkan.
Mata Jeno memicing menatap Y/n sebelum berotasi malas.
"Yodalah, kuy ikut gue." Jeno merangkul Y/n dan membawanya pergi.
"E-eh jusnya..."
Keduanya berhenti, kemudian Y/n melepaskan rangkulan Jeno dan berbalik untuk mengambil gelasnya. Ia kembali, Jeno pun langsung rangkul Y/n lagi.
"Hm.... Kok lo tumben banget." Celetuk Y/n yang buat Jeno mengerutkan keningnya bingung.
Mereka sedang jalan menuju lantai atas.
"Tumben apanya?" Tanya Jeno.
"Noh sikap lo manis amat. Biasanya tukang marah-marah ke gue. Mana sikap tsundere lo itu? Mana?"
"Hm.... Kemana ya~?" Gumam Jeno sambil menyandarkan kepalanya ke kepala Y/n.
"Dih? Gue nanya serius."
Jeno tertawa kecil.
Keduanya pun sampai di kamar Jeno. Y/n masuk duluan, sedangkan Jeno belakangan untuk menutup pintu dan di kunci. Hiyahiyahiya..
"Kenapa di kunci?" Tanya Y/n. Menatap curiga ke arah Jeno.
Jeno menarik hidung Y/n seraya berkata, "Jangan mikir yang aneh-aneh. Gue cuma mau ngobrol aja sama lo."
Tangan Y/n tergerak untuk melepas tangan Jeno dari hidungnya. "Ya tapi kenapa di kunci? Kan bisa di tutup aja pintunya."
"Berisik banget ih. Udah sini ikut." Jeno menutup mulut Y/n dan membawanya masuk lebih dalam.
Mereka duduk di karpet dengan punggung yang bersandar ke sisi kasur. Keduanya diam. Membuat Y/n bingung mau apa. Jadi ia memilih untuk meminum jus yang dibawanya sedikit-sedikit.
"Mata lo minus beneran gak sih?" Jeno memulai percakapan.
"Kenapa emangnya?"
"Kepo aja. Kadang lo pake kacamata, kadang enggak. Kek sekarang, lo pake kacamata. Kalau mata lo minus, emangnya enak kalau gak pake kacamata kek kemarin?"
"Hm.... Sebenernya gue gak minus."
"Terus?"
"Ya suka-suka gue lah mau pake kacamata atau enggak. Hidup-hidup gue."
"Njir. Gue 'kan cuma nanya. Gak usah sewot napa."
"Abisnya lo aneh banget. Belakangan ini jadi suka kepo sama gue."
"Suka-suka gue." Jawab Jeno. Tangannya merebut gelas yang Y/n pegang, lalu diminum.
"Heeyyy!! Itu 'kan jus gue." Pekik Y/n tak terima.
Pipi Jeno menggembung, penuh dengan jus. Ia telan, kemudian bilang, "Hm.... Jus jus apa yang menggambarkan diri lo?"
"Apa?"
"Jus the way you are."
"ITU JUST ANJIR!" Y/n ngegas sambil nabok kecil pipi Jeno.
Jeno terkikik bentar.
"Di lengan pakaianmu, ada noda getah karet." Kata Jeno selanjutnya.
"Hah?" Bingung Y/n yang memang tidak paham maksud Jeno.
"Aku cinta kamu, cintanya pake banget."
"ANJENG! CRINGE BANGSAT!" Y/n kembali ngegas, tapi habis itu malah ketawa ngakak.
Karena ketawa ngakak nya, Y/n jadi harus mendorong kacamata yang di pakainya ketika merosot. Hal itu buat Jeno kesal sendiri. Lantas ia melepaskan kacamata Y/n.
"L-loh? Kok di lepas? Sini balikin!" Y/n berusaha mengambil kacamatanya dari tangan Jeno, tapi tak Jeno berikan. Ia malah menyembunyikannya di balik punggung.
"Kalau gak minus ya ngapain pake kacamata? Ntar matanya minus beneran." Kata Jeno.
Y/n mengerucutkan bibirnya lucu.
"Lo tau gak kalau lo adalah orang pertama yang pernah gue cium selain nyokap gue?" Lanjut Jeno, mengalihkan topik.
"Hah?"
"Hah hah mulu ih. Dasar congek."
Y/n menggeleng cepat, menyadarkan diri akan ucapan Jeno. "L-Lo serius?"
"Iyalah. Ngapain juga bohong."
"Anjir. Gue pikir...—"
" 'Gue pikir' apa? Lo yang kesekian? Emangnya gue apaan cium sana-sini?"
"Bukan gitu. Soalnya... lo 'kan nAcKaL."
Jeno merotasikan matanya, tapi tetap membenarkan ucapan Y/n bahwa ia memang nakal.
"Dulu itu.... gue naksir sama Somi waktu SMA." Jeno kembali bercerita.
"Som-Somi...—"
"Iyaa, Jeon Somi. Kita itu sekelas waktu SMA. Kemana-mana barengan. Terus gue naksir sama doi. Eh doi nya malah b aja gitu gada rasa suka ke gue."
"....."
"Gue udah nembak dia. Tapi dia bilang gini, "Kita sahabatan aja ya Jen." gitu katanya. Nyesek sampe ubun-ubun njir. Nah, abis itu, gue gak pernah jatuh cinta lagi. Somi itu cinta pertamanya gue. Kadang gue masih suka gemes liat muka dia yang cantik. Tapi ya biasa aja, gak kek waktu SMA dulu.
Pas lulus sekolah, dia lanjutin kuliahnya di London bareng sepupunya, si Jeongin. Balik kesininya kadang-kadang. Itupun harus bolos biar bisa kesini."
"Oh gitu." Y/n mengangguk-anggukan kepalanya paham. "Kasian ya anda. Cintanya gak kesampean." Habis itu, Y/n tertawa.
"Oh kasihan~ Oh kasihan~ Aduh kasihan~" Ejek Y/n dengan sebuah nada di kalimatnya.
"Dih? Seneng banget ya ngejekin gue?" Jeno mencubit gemas pipi Y/n.
Tawa kecil terdengar dari Y/n.
"Terus.... gimana?" Tanya Y/n. Ia masih bingung dengan cerita cintanya Jeno.
(( Cerita cinta )) Hiyahiyahiya
"Gak gimana-gimana. Ya gue sama Somi sahabatan aja sampe sekarang. Dan gue itu pernah nyium cewek cuma ke Somi doang —sebelum ke lo—, itupun di kening." Jelas Jeno.
"TERUS KENAPA KE GUE MAIN NYOSOR AJA?! YA DI PIPI! YA DI BIBIR! DASAR COWOK MESUUUUMM!!" Y/n lagi-lagi ngegas. Kali ini tangannya tergerak untuk menarik kuping Jeno.
"Aduduh~ Ampun~" Ringis Jeno pelan yang buat Y/n melepaskan tangannya dari kuping Jeno.
Mata Y/n menatap tajam ke arah Jeno. Tadinya Jeno tidak mau balik menatap Y/n, tapi akhirnya, Jeno mau menatap Y/n. Tepat ke dalam retinanya.
Tatapan lembut, namun hangat. Itulah yang dapat Y/n deskripsikan untuk tatapan Jeno saat ini.
"Lo tau kenapa gue berani nyium lo?"
Y/n diam. Masih terpaku pada tatapan dari Jeno.
"Em.... Gue gak tau ini bener apa enggak. Tapi mungkin..... gue mulai suka sama lo."
Next 👇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top