2 - Meet Again
"Eh! Kok ada lo disini?!"
Jeno terkejut ketika memasuki rumah, ia malah menemukan Y/n ada di dalam rumahnya sedang mengobrol bersama Tante Lee --mommy nya.
Y/n diam, Jeno segera menghampiri mereka berdua.
"Woy!! Lo ngapain disini?! Lo cewek kampung yang tadi ngajak gue ribut kan?!" Pekik Jeno kesal.
Pandangan Jeno beralih ke Tante Lee, "Mom!! Mommy ngapain sih ngajak cewek kampung ini ke rumah kita?!"
"Sayang, dengerin mommy ya. Mulai sekarang, Y/n bakal tinggal di rumah kita. Dan..---"
"Apa??!! Mom!! Mommy gak waras ya?! Dia itu cewek kampung!! Gak pantes tinggal di rumah besar kayak gini!!"
"Mommy belum selesai bicara, nak. Dengerin dulu. Y/n ini yang bakal ngatur semuanya dan dia juga yang bakal pegang semua kunci, termasuk kunci rumah."
"Hah???!!! Mom!! Mommy ini kenapa sih?! Gak!! Jeno gak setuju!!"
"Kamu harus setuju. Karena ini keputusan mommy."
"Mommy~~~~!!! Dia itu ngeselin mom! Dia cupu!! Dia culun!! Dan kurang ajar sama Jeno!! Masa Jeno harus tinggal serumah sama dia sih?!"
"Yaudah kalau kamu gak mau, kamu bisa angkat kaki dari rumah ini. Kamu bisa cari kos-kosan atau kontrakan. Tapi, mommy gak akan transfer kamu uang lagi."
"Apa??!! Mom!! Kok mommy tega?! Mommy lebih milih dia dibanding Jeno?!"
"Mommy gak milih siapa-siapa. Mommy gak mihak siapapun. Ini udah jadi keputusan mommy sama ayah. Jadi mau gak mau kamu harus setuju."
Jeno merengut kesal.
"Ah ya, dan.... mana dompet kamu?" Tante Lee menengadahkan tangannya.
"Buat apa mom?"
"Siniin aja. Mana?"
Jeno memberikan dompetnya ke Tante Lee.
Tante Lee mengambil semua uang yang ada di dalam dompet Jeno, juga kartu ATM.
"Loh? Kok diambil sih mom?"
"Mulai sekarang, uang sama kartu ATM kamu, Y/n yang pegang. Jadi, kamu gak bisa boros lagi."
"Ish!! Mommy apaan sih?! Mommy mau bunuh Jeno ya?!"
"Bukan mau bunuh, nak. Tapi ini demi kebaikan kamu."
"Kebaikan apanya mom? Mommy mempercayakan semuanya ke orang asing kayak gitu. Gimana kalau dia morotin habis harta kita?! Gimana kalau dia suatu hari bakal bawa harta kita dan kabur ke luar negeri?! Mommy gak takut?! Mommy kenapa gak mikir sampe kesana?!"
"Pikiran kamu tuh yang kejauhan. Udah, pokoknya Y/n yang bakal jadi kepala di rumah ini. Nanti Y/n yang bakal ngasih kamu jatah jajan. Dia juga yang bakal siapin menu makan apa aja di rumah ini."
Jeno mendengus kesal.
Tante Lee memberikan uang dan kartu ATM milik Jeno ke Y/n, yang langsung di terima oleh Y/n.
"Y/n, tante titip ya sayang?" Ucap Tante Lee.
"Iya tante."
"Nah, Jeno, mommy harus balik ke kantor. Bersikap baik ya sama Y/n." Kata Tante Lee sambil memberikan kembali dompet itu ke Jeno.
Jeno hanya menjawab 'hm' saja seraya menerima dompetnya yang isinya hanya tinggal STNK, SIM, KTP, dan kartu pelajar.
Setelah Tante Lee pergi, Jeno mendekat, lalu mencengkeram kuat pipi Y/n.
"Heh kampung!! Mau lo apa sih hah?! Belum puas lo bikin gue kesel?!"
Y/n menginjak kaki Jeno hingga membuat Jeno meringis dan melepaskan cengkeramannya.
"Gak usah kasar sama gue!" Kata Y/n.
"Kalau lo gak terima, lo bisa ngadu sama Tante dan Om Lee. Gak usah kasar ke gue! Apalagi sampe ngancem. Nanti kalau diancem balik, baru tau rasa!" Sambungnya.
"Sumpah ya!! Lo cewek paling ngeselin yang pernah gue temuin!!"
"Oh! Bagus dong. Berarti cuma gue doang yang berani nantang cowok arogan kayak lo."
"Ish!! Liat aja! Gue bakal bikin lo gak betah tinggal disini!! Gue juga yang bakal nyeret lo keluar dari rumah ini!!"
"Hm... Lo harus tau aja, Lee Jeno. Gue itu bukan cewek yang gampang nyerah. Tapi.... ya semoga lo berhasil deh." Y/n tersenyum miring, kemudian pergi ke dapur, meninggalkan Jeno sendirian disana.
Jeno menggeram marah, menatap tajam punggung Y/n yang semakin menjauh. Kemudian mendelik malas lalu pergi ke kamarnya yang berada di lantai 2.
.
.
.
"BIBIIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!!" Teriak Jeno.
Matanya masih membulat tak percaya akan apa yang ia lihat sekarang ini.
Kamarnya berantakan seperti kapal pecah.
Ini memang ulah Jeno. Kamarnya selalu berantakan. Tetapi, setiap pulang dari kampus, kamarnya selalu kembali rapi. Tapi kenapa sekarang kamarnya masih berantakan??
"BIBIIIIIIIIIIIIIIII!!!!" Jeno berteriak lagi.
"I-iya den?"
Jeno menoleh, ada wanita paruh baya di belakangnya. Pembantu di rumah ini yang selalu di panggil Bibi Kim.
"Bibi!! Kenapa kamar Jeno masih berantakan?! Bibi ngapain aja di rumah?! Bibi gak beresin kamar Jeno?!" Tanya Jeno agak membentak.
"Um... Maaf den. Tadi bibi mau beresin kamar aden. Tapi kata non Y/n, jangan."
Jeno kembali menggeram. "Ish!! Cewek kampung itu lagi!!"
"Y/NNNNNNNN!!!!!" Teriak Jeno.
"Y/NNNNNNNN!!!!!" Jeno berteriak lagi ketika tak ada sahutan. Padahal suara Jeno benar-benar keras dan melengking. Bibi Kim saja sampai menutup kedua telinganya rapat-rapat.
"Sialan!" Kesal Jeno. Ia turun ke lantai 1 dan mencari keberadaan Y/n.
Akhirnya ia ketemu Y/n di dapur, sedang membuat cake.
"Heh cewek kampung!!" Bentak Jeno.
Y/n mendelik malas, "Apa?"
"Lo kenapa gak nyaut waktu gue teriak manggil lo?! Lo budek apa gimana?!"
"Gue denger kok. Suara lo itu keras dan melengking kayak toa."
"Terus kenapa lo diem aja?!"
"Ya emang gue harus apa? Nyusulin lo ke atas gitu?"
"Yaiyalah!"
"Dih? Ogah. Lo yang butuh, kenapa harus gue yang nyamperin lo?"
Jeno mengepalkan tangannya kesal.
"Terus maksud lo apa larang bibi beresin kamar gue?!" Bentak Jeno kemudian.
Y/n mendecak sebal, "Itu kan kamar lo. Lo yang berantakin, ya lo juga lah yang harus beresin. Masa bibi Kim?"
"Tapi kan itu emang udah tugasnya bibi."
"Ngaco! Bibi Kim cuma tugasnya masak, cuci baju, cuci piring, belanja, sama beresin rumah. Bukannya beresin kamar lo."
"Ish! Apa sih maksud lo?! Lo mau sok berkuasa di rumah ini?!"
"Enggak kok. Ngapain juga nguasain rumah yang bukan milik gue?"
"Terus kenapa lo ngatur-ngatur semuanya?!"
Y/n berhenti dari aktivitas nyanyang tengah mengaduk adonan, lalu berdiri menghadap Jeno. Melipat tangan di depan dada tanpa rasa takut.
"Gini ya, Lee Jeno. Gue itu udah di kasih kepercayaan buat ngurusin rumah ini dan jadi kepala di rumah ini. Apapun yang menurut gue baik, bakal gue lakuin. Dan apapun yang menurut gue salah, bakal gue buang jauh-jauh mulai dari sekarang.
Tante Lee itu maunya keadaan di rumah ini berubah. Dia berharap gue bisa ngerubah apapun yang gak baik di rumah ini, termasuk sikap lo."
"Ck, menurut lo, lo mampu?"
"Ya mampu lah. Jadi mulai sekarang, kamar lo jadi urusan lo. Kalau berantakan, beresin sendiri, jangan minta Bibi Kim yang beresin."
"Brengsek lo!! Dasar mata empat!!" Setelah mengatakan itu, Jeno pergi dari dapur dengan keadaan kesal.
Y/n tersenyum miring, Mata empat ya? Kalau lo tau gue yang sebenernya, mampus lo.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top