16 - 6th Mission

"Maaf ya sayang, tante belum bisa pulang sekarang. Tante telat beli tiket, jadi tiketnya udah habis."

"E-eh, iya tante, gakpapa kok."

"Jeno gimana? Masih suka pulang larut?"

"Masih tante. Tapi tante tenang aja, Y/n yakin mulai sekarang Jeno bakal pulang sebelum jam 9 malem."

"Aduh, maaf ya kalau tante ngerepotin kamu. Maaf juga karena Jeno yang gak mau nurut dan nakal."

"Iya tante, gakpapa. Tante gak ngerepotin kok. Ini kan emang permintaannya mama."

"Jeno ngancem kamu enggak, sayang? Atau kasar sama kamu?"

Iya tante, kasar. Kasar banget. Batin Y/n.

"Enggak, Jeno gak kasar. Tante tenang aja."

"Oh syukur kalau gitu. Kalau Jeno kasar, apalagi sampe mukul kamu, bilang sama tante ya nak? Biar tante yang marahin Jeno."

"Iya tante, siap."

"Kalau gitu tante tutup ya teleponnya."

"Iya tante. Jaga kesehatan ya tante..."

"Kamu juga ya sayang."

Tut.

Y/n membuang napas pelan. Ingin rasanya ia mengadu pada Tante Lee. Tapi tidak mungkin ia lakukan. Bisa kepikiran kalau Tante Lee tau.

Sekarang Y/n ada di rumahnya keluarga Lee. Lebih tepatnya di sofa depan tv. Sendirian.

Tadi Jaemin pamit pulang. Hanya mengantarkan Y/n saja. Jadi.... yasudah, begitu.

"Pokoknya, misi ke-6 ini harus berhasil!" Gumam Y/n.





-----





Jeno kembali ke dalam club setelah selesai bicara dengan mommy nya.

"Apa kata nyokap lo?" - Renjun

"Dia gak bisa pulang hari ini. Tiket habis." - Jeno

"Oh, yaudah bablasin aja sampe subuh Jen." - Lisa

"Gak bisa." - Jeno

"Kenapa?" - Lisa

"Nanti kalian semua di seret lagi ke penjara." - Jeno

"Ha?" - Lisa

Jangan heran, saat pesta alkohol itu, Lisa memang tidak ada. Dia sedang menjalani hukuman dari ayahnya untuk diam di rumah. Makanya Lisa tidak tau apa-apa.

"Gak ah. Gak mau gue masuk lagi ke penjara." - Miyeon

"Gue juga. Apaan anjer dateng kesini malah di masukin ke penjara." - Jeongin

"Penjara? Apaansi, gak ngerti gue." - Lisa

"Makanya dateng dong, jadi tau berita terkini." - Han

"Yaudah apaan? Kasi tau gue." - Lisa

Han menceritakan apa yang terjadi. Hal itu pastinya membuat Lisa menganga tak percaya.

"Apa? Seriusan lo?" - Lisa

"Iya, serius. Lo pikir gue bercanda?" - Han

"Aih~~ Gak nyangka gue. Nekat amat ya itu cewek." - Lisa

"Iya anjer. Untung bisa bebas." - Miyeon

"Terus jadinya gimana?" - Lisa

"Gak gimana-gimana. Dia cabut tuntutan dengan syarat." - Jeno

"Apa syaratnya?" - Lisa

"Gue nurut sama apa yang dia bilang." - Jeno

"Ha? Cuma itu?" - Lisa

"Iya." - Jeno

"Weh gue kira dia bakal minta harta." - Lisa

"Ya enggak lah, apaansi." - Renjun

"Dih sewot." - Lisa

"Terus dia nyuruh apa?" - Miyeon

"Ya itu, nyuruh gue balik sebelum jam 9 malem." - Jeno

"Halah Jen, kalau cuma itu mah turutin aja kali. Selagi dia gak nyuruh yang macem-macem, mending iya-in aja. Daripada kita masuk penjara lagi. Emangnya lo mau balik kesana? Kalau gue sih ogah." - Miyeon

"He'em, awas aja ya Jen, gue gak mau terseret lagi ke penjara." - Han

"Gue juga ogah. Apa jadinya sama masa depan gue yang cerah ini kalau ngedekem di penjara?" - Felix

"Ya siapa sih yang mau masuk penjara? Penjahat juga gak mau, apalagi kita." - Lisa

"Ya makanya, Jeno kudu nurut sama omongan Y/n." - Felix

"Ish! Kenapa jadi ribet gini sih anjir?" - Jeno

"Itu kan salah lo sendiri. Dari awal udah di peringatin sama Y/n, masih aja gak mau nurut." - Renjun

"Goblok amat itu cewek!" - Jeno

"Elu yang goblok, Jen." - Renjun

"Ha? Kok gue?" - Jeno

"Pikir aja sendereeeee." - Renjun






-----






Jam 9 kurang 15 menit, Jeno sudah pamit pulang kepada teman-temannya. Jeno hanya tidak ingin menyeret teman-temannya itu masuk lagi ke penjara. Makanya ia lebih memilih untuk pulang.

Jeno juga sengaja tidak minum alkohol dalam jumlah banyak. Sedikit saja, karena tidak mau sampai kecelakaan di jalan. Jam segini kan jalanan masih ramai.

Sesampainya di rumah, ia melihat Y/n yang tengah menonton tv. Langsung saja Jeno ke atas tanpa mau menyapa.

"Oy Jen," Kata Y/n, membuat Jeno berhenti.

"Gitu dong nurut. Jadi kan gak usah tidur di luar lagi." Sambung Y/n tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv.

"Bacot bangsat." Kesal Jeno yang kemudian melanjutkan jalan menaiki tangga.

"Mandi dulu ya sebelum tidur!!" Teriak Y/n karena Jeno berjalan cepat dan tak menghiraukan apa yang diucapkannya.

Di kamar, Jeno langsung tidur. Bukan jorok, tapi kepalanya terlalu pening akibat alkohol itu. Dan seluruh tubuhnya terasa sangat capek mengingat dari pagi sudah keluyuran. Em... Pergi ke kampus maksudnya.

Kamarnya juga berantakan. Kasur tak rapi. Sepatu dan tas dimana saja. Buku-buku berserakan. Dan karpet yang posisinya sudah tidak jelas.

Ingat kenapa kamar Jeno berantakan dan tak ada yang membereskan? Benar, Y/n tidak membiarkan Bibi Kim membereskan kamar Jeno. Karena dalam list nomor 2, Jeno harus merapikan kamarnya sendiri. Mulai sekarang, kamar Jeno ya jadi urusannya Jeno.

Jeno tertidur pulas. Sangat pulas.

Namun, ia terbangun ketika jam menunjukkan pukul 2 pagi. Perutnya keroncongan mengingat dirinya belum makan dari siang.

Jeno pun beranjak dari kasur menuju dapur dengan malas. Ia akan makan agar bisa tidur kembali.

Di sisi lain, Y/n yang ikut terbangun karena mendengar suara aktivitas seseorang di dapur, terpaksa harus memeriksa. Bukan apa-apa, jika itu maling? Bisa gawat nanti.

Y/n turun dan melihat ke dapur. Disana ada Jeno yang baru saja selesai makan. Tapi kemudian Jeno malah menggaruk-garuk punggungnya.

"Kenapa, Jen?" Tanya Y/n sambil berjalan menghampiri Jeno.

"Bukan urusan lo. Gak usah sok peduli." Sinis Jeno.

Y/n diam. Menatap Jeno dengan mata yang di picingkan.

"Lo gak mandi ya tadi? Langsung tidur?" Tebak Y/n.

"Apasi. Gue bilang lo gak usah sok peduli!"

"Dih. Mampus. Pasti gara-gara biang keringet. Gak mau nurut sih. Jadi gatel-gatel kan badannya."

"Berisik!" Kesal Jeno yang masih saja menggaruk punggungnya dengan kesusahan.

"Ayo sini ikut gue." Kata Y/n seraya menarik tangan Jeno ke lantai atas.

"Eh, mau kemana?"

Y/n tetap menarik tangan Jeno dengan paksa. Ia membawanya ke kamar.

Eh, jangan ambigu. Y/n hanya ingin mengobati Jeno, bukan mau melakukan hal yang iya-iya seperti emot bulan gosong ini 👉 🌚

Sesampainya di kamar Y/n, Y/n mendudukkan Jeno di atas kasur.

"Buka baju lo." Kata Y/n.

"Ha?"

"Buka baju lo, anjer."

"Lo mau ngapain? Cih, cewek mesum."

"Berisik. Gak guna mesum sama lo. Cepetan buka! Atau gue yang bukain hah?!"

Jeno mendecak, lalu membuka bajunya hingga menampakkan perut kotak-kotak nya.

"Tiduran."

"Ha?"

"Tiduran! Buset dah."

Jeno pun tiduran, namun hal itu malah membuat Y/n memekik kesal.

"Tiduran tengkurap bangsat! Lo ngapain tiduran terlentang?!"

"Ya ngomong dong. Lo tadi bilangnya tiduran doang." Setelahnya, Jeno membalikkan badan.

"Lo mau ngapain sih?" Bingung Jeno.

Y/n mengambil bedak bayi di atas meja rias. Duduk di samping Jeno --di atas kasur--, lalu menumpahkan bedak itu ke punggung Jeno dan mengusapnya perlahan.

"Udah dibilangin buat mandi dulu juga." Omel Y/n sambil terus mengusap punggung Jeno.

Jeno hanya diam saja. Btw, gatalnya sudah lumayan hilang berkat tangan Y/n. Eh, berkat bedak bayi maksudnya.

"Abis ini, langsung ganti baju, terus tidur. Mandinya besok pagi aja. Sekarang udah malem." Kata Y/n memperingati.

Lagi-lagi Jeno hanya diam, tak mau menjawab.

"Denger enggak gue ngomong?" Tanya Y/n.

"Heh! Denger enggak?!" Ulang Y/n ketika tak mendengar sahutan apapun.

"Iya, gue denger. Bawel amat."

"Anjer! Kalau bukan anaknya Tante Lee, lo udah gue bakar!"





Misi ke-6, selesai. Misi selanjutnya ; Ajari Jeno bersikap baik. - Y/n





Next 👇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top