17 || Last Day

Atsumu naik odong-odong, nyungsep ke semen
Jangan lupa vote + comment <//3

NB: Ini ada yang gue rombak ulang, so buat yang udah baca, sangat disarankan untuk baca ulang

[Author POV]

"Pagi-pagi ku ngurus pensi,"

"Tidak lupa kita menggosip,"

"Abis gosip, ku garuk ketek,"

"Mencari kutu rambut Suna."

Cowok yang tengah asik bermain kelereng itu mendelik tajam ke arah Tanaka. "Lo jangan mentang-mentang krisis akar rambut jadi hair shamming rambut gue ye."

"Emang kenyataan rambut lo kutuan, tuh gede-gede di lantai," tunjuk Tanaka ke arah lantai. Suna sontak menoleh lalu bergeming kemudian. "Itu tai cicak, tolol! Gue siram juga pala lo pake cuko pempek."

Dua insan berbatang itu masih beradu mulut tanpa menyadari kehadiran manusia berbatang lainnya dengan gaya rambut abstrak seperti ayam jantan.

"Muka lo pucet kek orang nyabu dah!"

"Dih, daripada situ pala kek pentol. Gak sekalian dibakar lo biar kek penghuni neraka beneran?"

"Anj, anak siapa sih lo? Rese' bener-"

"Punten akang blegug sekalian."

Tanaka dan Suna seketika kompak menoleh menghadap ke arah sosok yang baru saja menghampiri keduanya. "Lah, bang Kur? Tumbenan amat pagi-pagi udah di sekolah. Kerasukan siluman mana lo?"

Kuroo yang baru saja datang segera mengambrukkan diri di samping Suna dengan tampang kusutnya. "Sekolah ini kebanyakan hawa negatif. Makanya gue kesini."

"Yang ada gara-gara lo di sini malah jadi angker bang."

Kuroo terkekeh dengan tawanya yang keras mengalahkan speaker dangdut. Namun sekejap kemudian, rautnya berubah menjadi serius, seolah menerawang ke depannya. 

"Lo berdua, hari ini kita ketatin penjagaan. Perasaan gue rada-rada not delicious."

Suna mengernyit, kemudian menatap ke arah lawan bicaranya. "Bang, mereka mau dateng?"

Tanaka melirik kedua cowok di hadapannya, jelas ada sesuatu yang mereka sembunyikan dan Tanaka tahu betul apa yang mereka maksud. Cowok itu menarik napas sejenak, "Gue ikut. Asal jangan sampai rusuh kayak tahun kemarin."

Selang beberapa menit, ketiganya disekap keheningan hingga cowok bermata sipit itu turut menyandarkan punggungnya. "Kalo beneran, gue mau bocorin yang mana ya?"

*****

"(Name)!"

(Name) menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Mai yang tengah ngos-ngosan usai mengejar dirinya. "Kenapa lagi?"

"Lo habis ini kemana? Ngapain?"

"Gak ada sih, palingan ngecek laporan doang. Apaan?"

Mai tersenyum sumringah mendengarnya, "Lo standby deket panggung ya. Nanti lo cek presensi anak-anak yang perform hari ini," ujarnya yang dibalas anggukan kepala oleh (Name). Belum sempat ia menjawab, Mai sudah kabur meninggalkan (Name) sendirian di koridor.

"Lah, udah ngilang ae tuh anak-"

Bruk!

Lagi-lagi, atensi (Name) teralih lalu memutar tubuhnya. Tepat di seberangnya, ia yakin bahwa seseorang baru saja terjatuh di area lahan parkiran. Cewek itu berjalan mendekat hingga sampai ke area luar dan melirik ke sampingnya.

"Anjing, perih."

Belum sempat cowok itu menyentuh lukanya, (Name) dalam sekejap mencegah pergerakan tangannya  dan mencengkramnya erat. "Eh, jangan!"

Cowok itu spontan mendongak dengan tatapan terlonjak kaget ke arah (Name). "Sori, gue bawa ke UKS aja ya. Jangan dipegang dulu nanti infeksi." Cowok itu masih terdiam dan hanya melongo, menatap lawan bicaranya tanpa respon apapun.

"Halo?"

Ia segera tersadar lalu mengangguk sedetik kemudian. "Ah, iya, kalo lo gak repot."

*****

Semi daritadi diam sembari mati-matian menahan perih yang menjalar ke seluruh kakinya. Selain kenyataan bahwa ia tak sengaja ceroboh hingga tersandung batu gaib di parkiran lalu,  kenyataan bahwa seorang gadis tengah mengobatinya cukup mengganggunya.

"Shh..."

"Sori, tahan sebentar ya."

Dengan telaten, (Name) mengobati luka gores yang cukup besar hingga menampakkan daging segar pada bagian lutut Semi. "Ini tadi udah gue tetesin obat merah, saran gue jangan dipakai gerak-gerak dulu sih."

Cowok bersurai abu-abu itu mendesis pelan, "Yah, gimana dong, abis ini gue ada jadwal perform. Mana rambut gue udah acak-acakan lagi, udah gak ganteng gue nya," ujar Semi sembari mengerucutkan bibirnya.

Berkat ucapannya, tatapan (Name) langsung tertuju pada dahi cowok di hadapannya yang tanpa sadar terekspos setelah terjatuh tadi. "Eh, itu dahi lo luka juga ya? Bentar-bentar, gue obatin sekalian ya."

Belum sempat Semi melanjutkan kegiatan ngedumelnya, cowok itu juga baru sadar akan perih yang sekejap mata mengarungi kepalanya. "Lah, gue baru nyadar. Ini tadi gue kesandungnya pakai gaya kupu-kupu apa gimana dah?"

Detik itu juga Semi terlonjak kaget kala jarak antara dirinya dan (Name) yang terlampau dekat. "Sori, permisi ya," ucapnya yang membuat Semi semakin bergeming karenanya.

Demi kolor spongebob Daishou, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada cowok berumur 17 tahun itu kecuali jantungnya yang seketika berdebar dua kali lebih kencang dari biasanya. "Anjir, gue kena stroke kah?"

(Name) yang masih sibuk berkutat dengan pasien dadakannya itu kemudian menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat lalu mengemasi perlengakapan medis yang ia pakai. "Tadi udah gue obatin semua kok, terus..."

Semi menoleh, memperhatikan lawan bicaranya.

"Lo masih tetep oke kok walaupun abis nyungsep." (Name) tersenyum kemudian lekas meninggalkan Semi sendirian di dalam ruang UKS bersama keheningan yang menjerat dirinya.

Lima menit sudah berlalu bahkan langit pun sudah semakin terang. Namun Semi masih bergeming, memahami suatu gejolak yang merayapi raganya.

"ANJIR, GUE DIBILANG GANTENG!?"

"FAKK, KOK GUE BAPER ANJING?!"

Semi bukan cowok baperan apalagi alay kalau cuma dipuji cewek yang baru saja ia temui. Tapi kali ini, ada yang rela kayang bahkan salto sampai ke negeri Cina cuma karena satu cewek. 

"Bentar, nama dia siapa?"

*****
"

"Hari ini siapa aja dah yang perform?" tanya Mai.

Futakuchi tampak berpikir sebentar lalu membalas cewek di sampingnya. "Keknya ada anak ekskul musikalisasi puisi sama bang Semi. Gue lupa lupa ingat sih."

Mai seketika sumringah. "Anjir, beneran!?" pekik cewek itu membuat Futakuchi langsung menutup rapat-rapat telinganya.

Keduanya masih lanjut berjalan dengan Mai yang jingkrak-jingkrak dan Futakuchi yang menutup telinganya.

"Lo tau gak sih, kak Semi tu ganteng banget. Mana jago main gitar, idaman gue banget sumpah," oceh Mai.

"Idimin gii bingit simpih, lagian masih cakepan gue," cibir Futakuchi.

Cewek di samping Futa itu berjengit kesal, "Dih, lo aja-"

Bruak!

"Eh, sori, lo gapapa?"

Mai segera mendongak lalu tersenyum manis semanis omongan buaya tatkala ia mengetahui bahwa tengah berhadapan dengan Semi. "Ah, gue gapapa kok kak."

"Najis," ujar Futa dengan pandangan mendelik kesal ke arahnya.

Semi mengangguk, "Btw, lo anak OSIS kan?" tanyanya yang dibalas anggukan dari Mai.

"Tempat cek presensi dimana ya?"

*****
"

"Permisi, gue mau cek- eh, lo?"

(Name) mendongak hingga kedua mata mereka bertemu.

"Loh, lo yang tadi jatuh ya?"

Semi seketika tersenyum kikuk, "Iya, makasih tadi udah tolongin gue."

"Santai aja, btw lo abis ini perform? Nama lo?"

"Semi, anak 12 IPS 2." Cowok itu terdiam menimbang-nimbang keputusannya untuk bertanya lagi sebelum kembali lanjut berbicara. "Sori, kalo boleh, nama lo?"

(Name) mendongakkan kepala usai menyentang nama Semi pada daftar presensi. "Gue (Name), kelas 11 IPA 1. Eh, berarti, gue manggil elo kak dong? Sori sori, gua kira lo seangkatan sama gue," ujarnya bersalah.

Semi berani bersumpah, ini adalah pertama kalinya ia sebegini groginya berbicara dengan cewek. Cowok itu menggeleng pelan, "Santai aja kali, lo langsung manggil nama juga gak apa-apa."

(Name) tersenyum kecil, "Oke, abis yang di panggung kelar, lo langsung naik aja ya kak. Tadi pagi udah sempet check sound kan ya?" tanyanya yang dibalas anggukan gugup oleh Semi.

"Gimana kalo lo nebak lagunya?" (Name) tampak berpikir sebentar lalu menyerah sesaat kemudian. "Minimal kasih hint lah kak," ucapnya merengut.

Dengan sejuta jurus gombalan maut dan aliran sekte buaya daratnya Semi berujar santai. "This song would perfectly describes you." Detik itu juga (Name) tertawa. "Ok, go ahead deh kak, udah kelar itu performnya."

Semi mengangguk sembari mengalungkan tali gitarnya pada lehernya. "Ya udah, gue naik panggung dulu ya."

"Eh, bentar kak."

Lagi-lagi Semi terkejut kala (Name) mendekat dan merapikan sedikit poninya. "Permisi ya kak."

Cowok itu seketika bergeming saat menyadari jantungnya yang berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Seumur-umur, baru kali ini Semi si buaya kelas mujaer dan lele itu ketar-ketir di hadapan cewek. "Ya Allah mah, ini abang kena gagal ginjal kah?"

"Eng, kak, itu udah dipanggil tuh." Ucapan (Name) seketika membuyarkan lamunan Semi.

Semi seketika meneguk ludah kasar. "O-oh iya, dadah."

Padahal panggung itu bukanlah panggung pertama Semi, bukan juga kali pertama tampil di hadapan satu sekolah. Namun entah mengapa, cukup sekali itu Ia merasa gugup dan pancaran euforia yang luar biasa padanya.

"Siang semuanya, gue Semi dan, kayaknya lo semua bosen gak sih liat gue mulu tiap pensi sekolah?"

Dan mungkin ada hal lain yang mengganggu benaknya.

"Jadi, berhubung sekarang kita lagi ada di masa SMA dimana ini adalah masa paling wajar buat kita mencari jati diri dan juga yang gak terlupakan, cari pacar. Gue rasa, ada satu lagu yang cocok buat menggambarkan isi hati kita tiap kali ngerasa jatuh cinta."

Entah itu perkara apa, tapi ada satu hal yang membuat itu begitu menarik baginya.

"Cantik, ingin rasa hati berbisik." Matanya melirik ke arah pinggir panggung, memandangi sosok cewek yang menjadi pusat perhatiannya kala itu. 

"Shit, cantik banget anjir."

*****

TBC

AKHIRNYA KITA KETEMU, btw santai men jangan takut ntr. Tapi, coba tebak endingnya bakal kek gimana😏

Quitela, 2 November 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top