22. Menahan Diri

"Mengapa sulit untukku bisa miliki hatimu, bahkan selama ini hadirku tak berharga untukmu. Yang terjadi kini ku hanya rumah persinggahanmu di saat kau terluka."
~
FABIO ASHER
_____________________________

MUNGKIN ini adalah salah satu hari sabtu terburuk dalam kehidupan Herzkiel. Setelah mendapati kedua sahabatnya berkelahi, kekasihnya malah melupakan janji makan malam yang telah mereka buat karena terlalu sibuk mengurus sahabat laki-lakinya yang merajuk dan kabur dari rumah.

Saat ini Herzkiel sedang berada di kediaman Ravi, ia berusaha membuat suasana hatinya kembali baik dengan cara memanfaatkan semua fasilitas yang sengaja ayahnya buat untuknya sebelum kembali pulang ke rumah dan menemui Kanaya. Ia melakukan hal ini semata-mata karena tak ingin membuat gadisnya merasa sedih dan bersalah karena telah melupakan janji mereka.

Ctakk!

Herzkiel menghentikan langkah kakinya yang sedang menelusuri rerumputan ketika mendengar suara cambukan yang diiringi dengan bunyi meringkik seekor kuda. Matanya menangkap keberadaan Philip—salah satu kuda peliharaannya—dicambuk berulang kali oleh seseorang yang diyakininya merupakan pegawai baru di mansion itu.

Herzkiel melompati pagar yang menjadi pembatas bagi kuda-kuda di sana agar tidak berkeliaran. Pria itu kemudian menghampiri pegawai tadi dan merampas cambukan yang ada di tangannya, lalu membantingnya kasar ke rumput.

"T-tuan Muda..."

Pria muda itu tercekat dan terlihat takut setengah mati di kala kemejanya dicengkeram kasar oleh Herzkiel.

"Siapa yang ngasih lo izin buat cambuk kuda gue?"

Meski marah, nada bicara Herzkiel sama sekali tidak berubah, masih datar dan terkesan dingin seperti biasanya.

"Saya cuma ingin membawa kuda Tuan masuk ke kandang, tapi kuda Tuan terus memberontak, jadi saya terpaksa harus-"

"Lebih baik lo diem daripada mati di tangan sohib gue!"

Herzkiel yang telah bersiap melayangkan tinjunya ke wajah pemuda itu lantas mengurungkan niatnya ketika mendengar suara Magenta yang datang dari arah belakang. Herzkiel melepaskan pegawai ayahnya, lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah Magenta yang sedang melambai ringan padanya.

Herzkiel membuang muka dan berdecih, lalu menarik lembut rantai Philip untuk membawa kuda tersebut masuk kembali ke dalam kandangnya. Magenta yang merasa diabaikan pun lantas mengekori sahabatnya dari belakang. Ia mengambil pakaian berkuda yang juga Herzkiel ambil dari sebuah lemari kayu yang sudah tua. Di dalamnya terdapat tiga pasang pakaian yang merupakan milik mereka dan Tristan. Namun, sayangnya sudah jarang terpakai karena kesibukan baru mereka.

Herzkiel membuka salah satu kandang kudanya yang memiliki rambut berwarna cokelat tua. Namanya adalah Hansel, kuda itu merupakan kuda kesayangan Herzkiel, mereka tumbuh bersama sebelum berpisah karena Herzkiel yang lebih memilih untuk tinggal bersama dengan Utami.

Tepat di sebelahnya, Magenta mengeluarkan Xander, kuda berambut eboni yang tidak kalah gagahnya dari Hansel. Xander sendiri merupakan kuda yang paling sering Magenta kendarai setiap berkuda di kediaman Ravi. Intinya, AS3 memiliki kuda favorit mereka masing-masing; Herzkiel-Hansel, Magenta-Xander, dan Tristan-Philip. Hal itulah yang membuat Herzkiel terbawa emosi ketika pegawai tadi memperlakukan Philip dengan tidak baik.

"What about one-"

"Childish," potong Herzkiel.

Pria itu terlalu mengenal Magenta hingga ke isi pikirannya. Magenta baru saja berniat untuk mengajaknya bertanding dan siapapun yang menjadi pemenangnya berhak meminta apapun dari yang kalah. Bukannya takut kalah, Herzkiel hanya tidak ingin memberi celah sedikitpun bagi Magenta untuk mengajaknya berbaikan karena pria itu masih benar-benar merasa kesal.

"Hush!"

Herzkiel menyentak tali kendali Hansel. Kuda itu pun langsung berlari dengan kecepatan penuh sesuai dengan arahan sang penunggang. Tepat di belakangnya, Magenta hanya bisa terkekeh geli, Herzkiel selalu menganggapnya kekanak-kanakan padahal mereka sama saja. Buktinya, pria itu masih menyimpan dendam atas kejadian yang telah berlalu.

Manik Herzkiel bergerak ke samping ketika merasa Magenta dan Xander semakin mendekat. Pria itu berdecak, merasa kesal sekaligus heran karena tiba-tiba saja Hansel memelankan larinya, sepertinya chemistry mereka sudah tidak sebaik dulu. Alhasil, Magenta pun berhasil menyusulnya dengan cukup mudah. Pria itu mengeluarkan senyuman meledek yang membuat Herzkiel semakin merasa kesal.

"Chill, Bro..." Magenta terkekeh geli sembari menepuk-nepuk bahu sahabatnya.

"Dia nolak ngelakuin aborsi."

Raut wajah Magenta berubah 180 derajat ketika mendengar perkataan Herzkiel. Kedua kuda yang mereka tunggangi langsung berhenti berjalan atas perintah dari kedua tuannya.

"So what?"

Balasan Magenta nyatanya berhasil memancing amarah Herzkiel. Herzkiel begitu heran, bagaimana bisa Magenta berbicara dengan sangat enteng padahal ini menyangkut kehamilan adik kandungnya sendiri.

"Mau sampai kapan lo marah sama Elysia?"

"Sampai lo berhenti marah sama gue."

Jawaban Magenta membuat Herzkiel tertegun, berusaha menyerap dengan benar maksud di balik kalimat tersebut.

Magenta mengeluarkan sekotak susu rasa stroberi dari kantung jaketnya, kemudian menyodorkannya pada Herzkiel sembari berkata, "Gue udah nggak marah lagi. Lo masih marah, nggak?"

Mungkin beberapa orang menganggap keduanya aneh, tetapi cara inilah yang biasa AS3 lakukan tiap kali ingin berbaikan setelah bertengkar. Kunci untuk membuka gembok hati nurani mereka juga bervariasi. Jika Herzkiel disogok dengan susu stroberi, maka Magenta dengan permen lolipop yang hanya dijual di negara bagian Eropa. Memang cukup menyulitkan, makanya tiap kali Magenta marah mereka akan lebih memakan waktu untuk berbaikan. Alasannya tentu saja karena Herzkiel dan Tristan perlu menunggu kiriman permen favorit pria itu sampai ke Indonesia.

Herzkiel menerima susu tersebut, kemudian membuka plastik sedotannya agar minuman itu langsung dapat dinikmati.

"Adek lo bakal tinggal sama gue sekarang."

"What?!"

"Gue nggak butuh pendapat lo. Suka atau nggak suka, gue yang bakal ngurus Elysia sampai bayinya lahir."

Tahu Magenta akan mendebatnya, Herzkiel pun mendorong bahu pria itu hingga tubuhnya hilang keseimbangan dan terjatuh dengan posisi salah satu kaki masih tersangkut di pedal kuda.

"Anjing, dia bukan adek lo!"

Herzkiel melajukan Hansel sembari terkekeh geli mendengar umpatan yang Magenta tujukan padanya. 

***

Hari sudah malam dan Herzkiel baru saja sampai di rumahnya setelah menjenguk Elysia di rumah sakit. Ia mematikan mesin mobil, lalu melirik rumah di sebelahnya. Sejak tadi siang Herzkiel sama sekali tidak pernah berhenti memeriksa ponselnya, berharap Kanaya akan menelepon atau paling tidak mengirimkannya pesan. Sepertinya gadis itu benar-benar melupakan janji mereka.

Herzkiel melangkah gontai ke pintu masuk rumahnya, tangannya bergerak menggeser karpet di lantai untuk mengambil kunci rumah yang selalu diletakkannya di sana atas perintah Utami sebab sampai saat ini pria itu belum juga menyempatkan diri untuk menduplikatkan kunci rumahnya.

Dahi Herzkiel berkerut ketika tak berhasil menemukan benda kecil tersebut, tangannya lantas langsung menarik knop pintu, takut-takut bahwa dirinya teledor dan lupa mengunci pintu rumahnya sendiri saat pergi. Benar saja, pintu itu langsung terbuka. Anehnya, lampu di ruang tamu terlihat menyala, begitu juga dengan lampu dapur, seolah-olah memang ada seseorang yang sengaja masuk ke sana.

Apakah itu ibunya? Sekelebat pertanyaan menyerang pikirannya. Namun, setelah diingat-ingat, Utami pernah mengabarinya bahwa wanita paruh baya itu akan pulang dua hari lagi. Apakah kepulangannya memang dipercepat?

Herzkiel mengambil tongkat golf yang berada di dekat sofa. Hal itu sengaja ia lakukan sebagai bentuk perlindungan diri. Bisa saja kan, ada perampok yang berniat mengambil barang-barang berharganya, lalu menghabisinya hingga tak bernyawa.

Herzkiel berjalan dengan langkah pelan menuju dapur. Entah mengapa firasatnya mengatakan bahwa ada seseorang di sana. Genggaman tangan Herzkiel terhadap tongkat golf pun menguat seiring langkahnya yang semakin dekat.

"Kak Kiel?"

Prangg!

Tongkat tersebut jatuh dari genggamannya ketika manik Herzkiel mendapati keberadaan Kanaya yang berkutat di dapur rumahnya menggunakan celemek imut bermotif stroberi.

"Sejak kapan Kakak sampai? Kok, aku nggak denger suara mobil, ya?"

Kanaya menyunggingkan senyuman manisnya, lalu tak lama kemudian mengeluarkan sesuatu dari oven menggunakan sarung tangan khusus memasak. Ah, rupanya gadis itu memasak piza.

"Liat deh, aku masak apa buat Kakak."

Herzkiel tak berbicara, tetapi kakinya masih melangkah mendekat dengan sendirinya. Aroma sedap serta tampilan piza yang menggiurkan membuat iman Herzkiel tergoda, jakunnya bergerak naik-turun karena menelan salivanya yang keluar cukup banyak.

"Ini pertama kalinya aku masak piza, tapi entah kenapa aku yakin banget kalau rasanya bakalan enak."

Kanaya terlihat begitu antusias dalam mengajaknya berbincang. Hal itu membuat Herzkiel sadar bahwa gadisnya sedang berusaha menebus kesalahan yang dibuatnya kemarin.

"Gimana? Enak, kan?"

Herzkiel hanya menganggukkan kepalanya singkat. Ia bukannya malas berbicara pada Kanaya ataupun marah, melainkan ia hanya sedang menunggu gadis itu untuk membuka topik dan membahas kejadian kemarin.

Tak terasa piza itu tandas juga dimakan oleh Herzkiel dan Kanaya. Pria itu mengambil semua piring kotor yang ada di atas meja makan, lalu membawanya ke wastafel untuk dicuci. Di tengah aktivitas bersih-bersihnya, tubuh Herzkiel tiba-tiba saja menegang karena merasakan dua buah tangan melingkar di sekeliling pinggangnya.

"Kakak marah, ya?"

Herzkiel dapat merasakan pipi Kanaya yang menempel pada punggungnya. Suara sendu Kanaya membuat Herzkiel merasa sesuatu yang aneh pada dirinya. Oleh karena itu, Herzkiel melepaskan sarung tangan mencucinya, lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah Kanaya.

Tatapan keduanya pun akhirnya bertemu, Herzkiel dapat melihat dengan jelas bahwa Kanaya sedang berusaha keras menahan air matanya. Herzkiel tersenyum tipis, tangannya bergerak untuk menyelipkan untaian rambut gadis itu ke belakang telinganya.

"Jangan ngeluarin nada kayak gitu, Na. Lo nggak tau seberapa susahnya gue menahan diri selama ini..."

"Gue mau menjaga dan menghargai lo sebagai sosok perempuan penting dalam hidup gue. But, still... I'm just a man. It's hard for me to control myself. You might be scared kalau lo bisa baca pikiran gue saat ini. So, can we just work together on this things?"

Kanaya menggelengkan kepalanya sebagai tanda penolakan. Gadis itu kemudian melangkah mendekat, lalu memeluk pinggang Herzkiel. Matanya masih menatap ke arah yang sama, yakni manik legam milik kekasihnya.

"Waktu itu Kak Kiel sendiri yang ngetuk palu sebanyak tiga kali..."

Herzkiel menautkan alisnya bingung dengan arah pembicaraan Kanaya.

"Kakak udah pakai kata 'lo-gue' kurang lebih lima kali."

Ah, jadi itu yang tengah Kanaya bicarakan.

Eh?

Kanaya tiba-tiba berjinjit dan menghapus jarak di antara mereka menggunakan bibirnya.

Pertama, Kanaya mengecup dahi Herzkiel.

Kedua, bergerak turun menuju matanya yang sebelah kiri.

Ketiga, berganti ke mata sebelah kanan.

Keempat, turun lagi menuju hidung.

Terakhir...

"Jangan."

Nyaris saja bibir mereka bersentuhan kalau Herzkiel tidak buru-buru menahan bahu Kanaya dan memalingkan wajahnya ke samping.

"Kenapa?"

Kanaya mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Kita harus berhenti sebelum terlalu jauh."

Semburat merah mulai mewarnai pipi Herzkiel untuk pertama kalinya dalam tujuh belas tahun usia kehidupannya.

"Tapi hampir semua temen-temen sekelas aku udah ngelakuin itu sama pacarnya."

"I-itu apa?" Herzkiel terbata.

"Cium."

Dengan polosnya, Kanaya malah menunjuk bibirnya sendiri yang telah ia buat monyong.

"Ya, tapi itu nggak akan berlaku di hubungan kita."

"Kenapa?"

Lagi-lagi pertanyaan itu keluar dari mulut Kanaya. Akankah bibirnya berhenti bertanya jika Herzkiel mengecupnya? Ah, sialan! Apa yang ada di pikirannya saat ini? Bukankah ia berniat untuk menjaga sekaligus menghargai Kanaya sebagai perempuannya?

"Jangan banyak tanya, ya."

| TO BE CONTINUED |

Hai, hari ini aku update lagi! Cukup kecewa karena kemarin vomentsnya dikitttt banget. Apa karena aku updatenya pas lebaran kali ya? Apapun alasannya, semoga aja part ini vomentsnya rame. Jangan pada males-males voment ya, ntar Thor juga ikutan males updatenya. Luv u all!❣️

✨ Extra Photocard ✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top