[HA] -8- Recess
"Kalian tau? Tadi, di kelasku ada senior ganteng pake banget!!!" seru Ruby membayangkan wajah Alucard.
"Benarkah?" tanya Miya memastikan.
"Hilih, masih gantengan aku juga," jawab Zilong sewot.
Mereka berkumpul di kantin tanpa seseorang yang bernama Gusion. Entahlah, Gusion belum datang juga. Padahal sejak tadi teman-temannya telah menunggu dirinya.
"Kemana Gusion? Daritadi dia belum dateng juga!" ucap Kagura menanyakan keberadaan Gusion.
"Entah," jawab ketiga temannya singkat. "Oh ya, apa kalian ada pilih senjata gitu?" tanya Miya.
"Hm.. begitulah," jawab Ruby dan Zilong bersamaan.
"Pemilihan senjata?" Kagura justru bertanya. Karena di dalam kelasnya tadi pun tidak ada membahas senjata. Yang dibahas hanyalah sihir.
Ruby, Zilong, dan Miya hanya mengangguk. "Begitulah," ucap Miya.
Kehadiran Gusion sangat dinanti-nantikan oleh Ruby, Zilong, Miya, dan Kagura. Tapi, orangnya sendiri tak kunjung menampakkan batang hidungnya sedari tadi.
"Aku khawatir sama Gusion. Kenapa dia belum kelihatan juga daritadi?" ucap Kagura kembali menanyakan keberadaan Gusion. "Apa dia buat satu masalah di hari pertamanya ini?"
"Mana mungkin dia gitu, tapi ga menutup kemungkinan sih," jawab Zilong santai.
Hingga sesuatu yang membutakan matanya berjalan melewati dirinya. Seorang gadis berambut pirang yang sempat berdiri di depan kelasnya untuk beberapa saat lalu pergi. Senior yang langsung membuat dirinya buta.
Zilong menatap gadis itu dengan serius. Sedangkan gadis itu hanya berjalan bersama teman-temannya melewati Zilong.
'Lagi?' batin Zilong masih terkagum-kagum pada wanita tersebut.
Sedangkan ketika Zilong teropsesi pada gadisnya, yang lain pun berbisik dan menanyakan apa yang terjadi pada Zilong ini. Bahkan menanyakan siapa wanita berambut pirang yang membutakan mata Zilong.
"Senior," bisik Ruby menjawab pertanyaan Miya dan Kagura.
Zilong beranjak dari duduk dan meninggalkan ketiga teman-temannya tanpa berpamitan. Zilong tampak menghampiri gadis pirang tersebut dan berhasil membawanya pergi. Baru beberapa langkah mereka pergi, Gusion datang dan melihat salah seorang temannya itu berjalan dengan seorang wanita.
"Pacar?" tanya Gusion pada ketiga wanita yang berada di hadapannya. Mengerti apa yang ditanyakan Gusion, ketiganya pun menggeleng serentak.
Pemuda berambut coklat itu segera duduk bersama ketiga sahabatnya. Terutama, ia akan mengatakan hal yang mungkin ketiga temannya itu akan terkejut. Apalagi jika Kagura yang mendengarnya.
"Habis darimana, sih?" tanya Ruby kepada Gusion yang baru saja duduk. "Daritadi kita nunggu disini.."
"Iya, iya.. maaf, ya! Aku ada urusan sebentar tadi. Jadi, terlambat untuk kumpul," jelas Gusion menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal itu. "Aku ada info!"
Ketiga gadis yang duduk berlawanan arah dengan Gusion itu, menatap dirinya serius. Sorot mata mereka menanyakan info apa yang akan diberikan oleh Gusion. Pemuda yang mengerti maksud dari tatapan teman-temannya itu segera saja menjawab.
"Aku akan..." Gusion sengaja menjeda ucapannya agar ketiga temannya itu penasaran. Pemuda itu menarik napasnya panjang. "Aku akan masuk ke kelas Mage!"
Sontak, tiga pasang mata yang menatap Gusion sejak tadi, membulat sempurna. Sang pemilik mata itu kaget berjamaah. Terlebih lagi, Kagura. Gadis berambut putih salju itu benar-benar terkejut dan tak percaya dengan apa yang Gusion infokan.
"Apa benar begitu?" tanya Miya kepada Gusion. Pemuda itu hanya membalas dengan anggukan dan senyuman. 'Apakah salah satu dari mereka juga akan masuk kelas marksman bersamaku?' batin gadis berambut putih salju yang diikat itu.
"Jangan bilang ini leluconmu, lagi," ucap Ruby yang tak percaya.
"Apa aku terlihat seperti orang berbohong?" jawab Gusion memperlihatkan tampang seriusnya.
Ruby memperhatikan mata Gusion dalam-dalam. Benar saja, pemuda itu sedang tidak berbohong. Ruby pun segera mengalihkan pandangannya.
"Yeay! Aku tidak akan benar-benar sendirian!" seru Kagura bersemangat. Ah ya, dia sangat senang karena salah satu sahabatnya akan satu kelas dengan dirinya.
Gusion tersenyum melihat Kagura yang begitu bersemangat itu. Ya, itu terlihat lucu. Muka imutnya sangat lucu dan terlihat lebih cantik.
ΠΠΠ
"Ma-maaf mengganggu waktumu," ucap pemuda berambut coklat yang diikat itu.
Gadis yang ada di depannya hanya menatap Zilong dan mengingat pemuda itu adalah juniornya di kelas fighter. Freya tersenyum tanda menjawab bahwa dirinya tidak terganggu dengan Zilong.
Bagus! Saat ini Zilong malah kehabisan kata-kata untuk berbicara kepada gadis berambut pirang yang berdiri dihadapannya itu. Sedangkan Freya hanya menunggu kata-kata yang akan diucapkan Zilong. Bahkan untuk beberapa menit setelahnya, mereka masih terdiam satu sama lain.
"Jika tidak ada yang ingin dibicarakan, aku akan kembali," ucap Freya membuka suaranya serta ingin melangkah pergi meninggalkan Zilong.
Dengan cepat, tangan Zilong menahan Freya untuk pergi. "Tu-tunggu sebentar!" Zilong menahan gadis pirang yang hendak pergi meninggalkannya itu.
Freya berbalik dan berdeham menanyakan apa yang akan pemuda itu katakan sekarang setelah gadis itu akan pergi meninggalkannya?
"Bisa kita berkenalan lebih dekat?" tanya Zilong dengan ragunya. Ya, itu hanya alasan belaka, bukan? Terdengar seperti basa-basi dan tidak berguna.
"Tentu!" jawab Freya singkat. Gadis itu jelas tidak akan melarang seseorang pun yang ingin berkenalan dengannya lebih dekat. "Tapi, aku bahkan sudah mengenal namamu dan kau juga sudah mengenal namaku, kan?"
Zilong baru saja memikirkannya. Bodoh sekali menanyakan sesuatu yang bahkan ia sudah tau. Lagi-lagi pemuda itu terdiam.
"Ee.. bolehkah aku meminta nomor teleponmu?" tanya Zilong dengan pipinya yang memerah. Dirinya malu meminta itu terlalu cepat.
Gadis berambut pirang tersebut menengadahkan tangan kanannya. Zilong hanya menatap bingung. "Sini handphone-mu!"
Zilong memberikan telepon genggamnya pada gadis itu. Dengan segera Freya mengetikkan nomor telepon dan menyimpannya di telepon genggam pemuda yang tengah menutup wajah malunya itu.
"Aku tunggu melihat nomormu muncul, nanti!" ucap Freya mengembalikan handphone Zilong dan pergi meninggalkan pemuda yang masih berdiri mematung disana.
Freya tersenyum kecil melihat ekspresi Zilong saat malu tersebut. Benar-benar menggemaskan. Ingin sekali Freya mencubit kedua pipi pemuda itu. Tapi sayang, ia masih memiliki rasa sayang pada jantungnya. Jika tidak, jantungnya itu akan meledak karena getarannya begitu dahsyat saat bersama pria itu.
'Sial! Aku malu sekali!' batin Zilong dan terlihat hidungnya itu mengeluarkan cairan kental berwarna merah. 'Ah, tidak! Pasti karena aku terlalu malu barusan. Apa dia melihat wajahku? Tidak kan?'
Zilong menutup bagian hidung dengan sebelah tangannya dan berlari untuk mencari toilet dan membersihkan darah yang mengalir di bawah hidungnya.
Pemuda itu menatap ponsel yang menyala dan menunjukkan nomor gadis senior yang ia sukai sembari memegangi hidungnya, mengantisipasi jika masih ada sisa-sisa darah yang menetes.
'Lain kali aku akan membawa tisu untuk berjaga-jaga!'
================================
[HA] -8- Recess
!Done!
🎮Rabu, 24 April 2019🎮
================================
A/N
Dilaporkan di tempat kejadian perkara, singa sedang mengamuk melihat work storynya acak adul dan tidak terawat dengan baik!
#28419 #407-2
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top