[HA] -11- The Training
"Membosankan!" eluh Zilong sembari melipat kedua tangannya. Sedangkan yang lain hanya terkekeh-kekeh menahan tawa. Tentu saja karena Zilong.
"Ppfftt... Ya, sangat membosankan sampai kamu ketiduran gitu," Zilong menekuk wajahnya membuat Ruby-yang mengejeknya- tertawa keras.
"Padahal itu suatu yang penting," Miya menggelengkan kepalanya sedikit dan tersenyum.
Semuanya berpisah menuju kelas mereka masing-masing. Terkecuali untuk Gusion yang bingung akan mengikuti kelas Mage atau Assassin. Berhenti tepat di tengah-tengah koridor bercabang antara kelas Mage dan Assassin, membuat Kagura menatap Gusion dengan bingung.
"Ah ya, aku lupa kalo kamu bisa ikut kelas Mage juga, hehe.." Dengan spontan Gusion menatap sang pemilik suara. "Bingung ya?"
Gusion gaya mengangguk dan Kagura tertawa kecil. Ingin sekali rasanya Kagura meminta Gusion untuk ikut bersamanya di kelas Mage. Tapi, gadis itu tidak tau maksud dari sistem dua kelas yang menimpa sahabatnya tersebut.
Melihat Gusion yang tak kunjung menyelesaikan rasa bimbang dan bingungnya sedangkan bel masuk sudah berbunyi, Kagura memutuskan untuk meninggalkan pria tinggi tersebut.
"Eh? Aku kira bakal di ajak ke kelas Mage," Tubuh Kagura sudah hilang masuk ke sebuah ruangan yang tak lain dan tak bukan adalah kelas Mage. "Mending kelas Assassin dulu aja deh."
--Class Marksman--
"Aku nggak paham, kenapa kita harus masuk pagi-pagi gini? Padahal aku semalam sedang bermimpi indah. Jarang-jarang aku mendapatkan mimpi seperti itu!"
Itu lah yang dapat ditangkap oleh telinga Miya. Baru saja ia menginjakkan kakinya masuk, gadis itu telah mendengar eluhan para murid kelasnya. Tanpa menghiraukan teman kelasnya, Miya duduk pada bangkunya kemarin.
"Selamat pagi, Miya!" Sapa gadis bertwintail kepada Miya. "Oh iya, panah pilihanmu kemarin terlihat sangat cocok!"
Miya hanya tersenyum tak menjawab apapun. Layla, sang gadis bertwintail itu duduk di bangku sebelah Miya dan mengarahkan tubuhnya menghadap Miya.
"Aku dengar-dengar, kita akan latihan menggunakan senjata. Apa kita akan berperang?" Miya terkejut dan menghadapkan badannya ke arah Layla.
"Kamu denger darimana?" Layla tampak sedang berpikir. "Aku denger dari orang, entah siapa.." jawab Layla.
Layla menceritakan mengapa ia mengetahui berita tersebut. Gadis tersebut mengetahuinya saat ia hendak mengambil makan siang pada istirahat kemarin. Pria dengan pakaian berwarna biru, bertubuh kekar, dan tampan, serta terlihat seperti murid kelas Fighter adalah ciri-ciri yang Layla berikan kepada Miya.
Selesai itu, pengajar kelas Marksman masuk dan keduanya membenahi tempat duduk mereka. Miya masih terbayang akan ciri-ciri orang yang Layla berikan tadi, bukan tentang beritanya.
--Class Assassin--
"Hancurlah aku! Kenapa ada latihan tiba-tiba beginiii????" Gusion membatin kegiatan kelasnya saat ini. Pria itu belum mempersiapkan segala sesuatunya untuk latihan. Spesialnya lagi, senjata yang ia pilih tidak berada pada tempatnya.
"Hei, pria hitam disana!" Hayabusa menunjukkan jarinya pada Gusion. Gusion hanya meneguk ludahnya sendiri. "Dimana pilihanmu?"
Hayabusa tau bahwa senjata berjeniskan pisau yang dipilih oleh Gusion tidak ada pada tempatnya. Haya tau itu. Pria itu hanya ingin mempermainkan Gusion sebentar dan membuat suasana sedikit tegang.
"Aku harus jawab apaan, nih?" Gusion menggigit bibir bawahnya. Perasaan takut kena omel oleh senior adalah satu-satunya yang memenuhi mental pria itu sekarang.
Haya tersenyum puas, "aku tanya padamu!" Melihat ekspresi yang dikeluarkan oleh Gusion membuatnya ingin tertawa keras sekarang juga.
"Kau ternyata bisa jail seperti ini pada juniormu sendiri," bisik Fanny pada Hayabusa. Saber hanya diam menonton apa yang sedang Hayabusa perbuat pada juniornya.
"Baiklah, cukup, Haya.." Seorang wanita muncul di samping lapangan. "Gusion, ini senjatamu. Aku menyimpannya," Gusion membuang napasnya lega. Ketiga senior tersebut terkekeh melihat Gusion.
"Maafkan aku, Karina! Aku hanya ingin melihat bagaimana sifat-sifat junior kelas Assassin ini. Ternyata ada juga yang penakut, hahaha.." jelas Haya yang di akhiri dengan tertawa.
"Argh.. senior biadab!" Maki Gusion dalam hatinya.
"Baiklah, ada beberapa yang harus kalian lakukan saat ini!" Fanny memulai kalimatnya dengan tegas walau masih terdengar lembut.
"Kali ini, kalian akan belajar dalam menggunakan senjata tersebut. Tentu tidak untuk kejahatan," Saber menyambungkan.
"Jika kalian menggunakan senjata dan skill bertarung kalian untuk sebuah kejahatan, maka kalian termasuk dalam golongan iblis!" Hayabusa semakin memperjelas. "Skill ini untuk melawan kejahatan dan membela kebenaran, bukan sebaliknya!"
Semuanya jadi pendengar yang serius. Gusion menatap pisaunya dalam-dalam dan kembali menatap ketiga seniornya.
"Baiklah, kita mulai latihannya!" seru Saber dan kelas Assassin melakukan kegiatan mereka.
Sedangkan di balik jendela sana, gadis berambut putih salju menonton kegiatan mereka di lapangan. Pikirannya penuh tanda tanya yang sangat banyak. "Ah, itu Gusion! Dia lagi ngapain bawa pisau gitu?"
"Kagura?" panggil pria bertopi pesulap kepada gadis yang sedang menatap luar jendela tersebut. Sontak sang pemilik nama menolehkan wajahnya menghadap arah suara.
"Kamu ngelihatin apaan?" Harley mengintip luar jendela untuk mencari tahu apa yang sedang Kagura lihat. "Bukannya praktek sihir malah ngelihatin luar jendela."
"Itu kelas Assassin kan?" Tunjuk Kagura. "Mereka lagi olahraga?"
"Entahlah, aku juga tidak tau.. ayo kita lanjutin ini!" Kagura dan Harley pun melanjutkan uji praktek sihir mereka.
--Class Fighter--
"Tombak sate kayak gitu kamu pilih! Lihat, nih! Bagusan juga sabit aku!" ucap Ruby membanggakan senjata miliknya.
"Tombak sate? Aku sate tubuhmu baru tau rasa!" balas Zilong. "Lagian ngga cocok sama tubuhmu yang kecil!"
"Eh, gini-gini sabitnya bisa nyongkel ginjal kamu, ya!" jawab Ruby ganas. "Sabitnya keliatan keren banget! Apalagi ada warna kesukaan aku. Keliatan cocok sama aku, deh. Pasti!" Gadis berambut pirang itu masih saja membanggakan sabitnya.
"Baiklah, aku akan keluar sebentar," ucap Alucard meninggalkan kelasnya. Baru saja kakinya melangkah keluar, tiba-tiba seorang wanita menabraknya.
"Maaf! Aku sedang buru-buru, permisi!" Gadis itu melenggang pergi tanpa mengindahkan Alucard yang masih menatapnya.
Tentu saja kecelakaan yang tak disengaja itu membuat perhatian anak-anak kelas Fighter untuk menengok apa yang terjadi di depan kelas mereka. Selesai gadis itu pergi dan menghilang di balik tikungan depan, Alucard segera melanjutkan perjalanannya.
Alucard berjalan di koridor sembari memikirkan gadis yang tak sengaja menabraknya. Sedikit ada ketertarikan pada gadis tersebut. Yang dipikirkannya hanya sebuah kalimat, "dimana aku bisa bertemu dengannya lagi?"
Sungguh masa muda yang menyenangkan. Pria itu sampai pada tujuannya, lapangan tempat berlatih kelas Assassin. Baru saja memandangi halaman luas ity sebentar, matanya tiba-tiba tertuju pada seorang pria yang dapat menggunakan pisau itu.
"Ternyata dia yang terpilih, ya?" Fanny, Saber, dan Hayabusa berbalik untuk melihat si pemilik suara.
"Ya, kau benar.. aku melihat potensi yang besar didalam dirinya."
================================
[HA] -11- The Training
!DonE!
🎮Sabtu, 28 September 2019🎮
================================
A/N
Heeyyssss, kalyaaannnn... Ayo komen, mizu suka kalian komen! Ga komen denda 5000 pulsa ke Mizu. /Plak
Kerja pelan-pelan ga usah buru-buru. Oke, sip? Siap!
Sekian dari mizu. Dah!
Tiiramizu🦁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top