part 8
Kirei melihat dari kaca ruangannya. Air turun sedikit demi sedikit. Awan juga lebih gelap dari biasanya. Tubuh Kirei sudah lebih baik. Tubuhnya memang tidak seperti penyihir biasa. Pemulihan di tubuh sangat cepat, mungkin bisa dibilang ini kelebihannya.
Tiba-tiba suara pintu yang terbuka membuat Kurir menolehkan kepala. Norvin berdiri di depan pintu dia tersenyum manis kearah Kirei.
"Kenapa kau tersenyum padaku?"
"Aku ingin saja tersenyum padamu.
Kirei yang melihat wajah Norvin sedikit berbeda menjadi bingung. Wajahnya senduh dengan tatapan mata yang seperti memikirkan sesuatu.
"Bukankah kau tidak bertugas di sini lagi?" ucap Kirei dari tempat tidurnya.
"Tadi aku melihat kao mu. Itu kao yang cerah bahkan sangat cerah sehingga aku bisa melihatnya dari istana."
"Kao ku? Sebegitu cerahnya?"
Sebenernya jarak kota dan desa ini cukup jauh. Kemungkinan sangat kecil untuk penyihir bisa memancarkan Kao secerah itu. Apalagi penyihir medis seperti Kirei.
"Apa kau benar-benar tidak bisa bertarung Kirei?"
"Tentu tidak, kau lihat jika aku bisa bertarung, aku tidak akan berada di ranjang ini."
Hati kecil Norvin semakin penasaran dengan gadis ini. Dia cukup menarik bagi Norvin.
"Tapi kao mu sangat bersinar."
"Aku tidak tau soal itu, aku tadi hanya dalam bahaya dan memasukkan Kaoku ke senapan yang kau berikan."
"Apa kau ada masalah?" lanjut Kirei.
Norvin mendekati perempuan itu. Dia menutup jendela yang sedikit terbuka. Tentunya agar Kirei tidak merasakan dingin. Laki-laki itu kemudian duduk di pinggir kasur Kirei. Dia menghadap kearah jendela dan membelakangi Kirei.
"Aku akan mengakhiri pertempuran ini."
"Apa maksudmu?"
"Aku akan duel dengan Kapten badan militer."
"Itu berbahaya!" sentak Kirei.
"Tidak ada yang boleh menyentuhmu apalagi melukaimu."
"Aku baik-baik saja Norvin-kun. Kau seharunya tidak berduel, kau bisa membawa pasukanmu."
"Tidak, harus aku sendiri yang melakukannya. Aku dan Sendai sudah lama berjadi rival."
Kirei langsung memegang lengan baju Norvin. Laki-laki itu tidak menolehkan kepala. Dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya. Perlahan tangan Kirei dia lepaskan dari bajunya.
"Apa kau lupa aku adalah kapten pasukan khusus?" ucap Norvin berdiri menatap Kirei.
"..."
"Aku akan baik-baik saja. Sudah hampir fajar aku harus pergi."
"Apa aku tidak boleh melihatmu?"
"Kau akan terluka jika melihatku."
"Aku mohon, aku tau para penyihir juga melihatmu. Aku ingin melihatmu."
Dengan terpaksa Norvin menggangukan kepala. Dia membantu Kirei berdiri dan menunggu Kirei memakai sepatu hak tingginya. Mereka berjalan beriringan keluar ruangan.
-
-
-
Air sungai mengalir begitu pelan. Mereka tidak akan mengotori dibagi itu. Karena menurut kedua desa, sungai itu suci. Norvin berdiri di lapangan dengan banyak pasukan di dibelakangnya. Suara kuda yang terdengar dari depan membuat Norvin menyipitkan mata. Penyihir dari badan militer datang dengan dipimpin Sendai.
Sendai turun dari kudanya dan menu kedepan. Norvin juga maju ke depan. Pasukan penyihir dari kedua badan tidak ada yang melangkahkan kaki, karena memang ini yang diperintahkan. Sedangkan Kirei menatap Norvin cemas.
"Kau sungguh licik bukan." ucap Norvin tersenyum.
"Apa gadis itu menceritakan padaku tentang sungai itu."
Mata Sendai menatap Kirei tajam. Saat perjalanan kemari Kirei menceritakan sungai yang telah di racuni oleh badan militer. Memang tidak langsung mematikan, tapi jika dikonsumsi terus menerus akan berdampak besar.
"Aku hanya ingin desa bara menang, mereka menyewa badan militer dan aku hanya melakukan tugasku."
"Kau tau itu akan membunuh banyak orang?"
"Norvin kau tidak berubah. Aku sama sekali tidak peduli dengan nyawa seseorang. Aku hanya mengabdi ke badan militer."
"Sendai sebenarnya aku tidak tertarik bertarung denganmu seperti ini."
"Aku tau sifatmu Norvin, kau selalu ingin melindungi seseorang. Apalagi wanita cantik itu."
Tatapan yang mengarah ke Kirei membuat Norvin tidak nyaman. Dia langsung menarik pedangnya dan seketika sebuah pelindung seperti mengelilingi Norvin dan Sendai. Pelindung itu cukup besar dan bertujuan agar tidak ada yang menggangu pertarungan mereka.
"Ini kah pelindung klan Yamaki?"
"Jika kau menyentuhnya sedikit saja, aku bunuh kau!"
"Aku baru tau jika pangeran bisa mencintai perempuan lagi." ujar Sendai sambil mengeluarkan pedangnya.
Norvin berlari cepat bahkan sampai Sendai tidak melihatnya. Tapi kemampuan Sendai adalah merasakan kao. Walaupun Norvin cepat saat ia ingin menebas leher Sendai. Sendai bisa menghindarinya dengan mudah.
"Kai!" ucap Norvin.
Sebuah ledakan terdengar sangat kencang. Burung elang dengan sayap lebar terus mengarah ke Sendai. Saat dekat dengan laki-laki itu burung api itu meledak. Norvin lalu berlari kearah Sendai, tapi langkahnya terhenti saat badai pasir mengarah kepadanya.
"Nunosirei!" ucap Sendai sambil memainkan pedangnya.
Sendai memang penyihir dengan elemen pasir. Sejak pertarungan melawan darkmoon dulu, banyak elemenbaru yang ditemukan di Hana City. Badai itu mampu membuat Norvin tidak bergerak, bahkan untuk melangkah saja sangatlah susah.
Sendai menggambar di tanah dengan pedangnya. Menggambar sebuah sketsa. Sketsa itu terlihat seperti hujan pasir tajam yang menghujani seseorang. Belum 5 detik hujan pasir tajam menghujani Norvin. Norvin menghindar dengan melompat.
"Kekuosentake!"
Norvin mengarahkan tangannya ke atas lalu dari tangannya muncul sihir angin yang sangat kencang dan menghancurkan seluruh hujan pasir Sendai. Seperdetik kemudian Norvin berhasil mendekati Sendai. Mereka beradu pedang dengan kuat. Mata mereka saling menatap.
"Kau benar-benar ingin membunuhku?"
"Tentu."
"Kau tidak lupa kau seorang pangeran bukan? Jika kau membunuhku apa citra mu akan baik di depan publik?" ucap Sendai tersenyum.
"Siapa yang akan menuntut seorang pangeran yang membunuh penghianat seperti mu?"
Sendai menendang perut Norvin sampai laki-laki itu terlempar ke belakang. Dia marah akan perkataan Norvin tadi.
"Jaga ucapanmu Norvin!"
Norvin berdiri sambil tersenyum.
"Kau bahkan tidak menyebut dirimu penghianat, apa yang kau lakukan untuk meracuni sungai merupakan tindakan yang benar?"
Laki-laki berambut cokelat tua itu membulatkan mata kaget. Sendai bahkan tidak tau bahwa rencananya terbongkar. Dia langsung melihat kearah Kirei.
"Gadis itu?!"
"Dasar pengecut."
"Kau tidak bisa menjadi seorang kapten jika melakukan hal selicik itu, bodoh!" ucap Norvin.
"Kau benar-benar ingin mati!"
Sendai menggambar di atas tanah. Ia menggambar tangan besar yang menyerang orang. Seketika 2 tangan besar dari pasir muncul dari bawah tanah.
Kirei yang menyaksikan itu ingin menolong Norvin, dia merasakan Kao yang besar dari Sendai. Tangannya seketika di pegang oleh Ichiro.
"Tidak, aku yakin dia bisa melakukannya."
Kirei menolehkan kepala menatap Norvin. Dia hanya bisa melihat punggung laki-laki itu dari kejauhan.
Sedangkan Norvin yang berada di area pertarungan melebarkan senyumnya. Dia menutup mata sejenak kem iudian membuka mata dengan mata yang menyala. Dia mengayunkan pedang dan berlari kearah Sendai.
Dua tangan pasir yang diciptakan Sendai menghalangi jalan Norvin. Laki-laki itu berhasil menebas tangan pasir itu, tapi selalu kembali seperti semula. Dia melompat ke langit dan mengeluarkan sihir api besar. Norvin menendang udara agar lebih cepat kearah Sendai.
Sayangnya, Tangan besar itu berhasil menggenggam Norvin. Pangeran terus berusaha melepaskan diri, tapi lama-kelamaan tubuhnya tenggelam. Kirei terus menggenggam tangannya sendiri. Dia yang melihat itu ingin menolongnya.
"Kami no me: Yameru." batin Norvin..
Seketika daun yang tadinya ingin jatuh ke tanah berhenti. Angin yang berhembus juga berhenti. Norvin keluar dari pasir dengan mudahnya. Dia melihat sekitar dan tersenyum. Matanya berhasil melakukan sihir barunya. Menghentikan waktu.
Dia melihat Sendai yang terduduk sambil ingin mengambar, melihat wajah cantik Kirei dari kejauhan, dan melihat pohon yang sedikit miring terkena angin.
"Ini sihir yang bagus."
Norvin lalu berjalan kearah Sendai. Saat jarak mereka cukup dekat Norvin memegang bahu Sendai. Dia melihat sebuah pulpen dan kertas kosong di saku Sendai. Norvin mengambilnya dan menulis di kertas itu. Tak berselang lama ia melipatnya kecil lalu memasukkan ke dalam saku Sendai.
Dia memasukkan pedangnya dan mengeluarkan pistol badan keamanan. Semua penyihir badan keamanan memang di beri pistol khusus untuk membedakan dengan penyihir biasa. Di mundur beberapa langkah.
Setelah sekitar 5 menit waktu berhenti, akhirnya waktu kembali seperti semula. Sendai terkejut melihat Norvin yang sudah ada di depannya.
"Boom." ucap Norvin sambil menarik pelatuk pistolnya.
4 peluru sihir berhasil mengenai Sendai. Laki-laki itu tekapar lemas dengan darah yang mengalir dari lukanya.
"Kenapa kau berhenti?!" teriak Sendai.
"Ingat Sendai, aku menembakmu sebagai kapten bukan sebagai teman."
Laki-laki berambut cokelat itu tersneyum miris. Dia tidak sanggup lagi melanjutkan pertarungan luka yang dia dapat cukup parah dan mungkin banyak darah yang ia keluarkan. Sebuah bendera putih Sendai keluarkan tanda bahwa Norvin pemenangnya.
Pelindung yang di pasang Norvin menghilang perlahan. Suara sorakan terdengar dari penyihir keamanan. Mereka bersorak senang karena Norvin yang memenangkannya. Beberapa penyihir medis badan militer menghampiri Sendai dan menolongnya.
Kirei berlari kearah Norvin. Dia memeluk laki-laki itu yang terlihat kelelahan. Tanpa rasa malu Kirei memeluk pangerannya erat.
"Syukurlah."
"Tenang aku baik-baik saja." ucap Norvin membalas pelukan Kirei.
Penyihir badan militer menyerahkan selembaran yang berisikan bahwa desa Ume yang berhak atas sungai itu.
"Pertarungan kita selesai Sendai. Terima kasih ya." ucap Norvin tersenyum.
"Terserah!" kesal Sendai yang kemudian pergi dibopong oleh beberapa penyihir.
-
-
-
Next part ya guyss...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top