part 5
Cahaya pagi menyelinap masuk ke cela jendela. Kirei sudah bangun dari tadi. Dia keluar rumah dan berjalan melihat-lihat sekitar markas. Banyak sekali penyihir berbadan kekar yang sedang beraktivitas. Ada yang sedang melakukan pemanasan ada juga yang sedang melakukan latihan tembak. Kirei berjalan sambil melihat kebawah.
Tiba-tiba ada sepasang sepatu yang berada di depannya. Bukan sepatu tapi seseorang laki-laki yang dia kenal.
"Norvin-kun?" ucap Kirei.
"Kau sedang apa?" tanya Norvin.
Tapi Kirei memalingkan wajahnya. Dia ingin berjongkok tanda hormat kepada pangeran tapi di tahan oleh Norvin.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kenapa kau tidak pernah mengatakan bahwa kau seorang pangeran?" ucap Kirei menekan tapi lirih.
"Di sini aku seorang kapten jadi kau tidak perlu seperti ini."
Kirei kemudian berdiri tegak.
"Bersikaplah seperti kau dan aku biasanya."
"Iya aku mengerti."
Mereka berjalan berdampingan. Tak heran semua penyihir melihat kearah mereka. Kirei sedang berjalan di samping seorang kapten dan juga pangeran. Tentu saja itu mengundang perhatian.
"Kau suda-"
"Aku sudah makan Norvin-kun."
"Kenapa kau mengetahui pertanyaan ku?"
"Bukankah setiap kali kita bertemu kau menanyakannya." ucap Kirei tersenyum.
"Soal di ruangan mu aku minta maaf karena pergi tanpa pamit."
"Sudah lupakan saja."
"Kau menungguku?"
Kirei berhenti berjalan dia membalikkan badan kearah Norvin.
"Aku hanya menunggu pasien khusus ku."
Dia lalu berlari kecil meninggalkan Norvin. Laki-laki itu hanya menggelengkan kepala. Mereka berdua bertemu dengan Samsuk yang sedang berbicara dengan penyihir medis dari badan keamanan. Norvin lalu menuju kesana berada Kirei.
"Dia ketua penyihir medis badan keamanan." ucap Norvin.
"Aku Kirei dari Hana Hospital." ucap Kirei mengulurkan tangan.
"Naomi, ketua penyihir medis badan keamanan."
Mereka bersalaman sebentar. Kirei melihat raut wajah Naomi yang memang cantik, tapi cara pandangnya terlihat tidak suka kepadanya.
"Kau ikut saja dengannya, dia akan menunjukkanmu tempat pengobatan itu." ucap Norvin sambil mengarahkan dagunya ke tempat besar di depan mereka.
Kirei mengganguk kemudian mengikuti langkah Naomi. Samsuk dan Norvin lalu pergi mengecek keadaan.
Kirei merasa canggung berdua dengan Naomi. Tidak ada percakapan yang terjadi. Sampai mereka tiba di ruangan dengan lemari besar penuh obat.
"Obat di sini tidak terlalu lengkap, hanya obat-obatan ringan. Kami sudah meminta ke istana, mungkin dikirim beberapa hari lagi."
"Aku bisa meracik obat."
"Benarkah? Kemampuanmu mungkin berguna untuk kami."
Ternyata Naomi cukup ramah. Tapi ya memang dia terlihat dingin. Mereka berjalan lagi menuju ruang operasi. Kirei melihat ruangan itu memang tidak lengkap apalagi dia memang berada di markas badan keamanan.
"Ini ruang operasi?" tanya Kirei.
"Iya alat di sini memang tidak lengkap."
Kirei hanya menganggukkan kepala. Mereka lalu keluar setelah melihat-lihat gedung kecil itu.
"Kau punya hubungan khusus dengan Norvin-kun?" tanya Naomi.
"Tidak, aku hanya dokter pribadinya."
"Apa Norvin-kun sakit?" tanya Naomi sambil memegang tangan Kirei.
"Tidak, dia baik-baik saja."
"Tapi kenapa harus ada dokter pribadi?"
"Maaf aku tidak bisa membeberkan pasienku."
"Huh kau menyebalkan."
-
-
Penyihir medis dari Hana Hospital dan prajurit badan keamanan berbaris dengan Norvin yang berada di depan memberi informasi. Kirei pun juga berbari di belakang.
"Sewaktu-waktu kita akan diserang, oleh badan militer yang memihak desa Bara. Aku berharap kalian tetap menjalankan tugas dari istana. Bunuh siapapun yang menyerang kita, entah itu penyihir desa bara atau badan militer. Mengerti!!"
"Siap mengerti!!"
"Bubar!!"
"Siap Kapten!!"
Penyihir itu bubar meninggalkan lapangan.
"Kirei-san kenapa badan keamanan dan badan militer saling menyerang?" ucap Kyoto.
"Entahlah aku tidak mengerti tentang politik."
"Sebenarnya badan militer dan badan keamanan tidak pernah akur, badan keamanan mengabdi kepada istana, sedangkan badan militer mengabdi pada konglomerat Hana City." ucap Norvin
"Lalu? Bukankan raja bisa menghapus badan militer?"
"Tidak semudah itu Su-kun." ucap Norvin.
"Jika menghapus badan militer Hana City akan mengalami banyak kerugian, apalagi para konglomerat itu sesalu memberikan citra baik kepada rakyat. Olah karena itu semua misi yang dilakukan badan keamanan harus dirahasiakan."
"Kepada siapapun??" tanya Kirei.
"Iya kepada siapapun." jawab Norvin serius.
"Baiklah aku mulai lapar, ayo kita makan!" ajak Kyoto.
"Kalian saja berdua, aku ada urusan." ucap Kirei.
Kyoko dan Su pergi menuju dapaur markas. Memang sudah siang dan ini waktunya untuk makan. Kirei mendekat ke Norvin.
"Termasuk aku?"
"Iya termasuk kau, aku hanya menjalankan tugasku."
"Baiklah."
"Tunggu aku jam 1 siang di lapangan ini, aku akan menunjukkan sesuatu padamu." ucap Norvin yang kemudian pergi.
-
-
Miki dan Kyoko sedang berada di gedung pengobatan. Di sebuah mangkuk kecil Kyoko sedang meracik obat. Dia memasukkan beberapa daun mint.
"Daun mint untuk apa?" tanya Miki.
"Kau mau?" ucap Kyoko sambil memberikan selembar daun kecil.
Miki menerimanya kemudian memakannya.
"Rasanya cukup segar Kyoko."
Kyoko hanya tersenyum. Dia tetap meracik obatnya. Ditambahkan sedikit antibiotik. Dia lalu memanggil Kirei yang berada di ruangan sebelah.
"Sudah kau racik?"
"Sudah Kirei-san."
Kirei mengarahkan tangannya ke dalam mangkuk. Kao berwarna ungu mengarah ke mangkuk itu. Kao itu tercampur ke dalam racikan itu dan berubah menjadi cairan biru.
BOOM....BOMMM...BOMMM
Kirei menghentikan pekerjaannya. Mereka menolehkan kepala kearah jendela. Terlihat asap di perbatasan.
"Ada apa ini?" ucap Miki.
"Aku akan mengecek situasi."
Terdengar pintu terbuka cepat. Norvin datang dan berlari kearah Kirei. Dan memegang tangannya.
"Dengarkan aku, kau tetap di sini. Jangan keluar. Miki jaga mereka penyihir medis. Aku akan memberikan perintah jika ada keadaan darurat."
Kirei terdiam melihat Norvin berlari keluar. Dia membawa pasukan khusus tapi meninggalkan Zoray yang berada di depan gedung pengobatan.
Kirei melihat Norvin yang membawa penyihir badan keamanan. Mereka menaiki kuda dengan cepat. Kirei langsung keluar menanyakan hal ini kepada Zoray.
"Zoray-kun kenapa sebenarnya ini?"
"Badan militer menembakkan bom di wilayah yang direbutkan."
Perasaannya campur aduk, tapi dia hanya bisa diam. Dia memiliki firasat buruk.
-
-
Sudah sekitar 10 jam Norvin belum kembali. Dan kini mulai gelap tapi suara letusan bom masih terdengar. Belum lagi penyihir keamanan yang terluka semakin bertambah. Dia berusaha menyembuhkan penyihir yang terluka tapi perasaan tetap saja tidak nyaman.
Kirei mengeluarkan Kao nya untuk menutup luka salah satu penyihir. Lukanya cukup ringan dan tidak perlu perawatan khusus. Tak tahan dengan perasaan khawatirnya. Kirei memasukkan semua obat ke dalam tas dan membawanya.
Saat ingin keluar dia berpapasan dengan Ichiro. Mereka saling menatap sebentar, kemudian laki-laki itu sadar bahwa Kirei ingin pergi.
"Minggir!"
"Kirei-san kau mau kemana?"
"Aku harus menjalankan tugasku sebagai penyihir medis."
"Di sana berbahaya."
"Apa tidak ada yang mau ikut!" teriak Kirei.
Naomi yang mendengar teriakan Kirei lalu berjalan kearahnya. Dia menampar wajah Kirei.
"Kau! DIAM SAJA DI SINI!"
"..."
"KAMI MELINDUNGI PENYIHIR MEDIS YANG DATANG, TAPI KAU BISA MEMBAHAYAKAN KAMI!!"
Tanpa basa basi Kirei mencengkram leher Naomi. Dia menatap tajam. Sekaan bukan Kirei namun orang lain.
"Aku bukan hanya penyihir medis biasa, aku seorang dokter! Aku sudah bersumpah untuk menyelamatkan nyawa seseorang bagaimanapun caranya! Kau mengerti?!" ucap Kirei pelan tapi masih terdengar.
Kirei melepas cengkramannya. Dia mengenakan tasnya dan berlalu pergi. Dia tidak takut akan hal yang terjadi padanya. Su dan Kyoko mengikuti ketuanya. Dengan terpaksa Miki dan Ichiro juga mengikuti. Kirei dan yang lain menaiki kuda dengan kecepatan penuh.
-
"Kapten bagaimana ini? Mereka menyerang kita habis habisan."
"Apa kau takut?" tanya Norvin yang sudah mengeluarkan pedang.
"Buk-"
"Jika kau takut berhentilah mengabdi pada istana."
Ucapan Norvin itu membuat semua penyihir di situ takut. Mereka melihat kapten mereka yang terluka, tapi tetap berbicara tegas seperti itu.
Bahkan darah yang mengalir dari bahu Norvin masih mengalir. Norvin membungkukan badan dan berbicara pada pasukan khusus.
"Beralih ke strategi A."
"SIAP KAPTEN!"
"Untuk pasukan yang lain lindungi kami. Kamu akan menutup semua senjata bom pasukan militer. Aku percaya pada kalian."
Mereka semua mengangguk. Memang tidak banyak orang yang berperang. Hanya 10 orang dari badan keamanan dan 10 orang dari badan militer. Badan militer memang cukup kuat dalam persenjataan. Mereka menggunakan 3 senjata bom mencoba menghancurkan markas.
Norvin membentuk kaonya seperti belati kecil yang tajam. Kemudian mengeluarkan peluru yang ada di bahu nya. Darah mengucur deras saat peluru itu keluar. Norvin lalu mengambil kain di saku celananya, kemudian menyuruh Samsuk untuk membuat tangannya agar tidak bergerak. Dia mengambil pedangnya dan bersiap berperang dengan tangan kiri.
"Sekarang!"
Samsuk dan Zoray berlari kencang. Zoray berelemen tanah mengeluarkan sihir berbentuk batuan besar. Namun, dapat di tangkis oleh penyihir berelemen tanah juga.
Salah satu penyihir militer mengeluarkan tsunami yang deras tapi dengan mudah Samsuk menghisap airnya.
Saat mereka fokus menembakkan bom kepada Samsuk dan Zoray. Ri yang berubah menjadi serigala melompat Ri atas pohon dan berhasil mengigit 2 badan militer. Begitu pula dengan Norvin yang tepat berada di depan ketua penyihir militer itu. Penyihir militer itu sempat terkejut karena hawa keberadaan Norvin sama sekali tidak terasa.
Saat ada yang ingin menyerang Norvin sebuah anak panah api melindunginya dari belakang. Okita sedang berada di atas pohon sambil membidik 4 pasukan militer yang tersisa.
Norvin mengarahkan pedang ke leher ketua itu. Dia dengan cepat menendang kedua kakinya agar ketua itu terduduk. Dia lalu melempar pedangnya kemudian mencengkram kepala ketua dengan erat. Mata Norvin bercahaya dan sayangnya ketua itu menatapnya.
"Kau akan merasakan siksaan dari semua yang kau lakukan. Kau akan menyesal atas semua perbuatanmu kepada kami. Kami no me!"
Terdengar suara pria itu yang teriak. Beberapa jam kemudian laki-laki itu meringkuk takut kepada semua yang berada di sana.
"Kalian siapa!! Aku siapa? Aku membunuh siapa?!!" teriak Pria itu.
Norvin menutup matanya dan mata Norvin kembali normal.
"Ri bawa dia ke markas." ucap Ri yang sudah menjadi manusia.
Norvin mengambil pedangnya dan merusak 3 mesin bom badan militer. Dia mengisyaratkan bahwa dia menang kepada penyihir kemanan yang berada jauh dari mereka. Suara teriakan pun terdengar.
-
-
Kuda Kirei masih melaju kencang. Tapi, suara bom sudah berhenti. Dia tetap mempercepat kudanya. Jarak mereka dari medan pertempuran tidak terlalu jauh. Saat ingin berbelok mereka mendengar suara kuda dari arah berlawan. Terlihat Norvin dan pasukan yang lain.
"Norvin-kun?"
Kirei langsung menambah kecepatannya. Dia lalu berhenti mendadak saat melihat Norvin dan penyihir lainnya berhenti.
"Kenapa kau kemari?!" teriak Norvin.
"..."
"Su dan Kyoko ini tugas kita. Sembuhkan semua orang yang berada di depan kita. Walaupun dengan nyawa!"
"Aku bertanya padamu Kirei?!"
"Mohon kalian turun dari kuda dan menepi sebentar. Aku janji tidak akan lama."
Norvin yang merasa di abaikan kemudian mendengarkan ucapan Kirei. Mereka menepi di jalan setapak hutan. Norvin kemudian duduk menyandar di pohon. Lukanya di bahu Norvin memang di rasa menggangu.
Kirei berjongkok lalu melepas kain penutup luka Norvin. Dia sedikit terkejut melihat luka ini terbuka lebar.
"Kau mengeluarkan pelurunya?" tanya Kirei.
"Iya."
"Dasar bodoh!"
Kirei lalu memapa Norvin sedikit menjauh dari yang lain. Mau tidak mau Norvin mengikutinya. Mereka berhenti di dekat sumber air hutan. Kirei membantu Norvin duduk kemudian melepaskan tasnya dia mengambil barang-barang seperlunya. Tas itu lalu dia gunakan sebagai bantal Norvin.
"Berbaringlah dan buka bajumu."
"Kau mau apa?!"
"Jangan berfikir yang macam-macam. Luka mu harus aku jahit sudah banyak pasir yang masuk di dalamnya. Bukankah kau juga pernah membuka baju mu sembarangan"
Saat mengingat itu Norvin terdiam. Dia lalu menuruti perintah Kirei yang menyuruhnya berbaring.
Perempuan itu meminum sedikit air sumber di dekatnya. Dia takut air itu akan tercemar. Tapi untungnya tidak air itu bersih dan dapat ia gunakan.
"Norvin-kun ini akan menyakitkan, aku tidak membawa obat bius karena terburu-buru. Kau bisa menahannya?"
"Akan aku coba."
Kirei menggunakan sarung tangan operasi. Perempuan itu lalu memasukkan tangannya kedalam sumber air kemudian mengangkat gelembung air itu dengan tangannya. Gelembung air itu berwarna jernih dengan campuran Kao Kirei.
Kirei lalu mengarahkan gelembung itu untuk mengangkat pasir yang masuk ke dalam luka Norvin. Laki-laki itu mencoba menahan sakit nafasnya memburu tidak teratur.
Tak selang berapa lama gelembung air yang Kirei bawa berisi beberapa butir pasir. Gadis itu lalu membuangnya ke samping. Dia mengambil suntik yang ia isi antibiotik.
"Tahan Norvin-kun."
Jarum suntik itu dia suntikan ke dekat luka Norvin. Laki-laki itu lemas. Tangan kanan Kirei memegang jarum sedangkan tangan kirinya berubah Kao ungu yang besar. Dia langsung menjahit luka Norvin dengan kaonya.
Rasa sakit yang ditimbulkan membuat Norvin berteriak. Samsuk yang mendengarnya mencoba kesana tapi Ichiro menahan dia.
"Dia sedang melakukan operasi, kau tenang, kapten mu akan baik-baik saja."
Teriakan Norvin itu terdengar cukup lama. Setelah 15 menit berlalu. Norvin lemas tak berdaya. Keringat bercucuran dari badanya. Kirei kemudian memplester kepala Norvin Yang terkena goresan. Dia lalu mengikat tangan kanan Norvin yang menyambung ke leher, sehingga tangan Norvin membentuk sudut siku-siku.
"Sudah semua berhasil." ucap Kirei tersenyum kepada Norvin.
"Tadi sangat menyakitkan." ucap Norvin lemas.
"Kau bisa duduk?"
"Iya bisa."
Laki-laki itu menyenderkan badanya ke pohon. Kirei lalu memberi Norvin sebotol kecil yang berisi cairan berwarna ungu.
"Minumlah, itu Kaoku yang sudah aku masukkan ke dalam obat. Itu akan membuatmu jauh lebih baik."
Norvin menggangukkan kepala lalu meminum cairan itu. Seketika rasa lemas ditubuhnya perlahan menghilang.
"Obat yang bermanfaat."
"Ini aku khusus buat untukmu."
"Untukku?"
"Kau kira selama 6 bulan aku menunggumu, aku tidak melakukan apapun?"
"Kau membuatku senang." ucap Norvin.
Kirei memandang wajah Norvin. Dia tidak tega melihat kondisi Norvin yang seperti ini.
"Jangan menyuruhku untuk tidak mengikuti mu."
"Aku tidak ingin kau terlibat Kirei."
"Tapi, kau tidak bisa melarang ku seperti itu."
"Kirei aku ingin melindungi mu."
"Kau bisa terluka jika terus melindungiku."
"Jika aku terluka, aku percaya kau tidak akan membiarkanku mati."
Kirei tertegun. Dia menolehkan wajah menghindari tatapan Norvin. Pangeran ini memang cukup gila. Dia seorang pangeran tapi rela melindungi orang seperti Kirei. Itu tak masuk akal jika dipikirkan orang lain. Tapi untuk Norvin itu hal yang harus dia lakukan.
"Mengapa mereka lama sekali?"ucap Ri.
"Lama bagaimana? Ini baru 15 menit dan dia mengalami luka tembak hal yang wajar bila operasinya berlangsung lama." ucap Zoray.
Tiba-tiba terlihat di balik semak, Norvin yang dipapa Kirei. Tak banyak bicara Samsuk dan Okita mengambil Norvin dan memamapa nya.
"Kau baik-baik saja Kapten?" tanya Samsuk.
"Tentu."
Semua orang di sana merasa lega. Mereka akan terkena masalah, jika seorang pangeran dan juga kapten mereka terluka. Komandan mereka pasti akan marah habis-habisan.
"Kita kembali sekarang."
Untung saja Su tadi tidak membawa kuda, jadi kuda Norvin bisa dia gunakan. Sedangkan, Norvin tentu saja bersama Kirei. Kirei membantu Norvin untuk naik. Kirei sengaja berada di belakang Norvin agar pangeran itu tidak terjatuh. Sebenernya Norvin masih bisa berkuda dengan baik. Tapi dia menikmati hal ini. Berdekatan dengan Kirei, tapi tidak terlihat mencolok.
-
-
Next part ya guys...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top