Tour

Sorry lama Up:( Aku beneran sibuk banget di dunia rl. Pernah ada niatan buat hiat, tapi gak tau juga. Kita liat nanti aja:(

...

"Gue ajak anak Athyros sama Catur gak papa?" Althea bertanya di hadapan Asean si ketua pelaksana.

Asean yang sedang berjongkok mengecek motornya menoleh. Ia terdiam sebentar. Matanya melirik triplet yang ternyata juga tengah menatap ke arahnya.

Asean berdehem pelan, lalu mengangguk sekilas." Ya, boleh," jawabnya singkat tersenyum kecil dan berbalik melanjutkan pekerjaannya.

Althea langsung tersenyum lebar. Ia menepuk bahu Asean dan mengucapkan terima kasih. Lalu pergi sembari mengotak atik ponselnya. Asean dapat menebak gadis itu menelpon Catur. Terdengar dari nama yang disebutkan saat panggilan tersambung.

Atlas yang sedang menggendong Alin menyerahkannya pada Analisa sejenak. Kakinya melangkah mendekati Asean. Menepuk bahu pria itu.

"Apa?" tanya Asean.

"Lo yakin ngijinin mereka gabung? Gue gak mau, ya, acara yang lo buat sendiri tapi nanti lo yang malah ...." Atlas tidak melanjutkan ucapannya. Namun, Asean terkekeh pelan. Mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Atlas.

"Gue gak papa, tlas. Asal Althea bahagia gue ikut bahagia juga." Asean berdiri menepuk tangannya beberapa kali membersihkan debu. Asean menatap Atlas sembari tersenyum kecil. "Ayolah, gue mau seneng-seneng. Kapan lagi kita ngumpul kayak gini. Jadi bawa happy aja!"

Atlas tak merespon. Ia hanya diam memperhatikan Asean.

"Ck, percaya sama gue. Lagian gue juga bakal selesaikan ini semua sekarang." Asean berujar dengan nada kesal begitu menyadari Atlas tak pernah lepas memandanginya sedari tadi.

"Belum berangkat?"

Semua menoleh pada sosok pria tegap yang keluar dari rumah membawa botol susu.

"Gimana mau berangkat, ini Alin masih sama kita. Emang boleh kita bawa?" sinis Atlan sembari menunjuk Alin yang sibuk bermain dengan rambut Analisa.

Bumi mendengus dan mendelik ke arah Atlan. Ia melangkah mendekati Analisa dan mengambil alih putri nya. Mengarahkan botol susu ke mulut Alin yang langsung diemut oleh bayi tersebut dengan tergesa. Sepertinya Alin sudah sangat lapar.

"Buna dari pagi gak turun, kenapa Pa?" tanya Atlas.

Bumi mendongak menatap Atlas sebentar dan kembali menunduk memperhatikan putrinya yang sibuk menyesap dot sembari menatap ke arahnya.

"Lagi capek," balas Bumi singkat.

Atlan memicing curiga. "Capek karena apa tuh?" tanyanya.

"Karena abis main kuda-kudaan, lah. Iya gak Om?" tanya Asean sembari tersenyum jail.

Atlas, Atlan dan Anta seketika memandang ayah mereka dengan tatapan tajam penuh selidik. Bumi yang sedang memperhatikan Alin mengernyit saat melihat putrinya melepas dot dan ikut mengeluarkan raut masam dengan kening mengerut seolah mengikuti ketiga kakaknya untuk mengintograsi dirinya.

Bumi menjawil hidung Alin gemas. "Buna capek karena kamu," jawabnya menatap Alin gemas.

"Oh iya, Akhtar juga denger semalam Alin nangis terus. Mungkin Tante Sandra sibuk nenangin Alin, ya, Om. Makanya sekarang kecapean." Akthar bersuara.

Bumi mengangguk, sembari melirik ketiga putranya dengan sinis. "Akhtar lebih paham." Ketiga pria dengan serempak memutar bola matanya.

"Udah ayo kita berangkat sekarang. Keburu siang." Asean mengintrupsi.

Semua orang lantas mengangguk dan bersiap di motor mereka masing-masing. Atlas bersama Analisa, Anta bersama Summer, Atlan bersama Akhtar, tak lupa Elsa juga ikut. Ia berada di tas khusus kucing yang Akhtar jaga di depannya. Sedangkan Asean pria itu berhasil membujuk Althea yang awalnya berniat membawa motor sendiri. Asean tidak mau terjadi sesuatu pada gadis itu. Althea pun pasrah, karena Asean yang mengancam akan membatalkan tour jika Althea membawa motor sendiri.

"Itu, Catur sama anak Athyros udah dateng!" Suara Althea mengalihkan fokus mereka. Seluruh tatapan mengarah pada gerombolan pria yang datang dengan motor sport. Salah satunya terdapat Catur yang berada di posisi paling depan.

"Akhirnya, gue bisa tour bareng trio dangerous!" seru West begitu mereka sampai di depan rumah keluarga Catra.

"Gila, makasih loh Asean udah ijinin kita ikut!" timpal North tersenyum lebar.

Asean ikut tersenyum. "Santai aja, Bro. Makin rame makin seru."

"Yaudah, ayo kita berangkat sekarang. Keburu siang nanti." Atlas bersuara.

"Lo gak bawa motor Al?" Pertanyaan Catur membuat pergerakan Asean yang ingin melangkah mendekati Althea mendadak terhenti.

Althea yang baru saja memakai jaket kulitnya menoleh. Lalu menggeleng. "Gak nih, gak di bolehin sama yang punya acara."

Catur terdiam sebentar, sembari melirik ke arah Asean yang juga tengah menatapnya datar. Catur tersenyum tipis, kembali menatap Althea. "Mau bareng gue?" tawarnya.

Althea bungkam, melirik Asean melalui ekor matanya. Bagaimana ini?

"Sorry, Bro. Dia bareng gue." Asean akhirnya maju, menggenggam tangan Althea dan menarik gadis itu menuju motornya.

Atlas dan yang lain diam-diam tersenyum, mereka merasa lega atas respon Asean yang kini tak akan tinggal diam mengalah begitu saja. Sedangkan Catur hanya menatap dua sejoli itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Kenapa? Gak mau bareng gue?" tanya Asean kala melihat Althea yang malah diam saat ia menyuruh gadis itu untuk naik.

Althea mendengus. "Gue yang nyetir, ya?" pintanya dengan nada memohon.

Asean langsung mendelik. Menyentil kening Althea. "Jangan mulai!" balasnya dengan nada kesal.

Althea nampak berdecak, mengehentak kakinya. Tangannya ikut menggoyangkan lengan Asean ke kanan dan ke kiri. Persis seperti seorang anak yang sedang membujuk ayahnya.

"Ayolah, gue mau nyetir, Sean. Jamin aman kok."

"Terus gue yang digonceng? Ogah!" Asean mengambil helm milik Althea dan memasangkannya pada gadis itu. Lalu tanpa aba-aba mengangkat Althea dan mendudukannya di jok belakang.

"Diem, jangan maju!" tegur Asean saat Althea hendak bergerak maju meraih setiran.

Althea mendengus, lalu mengangguk pasrah. Ia menyerah, Asean memang selalu tak bisa dibantah.

Asean langsung naik dan mulai menyalakan motornya setelah memakai helm. Begitu juga mereka yang sedari tadi menonton adegan pertengkaran ikut melakukan hal yang sama.

"Hati-hati," ucap Bumi singkat yang dibalas acungan jempol oleh mereka.

"Dadah Alin!" Atlan berteriak sembari melambai sebelum menancapkan gas.

"Nanti kita bawa oleh-oleh buat Alin!" timpal Akhtar yang duduk di belakang ikut melambaikan tangan.

Satu persatu motor mulai melaju. Asean yang memimpin diikuti Dangerous Man dan yang lain.

"Kayak ada yang kurang gak sih, An?" teriak Atlas di sela perjalanan.

Analisa mendekat dengan kening mengerut. "Apa tuh?"

"Pinggang gue gak nyaman, gak ada yang meluk."

"Ish!" Analisa berdecak sembari mencubit perut Atlas. Pria itu sempat meringis namun setelahnya mengigit bibir menahan senyum kala sebuah tangan telah melingkar dan hinggap di perutnya.

"Udah nyaman sekarang?" tanya Analisa berteriak.

Atlas yang masih menahan senyum langsung menjawab, "udah, nyaman banget malah."

Analisa langsung menggeleng pelan dengan pipi yang merona. Untung saja terhalangi helm. Jadi tidak akan di ketahui oleh Atlas yang sering mencuri pandang lewat kaca spion.

"Kalo pegel bilang ya, Asean ganteng. Nanti gue dengan senang hati gantiin lo." Althea berteriak. Tetap pada keinginannya yang ingin mengendarai motor.

"Gak bakal pegel kalo di peluk gini, tour sampai Singapore juga ayo aja gue kalo kayak gini."

"Idih!" Althea menoyor helm Asean.

"Buset, jangan ditoyor! Gue lagi nyetir ini, nanti kalo kita jatuh berabe."

"Amit-amit!"

"Eh tapi gapapa Al, kita nanti mati bareng. Definisi Cinta sampai mati." Asean tersenyum lebar di balik helmnya.

"Dih, siapa yang cinta?"

"Lo gak cinta gue?" tanya Asean dengan nada sedikit serius.

Althea hanya bungkam. "Eh, nanti kalau mau istirahat di tempat yang ada kamar mandinya, ya."

Asean tersenyum tipis. Lagi dan lagi selalu dialihkan.

Anta tertegun sejenak saat fokusnya terganggu kala sebuah tangan melingkar di perutnya. Pria itu sesekali berdehem untuk menenangkan pikirnnya dan fokus menyetir.

"Maaf kalau lancang, Kak. Aku bingung soalnya mau pegangan ke mana. Aku gak modus loh, ya." Summer meringis merutuki dirinya begitu ucapan terakhir reflek terlontar.

Tak kunjung mendapatkan respon Summer berniat menarik kembali tangannya. Rasanya memang ia sudah lancang dan tidak sopan. Ia bisa saja berpegangan pada jaket atau pundak Anta. Tidak untuk memeluknya seperti ini.

"Eh?" Summer mengerjap begitu tangannya digenggam Anta saat hendak menjauh dari perut pria itu. Jantungnya semakin tak karuan kala pergerakan Anta yang mengusap punggung tangannya perlahan.

"Gini aja," ujar pria itu sembari menatap ke arah kaca spion sekilas. Lalu kembali fokus ke depan dengan bibir yang tertarik ke atas walau tipis.

Summer menelan salivanya susah payah. Jantungnya semakin berpacu lebih cepat. Perlakuan sederhana namun sangat langka terjadi pada dirinya. Dan itu semua dilakukan oleh pria es yang selama ini selalu berada di dalam pikiran Summer. Wajah dan tatapan pria itu selalu berada di ingatan Summer. Tak pernah lepas dan sirna begitu saja. Pria es satu ini benar-benar sudah menghipnotis Summer.

"Kalau sakit perut bilang."

Summer kembali ke dunia nyata. Gadis itu terdiam sebentar. Ia tidak mengira Anta sudah benar-benar paham tentang dirinya yang memang selalu sakit perut jika terkena angin pagi.

"Kalau ngantuk tidur di bahu gue aja, peluk yang kenceng."

Oke baiklah, Summer menyerah. Badannya sudah lemas sekarang. Bukan karena tidak enak badan. Tetapi karena perlakuan manis dari pria es di depannya ini.

Benar-benar tidak terduga.

...

"Udah pada berangkat?"

Bumi yang sedang bersandar pada sofa sembari memperhatikan Alin yang berada di pangkuannya menoleh ke sumber suara. Di sana berdiri sosok wanita yang masih terlihat cantik. Wajahnya sudah terlihat lebih segar. Sandra, wanita itu berjalan menghampiri Bumi dan duduk di samping suaminya. Menyandarkan kepalanya di bahu Bumi dengan pandangan mengarah pada putrinya yang sibuk mengemut jempol.

Sandra sudah beberapa kali mencegah Alin untuk tidak melakukan hal seperti itu lagi. Namun, memang dasarnya Alin itu memiliki sifat yang sama seperti dirinya yaitu, keras kepala. Sudah berapa kali Sandra cegah tetap saja jari jempol si mungil kembali masuk ke dalam mulut.

"Abang tripletnya lagi pergi, Alin di sini sama Buna dan Papa." Sandra berujar sembari mengusap pipi gembul putrinya.

Alin nampak tertawa, menampilkan satu gigi susu yang bersiap timbul di gusinya.

Bumi tiba-tiba mengernyit, merasakan pahanya yang mendadak terasa hangat.

"Kenapa?" tanya Sandra menyadari perubahan raut wajah suaminya.

Bumi menatap Sandra dengan wajah bingung. Namun kepalanya menggeleng.

Sandra semakin mengernyit. "Kenapa, sih?" tanya Sandra lagi. Kini sambil meraba wajahnya. "Muka aku ada yang aneh?" tanyanya.

Bumi menggeleng lagi. "Paha aku hangat, basah juga. Kenapa, ya?"

Sandra berhenti meraba wajahnya. Ia bertatapan cukup lama dengan Bumi. Wajah Bumi yang tadinya dipenuhi raut kebingungan kini berubah kala ia menyadari sesuatu.

Keduanya kompak menatap si bayi mungil yang ternyata sudah tertawa sambil menepuk-nepuk tangannya.

Jika sudah begini, kalian tahu apa penyebabnya.

...

Malam tiba, Asean dan yang lain kini sudah berkumpul di villa. Tempatnya di ujung perbukitan. Malam ini ia mengadakan acara party barbeque. Semua sudah Asean persiapkan. Pria itu benar-benar mengadakan acara dengan sempurna.

"Lo kalo cuma diem gitu aja mending bantu gue bakar jagung," celetuk Althea pada Catur yang sedari tadi hanya duduk memperhatikan mereka yang berlalu lalang.

Catur menoleh, lalu mengangguk dan menghampiri Althea. Duduk di samping pria itu. Menggantikan Althea yang tadi sibuk mengipasi jagung. Sedangkan Althea menumpukan dagunya di lutut sembari memandang Catur.

"Gue tau gue ganteng, gak usah gitu juga liatnya."

Althea langsung mendengus. "Cakepan bokap gue," ujarnya. Catur hanya terkekeh pelan.

"Lo gak nyaman, ya, di sini? Soalnya gue liatin lo kek diem aja gitu." Althea memandang Catur tak enak hati. Soalnya ia yang mengajak pria itu untuk bergabung, tapi ia sama sekali tidak membantu agar Catur nyaman berada di sini.

Catur menoleh, lalu tersenyum sekilas. "Wajar, gue belum terlalu kenal sama mereka. Jadi, ya, masih canggung."

Althea meringis. "Sorry, gue gak terlalu merhatiin hal itu dari awal."

"Santai aja." Catur mengacak rambut Althea. Setelah itu hening kembali menyapa.

"Heh, temenin Summer ambil piring sana di dapur. Berduaan mulu lo." Asean datang dan langsung menyentil kening Althea.

Althea meringis, memukul kaki Asean lalu mendongak menatap Asean dengan raut kesal. "Gak usah disentil juga!" geramnya kembali memukul kaki Asean.

Asean mendengus, menarik lengan Althea untuk bangkit. "Udah sana, bantuin Summer!"

"Ck, iya-iya. Bawel banget, sih lo." Althea bangkit dan menghempaskan tangan Asean. Lalu melangkah mendekati Summer. Asean yang melihat Althea nampak kesal lantas tertawa geli.

"Deket banget, ya?" celetuk Catur membuat Asean berhenti tertawa dan menunduk menatap Catur.

"Kenapa? Iri lo?" sinis Asean.

Catur tertawa. "Lo sensi banget sama gue? Kenapa? Takut Althea-nya lo gue rebut?" sindir Catur.

Asean berdecih dengan mata menatap ke sekeliling. Lalu kembali menunduk menatap Catur remeh. "Takut? Ngapain harus takut? Ambil aja kalo dia emang mau sama lo."

Catur lagi dan lagi tertawa. "Lo pikir Al gak mau sama gue?"

"Biasanya yang udah lama ditunggu sekalinya dateng bakal disambut baik. Sampai yang selalu ada jadi dicuekin, bener?" kekeh Catur.

Asean mengernyit, mencerna ucapan Catur. Lalu setelahnya ia terkekeh sinis.

"Salah bro, yang ditunggu bakalan kalah sama yang selalu ada. Yang ditunggu belum tentu hadir dengan kepastian, sedangkan yang selalu ada udah pasti hadir dengan kejelasan. Paham gak lo?" ketus Asean sembari berlalu, tak lupa ia mengeluarkan raut menyebalkan yang mampu membuat Catur menjadi kesal.

...

Hayo, dukung kapal mana untuk berlayar?

Jangan lupa vote and spam komen for next chap!!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top