Raksa. Jr

"Halo, Om Laksa. Sultan dateng, nih. Bukain pintunya dong." Atlan berteriak sembari mengetuk pintu kediaman Raksa.

"Akhtar!
Kakak ganteng dateng rumah lagi, ayo main!" Kini Atlas menyahut.

Masih tidak ada sahutan dari pemilik rumah. Membuat Atlas dan Atlan kesal karena lama menunggu.

"Anta, ayo panggil. Kamu doang yang belum teriak." Atlas menyuruh adiknya untuk melakukan hal yang sama. Namun tentunya Anta menolak. Bocah itu memilih mengetuk dan berkata seperlunya saja.

"Halo," ujarnya singkat.

"Ck, kalo gitu doang mana bisa pintunya dibuka." Atlas bersidekap dada. Baru saja ia hendak menendang, pintu itu sudah dulu terbuka dari dalam.

"Om udah tau, ya. Kamu pasti mau nendang pintu Om lagi." Raksa menyembul dengan muka kesal. Sangat tahu dengan jelas kebiasaan Atlas yang selalu menendang pintu rumahnya jika sang pemilik lama membukakan pintu. Untung ia bergerak lebih cepat.

"Lagian Om lama. Lagi apa, sih?"  tanya Atlas.

"Baby Akhtar lagi mandi. Om ikut lihat Babynya mandi. Gemesin tau, kalian mau lihat?"

"Mau! Ayo, Atlan mau lihat Baby Atal mandi!" Atlan nampak berjingkrak antusias.

"Ayo masuk!"

Raksa mengajak triplet dan kedua orang tuanya masuk.

"Akhtar di mandiin sama siapa?" tanya Sandra begitu mereka duduk di sofa.

"Sama Audy. Gue awalnya was-was, percaya gak percaya pas dia bilang mau mandiin Akhtar. Eh tau-taunya udah jago." Raksa menggeleng pelan. Salut dengan istrinya yang sudah sedikit menghilangkan sikap kekanakan. Audy perlahan menjadi sedikit dewasa semenjak Akhtar lahir. Aura keibuannya mulai terlihat.

Perkenalkan dulu, Akhtar Virgilio Lukee. Anak pertama Raksa dengan Audy. Keinginan memiliki anak perempuan nyatanya harus ia kubur setelah mengetahui bahwa anak pertamanya adalah laki-laki. Raksa tentu tetap merasa sangat senang. Ia tak lagi memperdulikan obsesinya saat itu yang menginginkan anak perempuan. Baginya laki-laki juga menyenangkan. Ia akan mengajarkan putranya nanti untuk menjadi sosok jagoan.

"Om, ayo. Lihat Atal mandi!" Atlan menarik kaos Raksa yang tengah mengobrol dengan Bumi.

"Akhtar udah selesai mandi." Tiba-tiba Audy datang dengan Akhtar di dalam gendongannya. Atlan sontak langsung berlari mendekati Audy.

"Atlan mau lihat Atal tante!" soraknya antusias menarik daster yang Audy pakai.

Audy tersenyum dan mulai membaringkan Akhtar di karpet berbulu. Atlan langsung duduk menatap bayi mungil itu dengan mata berbinar.

"Kenapa badannya gak diiket lagi? Sekalang udah boleh pakai baju?" tanya Atlan menatap Audy polos. Yang ditatap tersenyum geli.

"Bukan diiket, sayang. Iya ini Akhtar udah bisa pakai baju. Lihat, bajunya imut banget, ya?"

Atlan mengangguk setuju. "Iya, imut. Kayak tante," ujarnya nyengir.

Sontak Raksa mendelik mendengarnya. "Anak lo jago gombal dari mana?" sinisnya pada Bumi.

"Mikir, siapa yang suka ajarin dia aneh-aneh." Sandra menyindir.

Raksa mendengus. Matanya menatap Atlas dan Anta yang sama sekali tak bergerak mendekati Akhtar. Mereka tidak seperti Atlan yang begitu antusias pada bayi.

"Kalian gak seneng ketemu baby Akhtar?" tanya Raksa.

Anta dan Atlas nampak menggeleng.

"Bukan gak seneng. Tapi Atlas takut kalau nanti Atlas deketin bayinya malah nangis." Anta mengangguk menyetujui ucapan kakaknya.

"Gak bakal nangis, kok. Sini Atlas sama Anta gabung. Baby Akhtar pasti seneng."

Atlas dan Anta langsung menatap ke arah Sandra meminta persetujuan.

"Boleh, kesana aja. Akhtar gak bakal nangis kalo kalian gak macem-macem."

Atlas mengangguk dan menarik lengan Anta untuk mendekat pada Audy. Keduanya langsung duduk di dekat Akhtar. Memperhatikan dalam diam. Tak banyak bersuara seperti Atlan yang sedaritadi terus mencoba mengajak Akhtar berbicara.

"Atal, nanti kalau udah gede kamu jangan kayak Bang Anta, ya. Kamu halus banyak bicala, kamu halus jago manjat nanti Atlan ajalin, deh. Kamu nanti kalau udah besal bakal masuk geng kita loh. Kamu anaknya Om Laksa. Anak sultan juga jadi boleh ikut geng kita." Atlan mencolek lengan Akhtar dengan hati-hati. Setelahnya ia tersenyum lebar merasakan kesenangan luar biasa.

"Kamu juga jangan kayak Bang Atlas yang supel galak. Dia nakal suka nyuluh-nyuluh. Pokoknya nanti kamu jadi geng aku, oke?" Atlan terkikik. "Cepet gede dong Atal. Atlan gak sabal manjat baleng, hihihi."

Perkataan Atlan mendapat respon gelengan kepala dari para orang dewasa. Tingkah dan perkataan anak kecil itu selalu saja menggemaskan.

"Atlan udah punya geng baru, kita harus cari anggota baru Anta. Yang lebih kuat biar bisa nyerang mereka. Kira-kira siapa, ya?" bisik Atlas pada adiknya.

"Althea?" tanya Anta.

"No, dia perempuan. Geng kita harus cowok semua. Kalo cewek nanti gampang nangis."

"Atlan suka nangis," celetuk Anta cuek.

"Ish dia bukan geng kita lagi. Lagipula Abang pernah bilang kalau Atlan itu setengah perempuan setengah laki-laki."

Anta mendelik. "Abang," tegurnya tidak suka.

Atlas memutar bola matanya malas. Tangannya mulai bersidekap dada.

"Atlas jadi bingung mau masuk geng siapa. Kalo sama Atlan dia cengeng, gak seru. Kalo Althea, dia suka nyubit Atlas gak suka tangan Atlas nanti merah. Cuma ada Anta, tapi Anta orangnya banyak diem, gak seru juga kalo bicala sama dia." Atlas bergumam berbicara pada dirinya sendiri.

"Emang cuma Atlas doang yang paling pinter. Buktinya Atlas udah gak cadel lagi." Atlas mengangguk mantap meyakinkan dirinya sendiri. "Atlas paling ganteng, paling pinter, Abang yang paling baik!" ujarnya begitu percaya diri.

...

Selesai bermain bersama Akhtar kini Bumi dan Sandra kembali ke kediaman mereka. Keduanya tengah menidurkan triplet yang tertidur saat di perjalanan. Mungkin putra mereka itu sudah kelelahan akibat banyak bermain di rumah Raksa.

"Mau kopi?" tawar Sandra begitu mereka sampai di kamar.

Bumi menggeleng pelan. Ia menarik pinggang Sandra untuk mendekat. Kepalanya ia tenggelamkan di perut Sandra dengan tangan melingkar di pinggang istrinya.

Sandra mengelus rambut lebat Bumi. "Kenapa?" tanyanya lembut.

Bumi menggeleng dan malah mengeratkan pelukannya.

"Hey, sakit!" Sandra memukul bahu Bumi.

Bumi terkekeh dan langsung menjauhkan wajahnya. Tangannya masih setia melingkar di pinggang istrinya. Kepalanya mendongak menatap Sandra dengan mata mengerjap bibirnya sedikit melengkung ke bawah membuat Sandra yang melihatnya kebingungan. Ada apa dengan suaminya ini?

"Kapan?" celetuk Bumi bertanya.

Alis Sandra menyatu. Mencoba mencerna apa yang sedang suaminya katakan.

"Maksudnya?" Sandra balik bertanya Karena belum mengerti.

"Ini, kapan?" tanya Bumi dengan wajah cemberut menunjuk perut Sandra dan membuat pola lingkaran di sana.

Sandra sempat mengernyit tidak paham. Namun lama kelamaan ia baru mengerti. Menghela napasnya sebentar dan mengacak rambut Bumi.

"Kamu kukuh banget pengen buatin adik buat triplet?" ujarnya memain pipi Bumi dengan gemas. Bumi terlihat mengangguk antusias.

"Boleh?"

Sandra tersenyum geli melihat suaminya yang begitu antusias. Tak bisa mengelak ia juga sebenarnya ingin menghadirkan anggota baru untuk triplet. Tapi beberapa bulan terakhir ini ia selalu merasa takut jika nantinya ia tidak bisa mengatur waktu. Mengurus triplet saja terkadang ia kesusahan. Apalagi semenjak Bumi disibuki dengan kerja yang selalu pergi ke luar negeri. Sandra akan dibuat kewalahan mengurus triplet jika Ibu dan mertuanya tidak ikut membantu.

"Hey, jangan melamun. Kalau belum siap gak papa." Bumi menepuk pipi Sandra menyadarkan istrinya.

Sandra langsumg menunduk, menatap Bumi cukup lama.

"Ayo," ajaknya.

"Ayo? Ke mana?" Bumi mengernyit.

Sandra berdecak. "Katanya mau buat adik?! Mau atau nggak?!" sewotnya kelewat kesal.

"Beneran boleh?" Bumi langsung bangkit.

"Hitungan ketiga. Sat-shit! Semangat banget," gerutu Sandra ketika ia baru saja hendak menghitung Bumi sudah menggendongnya ke ranjang.

Bumi tersenyum menyeringai. Ia sudah bersiap membuka pakaian Sandra.

Tok tok tok

"Hiks ... Buna, Baba. Atlan kebangun, gak bisa tidul lagi. Selem, kamalnya gelap."

Tangisan Atlan dari luar kamar menghentikan pergerakan Bumi. Pria itu sudah memejamkan matanya menahan emosi.

Sandra terkekeh, menepuk pelan pipi suaminya.

"Kayaknya Atlan belum mau punya adik," ujarnya menggoda sembari bangkit untuk menemui putra bungsunya.

"Shit, Atlan!" geram Bumi mengacak rambutnya frustasi. Ia langsung berjalan ke kamar mandi.

...

1k vote & 1k komen langsung aku up!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top