Epilog

JANGAN KAGET SAMA JUDUL HEHEH. ITU ASLI KOK.


Sebelum kalian, baca. Gimana kalo kita buat challenge? Yaitu, kalian harus komen di setiap paragraf menggunakan Capslock, okey?? SIAP?!



KOMENNYA PAKAI HURUF BESAR OKEY!  BESARRRR!!!





BTW, ELSA MAU BILANG MAKASI BUAT PEMBACA YANG UDAH SPAM KEMARIN. ELSA DI KASIH MINUMAN ENAK NICH. ENJOY, GUYS.

HAPPY READING!

....

Seorang pria melirik diam-diam perempuan yang duduk di sampingnya. Sedari tadi hanya keheningan yang menyapa keduanya. Perempuan sibuk bermain ponsel entah melakukan apa. Sedangkan si pria sibuk memainkan stir mobil padahal kendaraan roda empat itu sama sekali belum dinyalakan.

"Atlan kok lama banget, ya, Kak?" tanya si gadis dengan kening mengerut. Pandanganya kini menuju keluar jendela mencari keberadaan pria bernama Atlan yang sedari tadi mereka tunggu kehadirannya.

Dahi pria itu ikut mengerut. Lagi dan lagi sebuah pertanyaan hinggap di kepalanya. Kenapa gadis ini selalu memanggil saudaranya dengan sebutan nama, sedangkan padanya memakai embel-embel 'Kakak'? Padahal mereka seumuran.

Mengabaikan pemikiran itu, ia tersadar kala si gadis berujar nyaring bersamaan dengan dibukanya pintu belakang.

"Summer, gila kangen banget gue sama lo!"

Atlan masuk dengan senyum lebar, begitu Summer berbalik dan balas tersenyum Atlan langsung mengulurkan tangannya. Mereka melakukan sebuah tos yang sudah mereka rancang sendiri dari lama. Di akhiri dengan sebuah jari membentuk setengah love yang kemudian mereka satukan hingga menjadi sempurna. Keduanya lalu tertawa. Membuat satu orang pria yang sedari tadi memperhatikan tiba-tiba merasa panas.

"Tadi gue mandiin Elsa dulu, sorry lama nunggu. Itu perawan satu belum mandi dari kemarin. Ditambah lagi setiap mandi suka centil. Kucing kurang belaian emang." Atlan menjelaskan disertai kekehan. Summer mengangguk mengerti dan ikut terkekeh.

Masih dengan posisi ke belakang Summer mulai bercerita. "Oce juga suka gitu, manja banget kalau lagi dimandiin. Kapan-kapan Elsa sama Oce main bareng lagi, dong! Seru tahu lihat mereka barengan. Siapa tahu nanti jodoh!"

Mendengar itu Atlan tertawa. Tangannya tanpa sadar mengacak rambut Summer membuat satu orang pria yang duduk di kemudi semakin menajamkan matanya. Kurang ajar sekali adiknya!

"Gak cuma kucing, kita juga, ya, Sum? Semoga kita jo-"

Bugh.

Gumpalan tisu tiba-tiba menimpuk kepala Atlan. Pria itu mengaduh mengusap keningnya yeng menjadi korban. Matanya menatap kesal Anta, pria yang sedari tadi diam duduk dibangku kemudi.

"Apa sih lo?" sentaknya kesal.

Anta yang tadi menghadap ke depan langsung menoleh, dengan wajah datar tanpa dosa ia berkata, "sorry, sengaja." Lalu kembali menghadap ke depan.

Atlan mendengus kesal. Gumpalan tisu tersebut ia buang ke tempat sampah kecil yang memang tersedia di dekatnya. Summer tertawa kecil dan menggeleng pelan.

"Oh iya, lanjut cerita darimana tadi?"

Anta mendelik melalui kaca spion begitu melihat raut wajah Atlan yang berubah dratis saat menatap Summer. Ia berdecak. Apa-apaan ini?!

Menyesal ia dulu pernah mengiyakan permintaan Atlan untuk ikut ke rumah Summer. Di sana awal mula mereka akrab. Sesama memelihara kucing membuat obrolan mereka semakin melengket dan satu jalur. Summer yang awalnya pendiam, tidak banyak bicara jika berhadapan dengan saudaranya, kini sudah mulai bisa berbicara asik tanpa beban. Membuat Anta kesal setengah mati.

Tangan Anta terlulur di hadapan Summer membuat obrolan mereka terhenti dan menatap Anta bingung.

"Kenapa, Kak?" tanya Summer.

"Gatel," balas Anta sedikit ketus.

Summer yang mengerti langsung bantu menggaruk objek yang dimaksud Anta. Lalu ia kembali mendengarkan Atlan yang bercerita. Sesekali kembali tertawa.

Anta berdesis kesal, tetap saja ternyata!

Ia menarik kembali tangannya, matanya elangnya menatap lurus ke depan. Lalu hal berikutnya, teriakan Summer dan Atlan menggema di dalam mobil.

"BANG WOY, PELAN-PELAN! SANTAI IH JANGAN NGEGAS, GUE KAGET SETAN!" Atlan berteriak saking terkejutnya. Begitu juga Summer yang langsung bergerak memegang lengan Anta erat.

"Kak, pelan-pelan," cicitnya panik. Meremas lengan Anta kuat. Matanya memejam.

Anta menghembuskan napas kasar. Lalu mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Atlan dan Summer lantas menghela napas lega.

"PMS, ya, lo? Daritadi sensi amat!"delik Atlan kesal. Tangannya masih sibuk mengusap dadanya yang masih terkejut.

Anta tak menghiraukan ucapan Atlan, tetap fokus ke depan dengan raut datar. Sepertinya saat pulang nanti adiknya harus diberi pelajaran.

"Nanti turun dulu di toko bunga," ucap Atlan mengingatkan. Anta tetap diam, tanpa diingatkan pun ia sudah berniat akan pergi ke toko bunga terlebih dahulu.

Begitu mobil menepi, Atlan segera merapikan pakaiannya dan membuka pintu. Ia menghentikan pergerakannya kala mendengar suara Summer.

"Ikut, tlan!" pekiknya hendak membuka pintu juga. Namun, Atlan langsung mencegah.

"Jangan! Udah lo di sini aja, jinakin laki lo. Dia daritadi cemburu, masa lo gak sadar?" Atlan menaik turunkan alisnya sembari melirik Anta yang nampak tidak peduli.

Summer ikut menoleh, lalu meringis pelan setelahnya. Ia baru menyadari itu. Raut Anta sudah terlihat menyeramkan. Summer merutuk dalam hati. Bisa-bisanya ia mengabaikan pria di sampingnya saking terlalu asik berbincang dengan Atlan.

"Lagian lo jadi cowok kaku amat, kayak kanebo. Ya, Summer pasti bosen, lah, Sama lo. Makanya dia keasikan ngobrol sama gue. Hayo loh! Doi lebih akrab dengan sang adik di banding sang pacar!" ejek Atlan setelahnya ngaret kabur berlari menuju toko bunga.

Summer meringis lagi. Pacar katanya?

"Ngapain?" tanya Anta melirik Summer datar.

Summer menoleh, lalu nyengir. Mengulurkan tangannya mengusap pipi Anta pelan. "Maaf, Kak. Janji gak gitu lagi."

Tak ada respon apapun dari pria kaku itu, membuat Summer ketar-ketir. Anta itu kalau marah bisa bikin repot banyak orang. Summer harus berhati-hati.

"Kakak pegel? Summer pijitin, ya?" tawar gadis itu mencoba membujuk Anta. Namun tentu sia-sia. Bujukan seperti itu tidak akan mempan bagi Anta. Summer melihat Anta meraih ponsel dan mulai mengotak-atik, entah untuk apa.

Menggaruk ujung hidungnya dengan mata menari kesana-kemari berpikir cara apa lagi yang bisa meredakan amarah pria itu.

"Kak? Lusa di sekolah Summer ada pertunjukan teater. Kebetulan boleh undang siswa dari sekolah lain. Kakak mau ikut? Temenin Summer." Menggigit bibir bawahnya menatap Anta harap cemas.

Anta menoleh, lalu menyimpan ponsel di dashboard. Tangan kanannya ia tumpukan di stir mobil. Menatap Summer dengan datar.

Summer nyengir. "Mau?" ajaknya lagi.

Belum sempat Anta menjawab, pintu belakang sudah terbuka. Atlan muncul membawa beberapa buket bunga. Pria itu tampak kesusahan. Summer hendak membantu namun dicegah Anta.

"Abang sialan, nyuruh gak kira-kira banget. Kita ini mau ketemu Aksara, dua bucket bunga juga cukup. Emang dasarnya lo ngerjain gue, pake segala nambah beli jadi 20 bucket!" umpat pria itu sembari berbalik karena ada pelayan yang membantu membawakan sisanya.

"Makasih, Mba!"

Atlan segera masuk tumpukan bucket tersimpan di sampingnya. Wajahnya tertekuk begitu keruh. Menatap tajam Anta. Summer yang melihat itu hanya meringis pelan. Ini baru permulaan.

Mobil belum juga melaju. Anta tiba-tiba berbalik, menyerahkan uang kertas berwarna merah.

"Apalagi?!" kesal Atlan merampas uang tersebut dengan kasar.

"Minum," balas Anta cuek kembali menatap ke depan.

Atlan melotot. "Heh, itu depan mata lo ada satu botol air dengan isi yang masih penuh. Lo buta?!" sinis Atlan mulai terpancing.

Anta mendongak, benar, ada satu botol air yang masih terisi penuh. Pria itu lantas meraih botol mineral tersebut dan membuka penutupnya. Kaca mobil ia buka dan membuang semua air di sana. Untung saja jalanan tersebut sepi tak banyak kendaraan yang lewat. Setelah terbuang semua, Anta berbalik menatap Atlan tanpa dosa. Memperlihatkan botol mineral tersebut yang sudah kosong.

"Habis," ucapnya tanpa dosa. Membuat Atlan gemas ingin menjambak rambut kakaknya sendiri sampai botak hingga Summer tidak jatuh cinta lagi.

"Nyesel gue ngajak Summer ngobrol kalo kayak gini jadinya!" geram Atlan sembari kembali keluar dari mobil.

"Kak, udah dong jangan dikerjain. Kasihan, nanti keburu telat juga kita ke san-" Summer langsung mengatupkan bibirnya kala tatapan tajam mulai tersorot ke arahnya. Ia langsung diam tak berkutik.

Masih marah rupanya!

...

"Aksara, halo. Gue dateng lagi, kali ini bawa bunga banyak karena si Anta alias abang kaku gue ngerjain gue." Atlan langsung duduk anteng di samping gundukan tanah, begitu juga dengan Anta dan Summer.

"Lo tahu karena apa?" Atlan mengusap nisan dengan begitu lembut seolah benda itu adalah rambut si gadis yang tengah ia ajak bicara.

"Dia cemburu dong, gara-gara gue lebih akrab sama Summer. Salah sendiri jadi orang kok kaku bener, jarang ngomong, mana ka-aish kok dijitak?!" Atlan melotot kesal seraya mengusap kepalanya.

"Do'a, bukan gibah!" tegur Anta sinis.

Atlan mendengus. Namun tetap menurut, menundukan kepalanya dengan mata terpejam. Setelah beberapa menit kemudian, tangan yang tadi menengadah ia usapkan ke wajahnya dengan diakhiri sebuah kalimat 'aamiin'.

Atlan meraih bunga yang tadi ia beli, dan ia simpan di atas gundukan tanah. "Bunganya kebanyakan, Sa. Gue bagiin ke yang lain, ya? Gak papa?"

"Habisnya, si abang nih, kalau cemburu tuh suka gak kira-kira. Kalau gak bikin orang babak belur, ya, ujungnya ngabisin duit. Ngerepotin orang."

"Lo pasti gak nyangka banget abang gue kayak gitu. Soalnya ini pertama kali dia bucin, cemburunya minta ampun. Bikin Buna aja geleng-geleng!"

"Eh dan lo tau, Sa? Atlas sama Ana juga udah official. Mereka udah jadian, dong. Malahan udah Abah suruh buat tunangan. Gila gak sih, secepat itu?"

"Mana ...."

Ya, seterusnya Atlan tetal berlanjut menggibah. Membuat Anta dan Summer hanya bisa menghela napas jengah.

...

"Dadada!"

Seorang balita terus berseru kegirangan, tangan kecilnya bermain-main dengan sesuatu di sekitarnya. Gigi yang sudah mulai tumbuh satu sudah terlihat begitu jelas ketika ia tertawa.

"Daddy akan buatkan sebuah rumah mewah untukmu, Cute." Seorang pria yang usianya sudah tidak muda lagi duduk di hadapan putrinya. Membangun sesuatu di sana membuat perhatian si kecil teralihkan.

Para bodyguard yang menjaga dibuat tertegun melihat sikap tuan mereka yang cukup berbanding terbalik jika sedang bekerja. Bahkan, tuannya rela basah-basahan dan bermain seperti itu demi membahagiakan putrinya. Sungguh pemandangan yang sangat langka.

"Kamu cantik jika Daddy dandani seperti ini." Bumi mengusapkan tangannya yang terdapat sesuatu ke pipi gembul Alin.

"ASTAGA, BUMI AIDEN CATRA!"

Teriakan itu menggema seketika. Bumi dan para bodyguard tersentak kaget. Seketika keheningan menerpa, hanya sesekali diiringi dengan Alin yang tertawa sembari menatap ibunya yang sudah berkacak pinggang di sana. Bukannya takut atau terkejut, balita itu malah melambaikan tangannya seolah menyambut sang ibu.

"Kamu apain anak aku?!" Sandra menepuk keningnya. Berjalan menghampiri ayah dan si anak yang kini sudah kotor dengan pakaian penuh dengan lumpur. Tak lupa wajah Alin yang sudah cemong karena didandani ayahnya sendiri menggunakan lumpur.

Ya, siapa sangka. Keduanya sedari tadi sibuk bermain lumpur di belakang rumah. Lumpur yang memang sengaja dibuat sebagai tempat bermain Hero dan Prince.

"Udah tua masih aja main lumpur begini!" Sandra menjewer telinga suaminya cukup kencang. Tawa Alin kembali terdengar, anak kecil itu seolah mengerti dan memberikan dukungan pada ibunya dengan bertepuk tangan.

Bumi melotot melihat Alin yang sibuk tertawa seperti mengejek dirinya. "Alin, Daddy dijewer kok malah ketawa?! Help me!"

Alin menggeleng kuat bersamaan dengan pipu gembulnya yang ikut bergerak. "No no no!" serunya sembari mengarahkan jari telunjuk dan menggerakan ke kiri dan kanan.

Para bodyguard kembali dibuat meringis diam-diam. Ingin sekali mereka mengambil kamera dan merekam kejadian tersebut agar bisa mereka perlihatkan ke seluruh bodyguard dan penghuni Wx13. Mempertontonkan bagaimana ciutnya ketua mereka jika sudah berhadapan dengan sang istri.

"Alin udah mandi, malah kamu ajak main lumpur begini! Gak ada mainan yang lain apa?!" Sandra berteriak kesal dengan tangan berkacak pinggang.

Bumi menekuk wajahnya masam. Sesekali melirik Alin yang juga menatap ke arahnya dengan senyum lebar.

Ini putrinya kenapa mengejek terus, sih?!

"Sana mandiin lagi, gak mau tahu harus sampai bersih dan wangi! Awas aja kalau masih ada sisa lumpur dibagian tubuh Alin, aku usir kamu dari rumah ini!"

Buset, Bumi melotot kaget. Cuma gara-gara lumpur sampe diusir segala dari rumah. Padahal ini rumah milik Bumi, tapi ... ah sudahlah lebih baik mengiyakan saja dulu. Bumi tidak mau semakin dibuat pusing mendengar celotehan istrinya.

"Alin, lain kali jangan mau main sama Daddy. Main aja sama abang kamu. Kalau sama Daddy cukup porotin uangnya aja," cerca Sandra pada sang putri.

"Sana mandiin!" suruhnya lagi pada Bumi.

"Iya-iya, jangan marah terus." Bumi langsung menggendong Alin.

"Cuci kaki dulu, kalau lumpur kena lantai rumah, kamu bersihin sendiri!"

Bumi memejamkan matanya mencoba bersabar. Istrinya pasti sedang dalam masa tamu bulanan. Tak hanya dirinya, sebentar lagi ketiga putranya juga akan ikut terkena amukan wanita itu. Lihat saja nanti.

....

"Astaga, punya tiga lajang bukannya belajar malah main game terus!"

Ketiga pria yang sedang duduk di karpet menoleh, lalu serempak meringis mendapati ibu negara berdiri di sana seraya berkacak pinggang.

"Kamu Atlan, itu di kamar bekas melukis itu beresin lagi. Jangan diberantakin. Sisa cat dibersihin, jangan ngandelin Bibi terus!"

"Tadi keburu dipanggil Abang, Buna. Bang Atlas ngajak main game." Atlan mencari pembelaan dan menujuk Atlas agar berpindah sasaran. Atlas melotot mendenganya, sialan, ia dijadikan umpan.

"Ini apalagi Atlas, kaos kamu kenapa lengannya dirobek jadi pendek banget?! Kayak gitu masih aja dipakai! Gak punya kaos yang lain apa?!"

Atlas terlonjak kaget. Sial, ia benar-benar dijadikan umpan.

"Ini nggak dirobek Buna, modelnya emang kayak gini." Atlas menggaruk kepalanya kikuk.

"Mau semua kaos kamu Buna robekin? Biar kayak gitu semua?!"

"Ng-nggak, nggak usah Buna." Atlan menjawab cepat dengan nada panik. Sandra menggeleng seraya menghela napas.

"Anta," panggil Sandra mulai sedikit tenang, tidak berteriak seperti tadi lagi. Atlas dan Atlan mendengus melihatnya.

"Iya Buna?" jawab Anta cepat.

Sandra mendekati Anta, berjongkok di hadapan putra keduanya. Tangannya terangkat mengusap kepala Anta lembut membuat Atlas dan Atlan berdecih kesal. Apa-apaan itu?

"Lain kali, kalau punya peliharaan itu diajarin tata krama tinggal di rumah majikan yang baik dan benar."

"Aish, Buna."

Atlas dan Atlan melotot, lalu menahan tawa mereka begitu melihat telinga Anta dijewer.

"Hero, si harimau kesayangan kamu itu, rusakin tanaman Buna! Tanaman kesayangan Buna, Atlan. Buna gak mau tahu ya, kamu harus ganti tanaman punya Buna."

"I-iya, Anta ganti." Anta mencoba melepaskan jeweran ibunya, namun yang ada malah jeweran itu semakin kuat. Menatap kedua saudaranya berharap mendapat pertolongan, yang ada mereka malah terus menertawakannya diam-diam.

"Buna, boleh lepasin?" pinta Anta pelan.

Sandra langsung melepaskan jewerannya. Kembali menghela napas dan menghembuskan secara kasar. Sudah berapa orang yang ia marahi hari ini?

Bumi yang baru saja turun sembari menggendong Alin tersenyum puas melihat ketiga putranya ikut terkena semburan sang istri. Bahkan Alin juga bertepuk tangan seraya tertawa kegirangan.

Tiga pria dan satu wanita yang berada di lantai bawah menoleh ke arah tangga. Mereka serempak melotot melihat bagaimana keadaan Alin saat ini.

Tiga pria kembar itu serempak menutup telinga, bersiap siaga menahan pekikan memekakan telinga yang akan dikeluarkan sang buna.

1

2

dan

"YA TUHAN DUNIA! LO APAIN ANAK GUE?! KENAPA BEDAKNYA MENOR BANGET KAYAK TUYUL?!"

Baik, sudah cukup sampai di sini. Permulaan di mana hidup Bumi mulai tidak baik-baik saja karena di amuk singa betina.

Tamat

Huhu, pertama-tama mau ngucapin makasih banyak buat kalian yang nemenin cerita ini dari prolog. Tahu kapan cerita ini dibentuk. Rela nunggu berminggu-minggu buat cerita ini update. Gak tahu, sayang banget sama yang selalu sabar dan ngasih support setiap harinya. Big love untuk kalian semua pembaca si kembar ini.

Meskipun konflik di sini gak jelas, alurnya juga mungkin kelihatan amburadul. Tapi aku harap ada sedikitnya satu hal saja yang bisa kalian jadikan pelajaran dari cerita ini. Tenang, nanti aku revisi kok.

Sebelum benar-benar berakhir, aku mau bertanya dulu nih.

1. Kalau boleh tau, adakah satu kejadian yang selalu kalian inget dari cerita ini? Kalau ada apa itu?

2. Siapa pemeran favorit kalian?

3. Adakah watak / sifat tokoh yang kurang kalian suka dari cerita ini? Kalau ada, siapa dia?

4. Yuk, keluarkan isi hati kalian di sini. Tentang apapun. Masalah hidup, hati, mental atau apapun itu.

5. Mau ada Extra part?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top