Cece
HI, NICE TO MEET U GUYS.
Huhu sorry lama banget up, minggu kemarin padat banget sampe gak sempet buat nulis.
Akhir-akhir ini emang udah mulai gak disiplin lagi atur jadwal update. Kadang ngikut mood atau lagi bener-bener ada waktu luang baru bisa sempetin. Makanya belum bisa ngasih jadwal update yang real itu kapan aja.
Terlebih Hereditarium juga udah mau tamat...
So, aku bakal usahain akhir November ini cerita si kembar udah tamat. Juga bakal seriusin dan fokus sama cerita sebelah, si maps alias Sherlock.
Maaf ya, cantik, ganteng (kalo ada) yang udah nunggu lama. BIG THANKS!!!!!
Sungkem dulu sama Nyonya Alin.
ND HAPPY READING HERELONES-WIHI.
....
"Lele telima nikah muda sama pacal Lele namanya Asean dibayal tunai, sah!" teriak Rere dengan tangan yang berjabatan dengan Asean.
Orang-orang yang berada di sana tersenyum geli melihatnya. Mereka sedang berada di markas Athyros. Beberapa menit lalu, Asean datang ke markas untuk menemui Althea. Namun, Rere yang merupakan adik Summer membuntut di belakangnya merengek ingin ikut. Terpaksa ia membawa bocah itu bersamanya mengingat Summer sedang pergi berobat bersama Anta dan ibunya sedang ada jadwal operasi di rumah sakit.
"Enak aja, ini pacar Kakak. Kamu jangan jadi pelakor." Althea menjauhkan tangan Asean dari genggaman Rere. Wajahnya terlihat menyebalkan membuat Rere mendelik kesal.
"Ini pacal Lele, tau! Kakak yang pelakol, Lele udah pacalan lama sama Cece!" Rere memukul paha Althea yang langsung ditahan oleh Asean.
"Cece? Apa-apaan kamu manggil pacar Kakak dengan sebutan itu?" Althea semakin gencar mengerjai Rere. Ia senang melihat wajah bocah itu yang terlihat kepanasan.
Wajah Rere sudah memerah, tangannya terkepal. Ia mengambil sebuah miniatur pajangan berbentuk motor di meja. Lalu melemparnya mengenai lengan Althea.
"Kakak nakal! Lebut pacalnya Lele!" teriak Lele kesal sembari mencoba menahan untuk tidak menangis. Ia ingat perkataan kakaknya yang selalu mengajarkan Rere untuk menjadi perempuan kuat dan tidak boleh cengeng.
Asean, beserta anggota Athyros yang lain hanya bisa menggelengkan kepala sembari tertawa melihat tingkah menggemaskan Rere.
"Udah Al, jangan dijailin terus. Kena jambak tau rasa lo. Jambakan dia gak main-main tahu," tegur Asean.
Althea terkekeh pelan. "Habisnya dia lucu, sih. Tapi kesel juga kenapa di gak nangis, sih? Gue tuh paling seneng kalo liat anak kecil nangis."
"Yeu, kebiasaan!" Asean menyentil kening gadis itu hingga sang empu mengaduh.
Rere menghentak kesal. Ia berjalan menuju sofa, sudah ada West dan Arshaka yang duduk di sana. Rere mencoba naik di sofa single yang lumayan tinggi. West yang melihat itu segera bangkit dan membantu Rere duduk di sana.
"Udah, duduk yang manis, ya." West menepuk kepala Rere pelan. Rere hanya diam dengan wajah merenggut.
Para anggota mulai membubarkan diri dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Althea dan Asean sudah pergi entah ke mana. Meninggalkan Rere dengan satu pria yang masih setia duduk di sofa.
Bocah kecil itu kini sudah duduk dengan tangan bersidekap dada. Wajahnya masih setia dengan raut merenggut masam, kaki pendek yang menggantung tak sampai ke lantai ia goyangkan ke depan belakang.
"Kakak jangan lihatin Lele telus, Lele tahu Lele cantik!" ketus Rere menatap Arshaka dengan bibir mengerucut.
Iya, pria yang sedari tadi anteng duduk di sofa memperhatikan Rere adalah Arshaka. Pria itu terus memandang Rere dengan tatapan tak bisa diartikan.
"Kakak milip abang es ganteng. Gak bisa bicala, ya, dalitadi diem telus?" Rere menatap Arsahaka serius. Ia kini turun dari sofa menghampiri Arshaka. Berdiri tepat di depan kaki pria itu.
"Nama Kakak siapa?" tanya Rere penasaran.
Arshaka masih diam, memperhatikan Rere dengan datar. Bocah kecil itu mulai kesal karena diabaikan. Hendak berbalik untuk pergi namun tiba-tiba tubuhnya melayang dan terduduk di atas pangkuan Arshaka.
Rere terkejut, lalu mendongak menatap wajah Arshaka yang dapat ia lihat dari dekat.
"Aduh, muka Kakak glowing banget. Lele silau lihatnya." Rere menutup kedua matanya menggunakam tangan. Sambil sesekali mengintip melalui sela jari. "Kakak jangan lihatin Lele telus, Lele jadi mleyot, nih."
Arshaka tiba-tiba mengerut seraya menahan senyum. Kenapa menggemaskan sekali?
"Umur kamu berapa?" tanya Arshaka mulai bersuara. Tangan besarnya meraih tangan mungil Rere yang sedaritadi menutupi wajah anak kecil itu.
Rere tampak berpikir sembari memegang dagunya. Pemandangan yang mampu membuat Arshaka berdesis dan dengan gemas mencubit pipi anak kecil itu.
"Lele lupa, nanti Lele tanya Bunda dulu, ya!" balasnya sembari nyengir.
Arshaka mengulum senyum. Sesuatu yang bahkan baru ia lakukan, dan anak kecil di pangkuannya ini sebagai penyebabnya.
"Mau ikut Kakak?" tawar Arshaka.
Rere memiringkan wajahnya dengan raut penasaran. "Ke mana?"
"Main, maybe?" balas Arshaka tidak yakin. Tapi ia diam-diam tersenyum misterius.
Rere mengangguk dengan semangat. "Ayo, Lele mau main. Tapi Kakak cium Lele dulu, ya! Hali ini Lele belum dicium cogan. Jadi tenaga Lele masih sedikit." Rere terkikik setelah menyelesaikan ucapannya.
Arshaka menggeleng pelan. "Mau dicium di mana?" tanyanya.
"Kening, Lele mau dicium dikening!" seru Lele semangat. Kesempatan dicium oleh cogan tidak boleh disia-siakan. Arshaka langsung menurutinya.
"Yeay! Dicium cogan! Makasih banyak, sayang!"
Arshaka terkejut, tentu. Di mana anak kecil ini tau panggilan seperti itu?
"Sayang?" tanya Arshaka mengulang ucapan Rere.
"Iya, kenapa sayangnya Lele?" balas Rere seraya terkikik. Raut wajahnya terlihat bahagia dan puas berhasil mengerjai Arshaka. Sedangkan, Arshaka pria itu berdesis.
Oh, shit.
Arshaka langsung menggendong Rere dan membawanya keluar dari markas tanpa sepengetahuan yang lain. Entah akan dibawa ke mana anak kecil tersebut.
...
"Lagi chat sama siapa, sih?" Asean merebut ponsel Althea yang sedari tadi terus tersenyum sembari menatap benda canggih membuat Asean penasaran.
Althea merenggut, berusaha mengambil kembali namun ditahan Asean.
"Cih, alay banget si Guntur!" Asean merutuk sembari mengembalikan ponsel pada pemiliknya sesudah membaca percakapan keduanya.
"Namanya Catur! Bukan Guntur!"
"Gue seneng kenal sama lo, see you Al. Semoga lo bahagia sama halah anjir bacot tai, bagong emang." Asean meniru apa yang Catur kirimkan beberapa saat yang lalu diikuti nada ejekan dan umpatan.
"Mau ke mana dia?" tanya Asean bersidekap dada. Menunduk menatap Althea dengan alis terangkat.
"Kepo!" ketus Althea menjulurkan lidah. Asean berdecih, lalu dengan kasar mengambil ponsel miliknya. Mencari kontak seseorang dan mendekatkan benda canggih itu ke dekat telinga.
"Halo, cantik!" sapa Asean tersenyum lebar kala panggilan terjawab. Matanya melirik Althea yang kini sudah melotot ke arahnya dengan wajah terkejut. Asean tertawa dalam hati.
"Apaan anjing, goda-goda cewek gue!" balasan tak terduga di seberang sana membuat Asean berdecak.
Ini kenapa malah pawangnya yang jawab, sih?! Niat mau memanasi Althea malah gagal!
"Oh iya, kabar gue baik kok. Lo gimana kabarnya? Makin cantik nih pasti." Asean meneruskan aksinya tak peduli dengan balasan di seberang sana. Ia kesal, dan ingin balas dendam. Terobos saja.
Berhasil! Althea semakin menatapnya kesal dengan mata memicing. Asean memyeringai.
"Sinting, kenapa, sih lo setan?!"
Mengabaikan umpatan di seberang sana. Asean terus melanjutkan aksinya. Bahkan sekarang tangannya malah sengaja menepuk pelan lengan Althea sembari tersenyum sok malu-malu, seolah perempuan yang berada di depannya ini adalah si lawan bicara. "Ah lo bisa aja, nanti kita ketemu gimana? Gue juga kangen sama lo."
Lihat, wajah Althea semakin tertekuk masam. Bahkan tangannya sudah bergerak naik ingin merebut ponsel milik Asean. Untung saja Asean segera menghindar.
"Bacot anjing, Asean gue jahit mulut lo ya sekarang juga!"
"Duh jadi malu, iya gue masih jomblo, kok." Asean melirik sekilas Althea yang kini sudah memalingkan wajah dengan raut semakin tak wajar. Ia semakin tertawa senang. Lihat, bukankan itu mengartikan bahwa Althea cemburu juga, bukan?
"Gue matiin, ya, anj-"
"Duh lo tau aja, tapi sebenarnya emang iya, gue masih su-"
"HEH CEWEK GATEL! GAK USAH HUBUNGIN NOMOR INI LAGI! PERGI LO SETAN!"
Asean mengerjap cukup terkejut kala tiba-tiba ponselnya direbut ditambah dengan teriakan Althea yang cukup memekakan telinga.
"Heh, lo ngatain cewek gue gatel?! Cowok lo yang gatel babi. Nelponin cewek gue seenak jidat. Tai emang lo pada ganggu gue aja!"
Althea mengernyit kala mendengar suara laki-laki di seberang sana. Ia menjauhkan ponsel pria itu untuk melihat nama kontaknya di sana. Tertera nama 'Analekong'. Althea tau ini nomor siapa.
"Kalau ada permasalahan rumah tangga urus sendiri. Udah pada gede juga. Dah lah, ganggu aja lo pada."
Tut.
Althea berdesis kesal, menatap jengkel pria di depannya yang sudah nyengir tidak jelas.
Bugh.
"Tai lo setan!" kesalnya menendang perut Asean. Pria itu meringis. Memegang perutnya yang mendadak terasa ngilu.
"Kenceng amat nendangnya." Asean masih meringis. Tenaga Althea memang tidak bisa diragukan lagi. "Tapi gak papa deh, yang penting lo cemburu."
Althea langsung mendelik. "Dih, siapa yang cemburu? Percaya diri banget!" sewotnya.
Asean menjulurkan lidah, mengacak rambut Althea dan menepuk pipinya pelan. "Gemes banget sih yayang Thea." Althea melotot, menatap Asean dengan pandangan jijik.
"Yayang Thea ... nikah, yuk?!" Asean kembali berulah.
"Nikah aja tuh sama ponsel!"
"Yayang ih, ayo nikah sama kakang." Asean semakin gencar menggoda Althea.
"Bacot anj-"
"Apa?! Kasar banget!" Asean menepuk bibir Althea pelan. "Anak gadis gak boleh ngomong kasar."
Althea mendelik. "Lo yang mulai duluan."
"Gue ngajak nikah, bukan ngajak tawuran."
"Halah bagong!"
"Astaghfirullah Al, mulut lo!" Asean mencubit pipi gadis itu gemas.
"Sana, ah!" Althea bangkit dan berlalu, tak lupa sengaja menubruk bahu Asean cukup kuat.
"Yayang Thea!" rengek Asean nyaring. "Jadi gimana, mau gak nikah sama kakang Cece?"
"SHUT UP, BITCH!" Althea berteriak sembari mengacungkan jari tengah.
Asean tertawa terbahak. Althea selalu membuatnya ketagihan untuk terus mengerjai gadis itu, selalu bisa membuatnya kecanduan akan raut kesal yang gadis itu keluarkan. Asean menyukai semuanya, semua yang ada pada diri Althea sepenuhnya.
..
"Elsa mohon, tolong spam komen biar Elsa dikasih makan yang layak."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top