Atlan Vlog
Beberapa bulan kemudian.
Seorang bocah kecil nampak tertawa bahagia begitu hasil karyanya telah selesai. Seluruh badannya dipenuhi cat berwarna-warni. Ia sedang melukis di tengah kegabutan yang sedang dilandanya. Setelah hasil lukisannya selesai ia berlari mengambil sebuah ponsel milik ibunya yang kebetulan berada di meja. Menyalakan ponsel tersebut dan menekan ikon kamera.
"Wantutatitu cekicek, Halo semuanya! Kembali lagi belsama Atlan ganteng anaknya King si sultan se-dunia! Hali ini Atlan sedang melukis, eh tadi sih Atlan lagi main sama Laden, loh. Tapi Ladennya malah ngambek dan kabul ke atap. Jadi deh sekalang Atlan melukis."
Atlan, si bocah yang tengah merekam itu menyimpan ponsel di meja dengan kamera mengarah ke arahnya. Ia mundur beberapa langkah agar seluruh tubuhnya terdapat dikamera. Mengambil sebuah lukisan hasilnya dan menatap kamera dengan senyum lebar.
"Ini hasil kalya Atlan. Bagus, kan? Atlan itu jago melukis, teman-teman!" Atlan berseru senang.
"Banyak kalya yang udah Atlan buat, loh. Contohnya lumahnya Om Sanu. Kemalin Atlan lukis dinding lumah Om Sanu, gambalnya muka Atlan. Bial Om Sanu inget telus sama Atlan."
"Ini, juga kalya Atlan!" teriak Atlan semangat menunjuk dinding dekat televisi yang sudah tercoreng segala jenis gambar.
"Masih banyak lagi sebenelnya. Tapi Atlan inget, kata Buna kita jadi manusia itu gak boleh pamel. Jadi Atlan gak mau pamel hasil kalya Atlan. Bial Atlan sama Tuhan aja yang tahu, kalian gak boleh, ya. Hihihi ...." Atlan nampak terkikik. Lukisan tadi kembali ia simpan asal. Mulai berjalan mengambil kembali ponsel milik ibunya.
"Kita ke dapul, yuk. Kita glebek Abang Atlas." Atlan berjalan mengendap-ngendap dengan ponsel yang setia ia genggam.
"Itu, Abang Atlas lagi makan es klim sendilian. Woah Atlan gak diajak!"
Atlan menghampiri Atlas. Ia menaiki kursi walau dengan susah payah.
"Abang," panggil Atlan.
"Hm." Atlas hanya bergumam, fokus memakan es krim.
"Kok Atlan gak dikasih?"
Atlas langsung menoleh hingga tatapannya jatuh pada ponsel yang berada digenggaman Atlan. Juga keadaan adiknya yang super duper kotor dipenuhi oleh Cat.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Atlas bingung.
"Aduh, Atlan lupa. Atlan lagi bikin vlog." Atlan menepuk keningnya. " Ini, ayo Abang sapa teman-teman yang nonton! Teman-teman ini Abang aku, namanya Atlas."
"Halo," sapa Atlas melambaikan tangan sembari sibuk memakan es krim.
"Ish, yang benel Abang!"
Atlas yang tengah melahap es krim dengan terpaksa menarik bibirnya ke atas dengan kepala sedikit dimiringkan.
(Anggap aja itu dirumah, ya wkwk)
"Udah, ya? Abang lagi makan es klim. Jangan ganggu, ini es klim enak."
"Es klim semuanya juga enak."
"Gak, ini beda. Es klim sultan."
Atlan langsung membulatkan mulutnya dan mengangguk-anggukan kepala. Ia lalu turun dari kursi.
"Abang mau ikut? Atlan mau lanjut bikin vlog."
"Gak mau," balas Atlas tetap sibuk dengan es krim. Atlan hanya cemberut dan berlalu begitu saja. Kini ia mencari satu saudaranya lagi yang entah di mana keberadaannya.
"Temen-temen, Atlan lagi nyali Bang Anta. Dia kemana yah? Lumah sultan itu besal Atlan capek keliling lumah nyali Bang Anta." Atlan duduk di anak tangga. Mengusap keringat dipelipisnya.
"Atlan gelah, mau mandi. Kita ke kamal yuk! Kita bikin vlog Atlan lagi mandi. Nyali Bang Anta nanti aja, deh."
Atlan langsung bergegas menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya di kamar Atlan langsung terkikik begitu melihat ternyata abangnya sedang tertidur.
"Telnyata Bang Anta lagi bobo. Temen-temen mau lihat?" tanya Atlan menghadap kamera. Ia langsung menaiki ranjang dan berdiri di antara tubuh Anta.
"Tuh, lihat. Bang Anta lagi bobo, hihihi." Atlan terkikik pelan. Mengarahkan kamera kepada Anta yang tengah tertidur.
Tiba-tiba ponselnya mati, layarnya mendadak hitam membuat Atlan terkejut.
"Loh, kok mati, sih?" Atlan menepuk-nepuk ponselnya beberapa kali. Tidak ada respon, ia turun dari ranjang dan melempar ponsel tersebut. Kali saja akan hidup kembali setelah ia lempar.
"Ih kok malah pecah, sih?" Atlan cemberut, ponselnya ia tendang asal dengan tangan bersidekap dada.
"Bang Anta!" teriaknya kesal membangunkan Anta. "Ponsel Buna mati! Gak mau hidup lagi. Atlan tendang juga tetep walnanya item! Abang bangun, dong!" Atlan terus mengguncang tubuh Anta membuat sang empu terusik.
"Atlan," tegur Anta kesal dengan terpaksa bangun. Bocah itu mengucek matanya sebentar. "Kenapa?" tanyanya datar.
Atlan nampak merenggut. "Ponsel Buna meninggal. Gak mau hidup, walnanya item telus. Telus tadi pas Atlan lempal jadi pecah."
Anta langsung mendengus. "Walnanya item mungkin batelainya abis. Kamu lempal telus pecah jadinya lusak!" tukasnya kesal.
"Lusak? Gak bisa hidup lagi?"
"Nggak."
"Yah, vlog Atlan di hape Buna banyak. Gimana dong?"
"Bikin lagi," ujar Anta cuek kembali berbaring.
"Ish, Abang jangan tidul lagi." Atlan menarik lengan Anta untuk kembali bangun.
"Apalagi? Abang ngantuk."
"Ayo main, Atlan bosen ngevlog." Mata Atlan berbinar dengan tangan terus menggoyangkan tangan Anta.
"Nanti Sole, ya? Sekalian Abang latihan."
"Abang latihan apa?" Atlan mengernyit bingung. Ia berpikir cukup lama.
"Oh, Abang mau latihan main jemping-jemping itu lagi, ya?" tanya Atlan polos.
Anta hanya diam tak menjawab.
"Atlan gak sabal lihat Abang pakai baju astonol lagi!" lanjut Atlan kesenangan.
"Bukan astonol, itu baju buat balapan." Anta yang sudah tidak mengantuk lagi turun dari ranjang. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Atlan mengikutinya dari belakang.
Anta naik ke kursi agar tangannya bisa menggapai wastafel. Ia mulai mencuci mukanya di sana. Atlan mendongak, diam memperhatikan kakaknya. Tidak lama kemudian Anta turun, lalu menatap tajam Atlan dari atas sampai bawah.
Atlan bergerak mundur, matanya mengerjap takut begitu mendapat tatapan tajam dari kakaknya.
"Abang kenapa?"
"Mandi sana, baju kamu kotol. Muka kamu banyak catnya, jelek."
Atlan langsung cemberut. "Abang sekalinya bicala panjang gitu telus."
Anta diam tak menjawab. Bibirnya terasa sangat pegal setelah banyak berbicara.
"Yaudah, deh Atlan mau mandi nanti habis itu kita lihat Abang main motol. Atlan mau sekalian ajak Laden nonton baleng."
Anta hanya mengangguk kecil sembari berlalu keluar membiarkan Atlan yang sudah menutup pintu sepertinya benar-benar akan membersihkan badan.
...
"Wanjir bocil si es batu jago juga main racing begitu!" Raksa berdecak kagum.
"Kagum gue, calon bibit pembalap tuh anak," timpal Bima tak kalah kagum.
"Diajarin berapa lama itu, San?" tanya Brianna yang kebetulan duduk berdampingan.
"Sekitaran tiga bulan, dia terus diajarin sama Elang atau bapaknya. Aku juga kagum banget, gak nyangka perkembangannya secepat ini."
Sandra tersenyum kecil. Sore hari ini Anta benar-benar kembali latihan. Bedanya, hari ini dihadapan banyak orang. Raksa dan Bima yang sudah penasaran dengan rumor Anta si jago racing sudah terdengar ke telinga keluarga Catra dan Vegario. Di tambah lagi seluruh teman Bumi yang membuat mereka penasaran.
Sempat mendapat teguran dari Hazzel namun sekarang Anta sudah membuktikannya. Hasil 3 bulan lamanya ia berlatih kini semua orang kagum dengan penampilannya.
"Bulan depan Audy lahiran. Doain anaknya cewek, ini si Anta udah gue tandain buat jodoh anak gue nanti." Raksa berceletuk.
"Gak bakal sudi Bumi besanan sama lo." Bima memutar bola matanya malas.
"Om Laksa!" Atlan berteriak sembari berlari menghampiri Raksa. "Baju yang dipakai Bang Anta baju Astolnot, kan?" tanyanya polos.
Raksa mengernyit. "Kata siapa?"
"Ih ... itukan milip baju astolnot om. Semuanya ke tutup gitu. Iya, kan Bang?" Atlan menatap Atlas yang berdiri di sampingnya sibuk menjilat es krim.
Atlas mengangguk mengiyakan. "Om masa gitu aja gak tahu? Lebih pintal kita dalipada Om."
Raksa hanya mendengus. "Kalian gak mau kayak Anta emangnya?" tanya Raksa.
"Gak mau," balas Atlan cuek. "Lebih enak maling buah Tante Ona," lanjutnya berbinar.
"Tuh, Tante Ona nya dateng," ujar Bima menunjuk sosok perempuan yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Halo, Botam Idatan!" sapa Perempuan bernama Ona dengan senyum lebar.
Botam Idatan = Bocah tampan Idaman Tante
"Tante Ona!" Atlan melambaikan tangannya. "Tante akhilnya pulang. Atlan dengel dali Pak satpam Tante lagi pelgi jauh. Padahal Atlan mau maling buah Tante lagi."
Ona tersenyum geli. Berjongkok dan mencubit gemas pipi Atlan. "Iya kemarin tante pergi ke rumah orang tua tante. Sekarang tante udah pulang."
"Belalti nanti kita boleh maling buah tante lagi, kan?" tanya Atlas. Ona hanya membalas dengan senyum geli. Ia tidak begitu mempermasalahkan para bocah ini memanjat pohon yang berada di halaman rumahnya. Saking merasa gemasnya rasa kesal yang tadinya mendera tiba-tiba luntur digantikan dengan rasa gemas.
"Kak Ona, aku minta maaf ya kalau triplet selalu ngerusuh di rumah kakak." Sandra menatap Ona tidak enak hati.
"Gak papa, San. Aku seneng kok mereka selalu datang ke rumah. Suasananya jadi rame. Apalagi kalo udah ada Anta aku paling gemes sama dia yang jarang ngobrol dan banyak diam gitu."
"Pas tahu katanya Anta lagi latihan aku langsung ke sini, hebat banget. Aku kagum liat Anta," lanjutnya menatap Anta yang tengah bermain bersama Bumi yang terus memantau anaknya.
"Gak ngelonte lagi, Na?" tanya Raksa tanpa tahu malu. Ona hanya mendengus, mengabaikan pertanyaan Raksa.
"Ngelonte apa, Om?" tanya Atlan polos.
"Yang Abang tahu cuma Lonte. Lonte itu pohon, kan? On Laksa yang waktu itu bilang," timpal Atlas.
"Raksa," geram Sandra menahan emosi. "Habis ini lo gue tunggu di ruang gym. Gak ada penolakan!"
Bima dan Brianna langsung menahan tawanya melihat wajah Raksa yang super pucat. Mereka berdua tentu tahu apa yang akan Sandra lakukan nanti.
Raksa menelan salivanya susah payah. "Bulan depan anak gue lahir, San. Jangan buat gue mati dulu," ujarnya dramatis membuat Sandra memutar bola matanya malas.
...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top